Hiraya hanya menatap Ernest datar, dia lalu pergi dari kamar itu dan menuju ruang keluarga. Di sana ada Eun Ji yang tengah merajut. "Ibu, boleh aku ikut duduk?" tanya Hiraya dengan sopan. Pasalnya Eun Jo terlihat sangat serius dengan pekerjaannya hingga tak sadar dengan kehadiran Hiraya. Eun Ji lalu menoleh pada Hiraya dan dia tersenyum lalu mengangguk, mempersilakan. "Duduk saja, aku senang kau mau menemaniku." Hiraya tersenyum manis, dia duduk di depan Eun Ji yang sibuk merajut sebuah sarung tangan. "Ibu biasa membuat ini?" tanya Hiraya, dia cukup antusias dengan kegiatan yang diakibatkan ibu mertuanya."Iya, ibu biasa membuat ini untuk Ernest dan ayahnya. Apalagi ini sudah hampir musim dingin, jadi aku sudah harus mulai membuatnya." Eun ji menjawabnya dengan senyuman. Wanita itu lalu memperhatikan ekspresi Hiraya yang tampak serius. "Kau mau mencoba membuatnya?" tawar Eun Ji. "Apa boleh?" Hiraya malah balik bertanya, dia sangat hati-hati. "Tentu saja, sini cobalah!" Eun Ji l
Hiraya diam di taman belakang sore ini, setelah berbicara dengan Eun Ji tadi. Dia benar-benar kepikiran, apa jangan-jangan sahabat ayahnya yang dh Daegu bertahun-tahun lalu itu adalah ayah Ernest juga. "Kalau mereka bersahabat, benar kata pepatah dunia itu sangat sempit." Hiraya berbicara dengan dirinya sendiri. Lalu dia ingat soal kasus kecelakaan orang tuanya, pihak kepolisian daerah setempat hanya mengatakan kalau itu kecelakaan tunggal biasa karena kesalahan teknis di mobil yang dikendarai ayah dan ibu Hiraya. Tapi pihak bengkel yang menerima bangkai mobilnya menemukan kalau kabel rem, serta beberapa kabel lain di mobil itu sudah di sabotase. "Ada yang tidak beres seperti ini tapi tidak ada yang bisa aku andalkan," gumam Hiraya merasa lelah dengan kehidupannya. Karena sibuk dengan pikirannya sendiri, Hiraya sampai tidak sadar kalau Ernest sudah ada di belakangnya. "Kalau kau perlu bantuan jangan sungkan memintanya pada orang lain," ucap Ernest dari belakang. Hiraya lekas me
Ernest menolehkan kepalanya pada Hiraya, dia menatap gadis itu dengan tatapan sendu. Seperti ada rasa bersalah yang amat tertahan di matanya. "Maaf," Ucapnya lirih. Hiraya hanya diam, tidak lekas menjawab permintaan maaf Ernest yang sudah jelas-jelas tulus. "Aku tahu karena masalah ini Hiraya juga ikut di rugikan. Tapi jujur saja, dari pandangan ku tidak ada yang perlu di salahkan atas masalah ini." Yoon Jeong Hoon menengahi. Akan tetapi Eun Ji tidak setuju dengan ucapan sang suami, dia tampak keberatan. "Yang semestinya di salahkan adalah perilaku Ernest di masa lalu suami ku," imbuhnya. "Apa yang ibu katakan benar, jika saja di masa lalu aku tidak berhubungan dengan Aeri. Skandal ini pasti tidak akan terjadi," balas Ernest yang sangat menyesal. "Sudah-sudah, kita semua di rugikan. jadi jangan menyalahkan siapapun," tandas Hiraya yang tidak enak hati. Yoon Jeong Hoon menatap Hiraya dan Ernest bergantian, lalu seulas senyum terbit di wajahnya. "Kau harus bersyukur mendapat ist
Hiraya hanya bisa diam, dia benar-benar tidak bisa menjawab apapun. Pertanyaan Ernest ini sukses membuat degup jantungnya berpacu lebih cepat dari biasanya.Mungkin di bibir Hiraya bisa berbohong kalau dia tidak memiliki perasaan apapun pada Ernest. Tapi jika di hati, siapa yang tahu?"A-aku--""Tidak perlu kau jawab jika memang tidak mau," tukas Ernest dengan cepat lalu menjauhkan diri dari Hiraya. Baru saat itulah Hiraya bisa bernafas lega, dia merasa kewalahan jika harus berdekatan dengan Ernest seperti tadi. "Hiraya tidurlah di sini, aku akan tidur di bawah saja." Ernest yang mulai menyadari rasa kantuk Hiraya mempersilahkan gadis itu tidur di ranjang. Mereka sudah terbiasa berada di kamar terpisah, tapi di rumah orang tua Ernest mereka tidak bisa seperti itu. Bisa-bisa orang tua Ernest akan menaruh curiga atas pernikahan mereka. "Ah tidak-tidak lebih baik kamu saja yang di sini, aku bisa tidur di bawah. Sudah tidak apa-apa Ernest," tolak Hiraya cepat. "Kamu perempuan pasti t
"Jadi Diamond Entertainment sudah mengurus skandal itu Nak?" Yoon Jeong Hoon bertanya pada Ernest yang tengah duduk bersebelahan dengannya di taman belakang rumah. Siang ini adalah hari terakhir Ernest dan Hiraya ada di Daegu, jadi sebisa mungkin mereka harus memanfaatkan waktu untuk keluarga. Sebelum nanti ada banyak jadwal pekerjaan Ernest di dunia entertainment yang menumpuk. "Iya, Tuan Hwang Dong Hae juga sudah bekerja keras agar bisa menuntut Montgomery juga Aeri Midorikawa. Aku harap semuanya bisa kembali baik-baik saja, meski tidak bisa kembali seperti semula." Ernest menimpalinya dengan senyuman terpaksa. "Aku hanya khawatir dengan Hiraya, dia selalu saja menyimpan semua masalah sendirian. Padahal dia terkena masalah di Seoul juga karena aku," imbuhnya Yoon Jeong Hoon mengusap lengan putranya lembut. Dia bangga atas didikan yang dia berikan pada Ernest, meski terlihat dingin dan acuh tak acuh. Tapi hatinya sangat lembut dan begitu peduli pada siapa saja yang ada di sekitar
Hiraya hanya bisa tersenyum kikuk, dia tidak banyak berbicara. Bahkan untuk sekedar menjawab ucapan Yoon Jeong Hoon dan Eun Ji saja dia tidak bisa. Karena para orang tua itu tampak memiliki harapan besar untuk pernikahannya dan Ernest. "Jika suatu saat mereka tahu kalau putranya menikah kontrak demi menyelamatkan karirnya, apa mereka bisa menerima fakta itu?" Hiraya membatin, dia bertanya-tanya pada dirinya sendiri. Membayangkan betapa kecewanya kedua orang tua Ernest saat mereka tahu yang sebenarnya membuat Hiraya prihatin. "Hiraya, kenapa melamun?" Tanya Eun Ji pada Hiraya yang sejak tadi diam. "Ah tidak! Aku tidak apa-apa Bu," kilah Hiraya canggung. "Jika ada masalah katakan saja ya, jangan sungkan." Eun Ji menatap lembut ke arah Hiraya. Gadis itu pun mengangguk mengiyakan, "Tentu saja Ibu."Setelah percakapan itu, Hiraya dan Ernest beristirahat begitu juga dengan Park Eun Ji dan suaminya Yoon Jeong Hoon.Di pagi harinya Hiraya sudah bersiap-siap untuk kembali ke Seoul. Tidak
Hiraya tidak bisa lekas menjawab, dia benar-benar kehabisan kata-kata. Sementara di seberang sana sang mama terus saja mendesaknya. ["Jawab Hiraya, kenapa malah diam?"]"Mam, aku sedang di jalan. Jadi biarkan aku menghubungi mama nanti saat aku pulang ya." Tut Tut Tut!Panggilan tersebut dimatikan sepihak oleh Hiraya, gadis itu mengigit bibirnya karena cemas luar biasa. Dia juga sudah berkeringat dingin, perasaannya campur aduk. "Orang tua mu tahu soal pernikahan kita?" Tanya Ernest yang memang sedikit mendengar percakapan Hiraya dan Rosaline tadi. Hiraya hanya bisa mengangguk sebagai jawaban. Dia sibuk menata pikirannya dan memijit pelipisnya perlahan. "Bagaimana kalau aku bantu kau menjelaskan semuanya? Dengan begitu ku rasa mereka akan memaafkan," usul Ernest yang merasa bertanggungjawab. "Tidak perlu, itu akan menambah masalah baru. Belum tentu juga orang tua ku akan mentoleransi tindakan kita," tolak Hiraya dengan sopan. Sebab dia juga paham bagaimana karakter kedua orang t
Pagi-pagi sekali, Ernest sudah siap dengan dua koper besar yang berisi barang bawaannya dan juga milik Hiraya. "Lee Hyun, apa semuanya sudah siap?" Tanya Ernest pada asisten pribadinya itu. Lee Hyun mengangguk, dia menyerahkan amplop coklat berisi dua tiket pesawat yang akan membawa Ernest dan Hiraya ke Indonesia pagi itu. "Ini tiket pesawat yang kau butuhkan, aku juga sudah meminta para bodyguard mu agar bersiap mengawal keberangkatan mu." Lee Hyun memastikan semuanya dengan baik. "Bagus, lalu bagaimana dengan perijinan dari agensi. Apa Tuan Hwang Dong Hae mengizinkan?" Tanya Ernest yang sedikit cemas perihal izin dari direktur utama Diamond Entertainment. "Awalnya dia menolak memberikan izin, tapi aku berhasil melakukan negosiasi. Kalian hanya diberi waktu tiga hari di sana," jawab Lee Hyun yang sudah memberikan yang terbaik. "Itu sudah lebih dari cukup, terima kasih banyak. Kau telah bekerja keras," ucap Ernest mengapresiasi pekerjaan asistennya. Lee Hyun mengangguk, dia men