Share

Terbangun

Penulis: Susi_miu
last update Terakhir Diperbarui: 2024-11-02 12:31:39

“Abi.”

Walau tidak tahu apakah ini dapat berdampak bagus, tetapi Moreau ingin pria itu ditarik pada kesadaran utuh. Sedikit berniat membangunkan ibunya, sekalipun hal tersebut tidak dilakukan. Hanya kebutuhan menyentuh lengan Abihirt dan dia masih mendapati pria itu bergerak gelisah.

“Abi.”

Sekali lagi. Moreau mengetatkan sentuhan di lengan atas ayah sambungnya. Agak menekan ujung jemari, memberi rasa sakit, supaya pria itu bangun dan sadar. Namun, butuh beberapa detil usaha untuk menyeret Abihirt keluar dari mimpi buruk yang menjerat. Dia menipiskan bibir. Sedikit sulit memastikan lebih dekat saat sandaran sofa membatasi sisa ruang antara mereka.

Harus dengan menyingkir. Itu yang Moreau lakukan ketika akhirnya dia setengah membungkuk dan membekap bibir Abihirt di sana. Tidak ingin ayah sambungnya menimbulkan suara lebih signifikan, kemudian membangunkan semua orang. Mungkin dia merasa salah telah melakukan hal tersebut. Tidak ada pilihan. Iris biru terangnya
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Perjanjian Terlarang   Mengobati

    “Kau pasti memukul Froy terlalu keras,” ucap Moreau nyaris menyerupai sebuah bisikan. Masih sangat hati – hati, setidaknya, walau yang dia temukan adalah sesuatu dari Abihirt bahkan nyaris tidak memberi reaksi, seolah apa pun yang telah pria itu lakukan tidak memiliki dampak penting untuk dikhawatirkan. “Sedikit kelepasan.” Hanya itu. Moreau cukup tidak setuju mengenai pernyataan Abihirt barusan. Mata kelabu ayah sambungnya mungkin sedang serius menatap setiap kali kain perban melilitt perlahan di sana, tetapi dia diam – diam berusaha mencari tahu bagian yang jauh lebih kompleks dari ekspresi datar—nyaris tak terbaca. “Kau benar – benar kelepasan.” Sambil menambahkan, Moreau akhirnya memastikan ujung kain perban diikat menjadi simpul yang pas. Sekarang, dia akan kembali ke kamar. “Froy pantas mendapatkan itu.” Moreau mengakui bahwa pernyataan Abihirt benar. Froy memang pantas menuai kontroversi dari tindakan kasar. Tetapi mereka juga harus menyadari j

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-02
  • Perjanjian Terlarang   Menguping

    “Kau tidak seharusnya berbuat ulah di hadapan paman-mu. Jangan lupa kalau kita sangat membutuhkannya. Mau kau memberi makan apa calon istrimu nanti, jika sampai Abi tidak mau lagi peduli terhadap apa pun yang kau lakukan?” Masih cukup pagi, tetapi Moreau yakin sedang tak salah mengenali suara seseorang yang nyaris menyerupai peringatan; bisikan; dan hal – hal relevan. Dia hanya berniat pergi ke dapur, sempat menemukan ayah sambungnya masih tidur di ruang tamu, tetapi berpikir bahwa Barbara akan segera keluar kamar. Seharusnya memang tidak memiliki urusan apa pun bersama pria itu untuk saat ini. Bahkan pembicaraan sepasang ibu dan anak di dapur, yang melibatkan Abihirt juga tak ingin ditambahkan ke dalam daftar kepentingan. Hanya saja ada sebuah anggapan tentang mendengar suatu berita secara utuh. Percakapan Gloriya dan Froy tentu akan tetap dilanjutkan, dan di sinilah Moreau memilih diam, mengobservasi apa yang mungkin bisa dia terima dengan baik. “Percuma saj

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-02
  • Perjanjian Terlarang   Mengagumi

    “Jika Abi tidak pernah melewatkan kesempatan untuk menawarkan bantuan. Bukankah itu bagus? Artinya dia peduli kepada mereka.” Pernyataan ini mungkin sedikit sumbang terhadap apa yang Moreau pikirkan. Sering terlibat bersama Abihirt barangkali membuatnya belajar cara menjadi kontradiktif. Sedikit mengagumkan bahwa secara perlahan dia tahu bagaimana untuk menyembunyikan perasaan yang sebenarnya. Biarkan Roger melanjutkan hal—tergambang di antara mereka, supaya dapat dipelajari lebih lengkap. “Aku rasa kau seharusnya sudah tahu kalau Abi dan Gloriya tidak satu ibu. Mereka bahkan tidak seharusnya akrab dan tidak bersama sedari kecil. Hanya kebetulan Abi menjadi pengusaha sukses dan wanita itu mulai terus mendekatinya.” Dia tahu tentang hal itu: baru tahu. Namun, sikap Gloriya tidak terlihat seperti demikian, pada awalnya. Moreau mungkin tidak akan percaya apa yang baru saja dikatakan Roger, andai dia tak mendengar sendiri bagaimana wanita itu terus membujuk Froy untuk

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-03
  • Perjanjian Terlarang   Menunggu

    Moreau mengerjap, sesaat mengedarkan pandangan dengan gelisah, lalu kembali melakukan kontak mata bersama Barbara. “Aku—tidak. Aku mencarimu. Kupikir tadi kau bersama Abi, tapi tidak ada. Aku juga tidak berani mendatanginya.” Dia bicara setengah gugup, sedikit tersenyum, berharap Barbara tidak akan memikirkan sesuatu lebih jauh saat perhatian wanita itu kembali beralih pada satu titik di sana. “Sudah ada aku di depanmu, apa yang mau kau katakan?” Ntah harus diliputi perasaan lega atau tidak, tetapi Moreau menelan ludah kasar memikirkan sesuatu secara tiba – tiba. Apa yang bisa dia katakan bahwa sebenarnya dia tak mencari siapa pun, tak ingin mengatakan apa pun. Semua telanjur. Barbara sedang menunggu sembari sesekali menata ikatan rambut dengan hati – hati. Wanita tersebut baru saja mandi, itulah mengapa tidak terlihat pada awalnya. “Tidak jadi, Mom. Tadi sempat ingin meminta bantuanmu, tapi aku bisa menyelesaikannya sendiri.” Bibir Moreau menipis gugup

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-03
  • Perjanjian Terlarang   Berpamitan

    “Kau yakin bisa mengurus semuanya sendiri, Darling? Aku dan Gloriya mungkin pergi cukup lama. Kami akan berbelanja beberapa hal yang dibutuhkan. Hadiah untuk rekan kerjaku juga tidak akan terlewatkan. Jangan lupa panaskan sup kentangmu jika ingin makan, mengerti?” Sudah cukup siang, Barbara segera merenggut tas yang diletakkan di pinggir ranjang sembari memperhatikan setiap detil kegiatan suaminya. Abihirt tidak sekali pun meninggalkan perhatian dari layar monitor. Dia akan berusaha memahami bagaimana pria itu terlalu sibuk, meski sesaat ekspresi dari wajah tampan di sana seperti mengernyit ganjil saat mendengar kata ‘hadiah’ terucap. Mencoba untuk tidak terpengaruh. Barbara segera melekukkan senyum tipis, lalu menghampiri pria yang tidak menanggapi kata – katanya. Dia menjatukan kecupan ringan pada rahang yang terasa kasar. Sedikit mengusapnya saat Abihirt melirik dengan singkat. “Jangan terlalu memaksakan diri saat kau sedang sakit. Ingat untuk istirahat. Ada Gab

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-03
  • Perjanjian Terlarang   Tertinggal

    Suara Barbara sudah setengah kesal. Betapa dia berusaha keras tidak meledakkan kemarahan terhadap beberapa kekonyolan Froy. Prasangka buruk membuatnya hampir turut memikirkan hal – hal tidak semestinya, tetapi kali ini tidak akan lagi terjerembab ke dalam urusan tidak menyenangkan. Abihirt sudah menegaskan bahwa pria tersebut tidak memperhatikan seseorang dari rupa kecantikan. Mereka menikah, itu yang harus selalu di jaga. “Tapi, Bibi—“ Bagaimanapun, tampaknya Froy masih berusaha menyela. Sanggahan—nyaris, segera tertahan di ujung tenggorokan ketika Gloriya angkat bicara. “Apa yang tadi kukatakan kepadamu, Froy? Jangan mencari masalah. Biarkan pamanmu tenang dengan urusan pekerjaannya. Kau tidak lihat Abi sibuk tadi? Aku sudah mengingatkanmu untuk tidak macam – macam.” Tidak ada yang lebih penting dari urusan melakukan perjalanan. Terlebih, dia sudah merasakan sedikit dampak dari sikap Abihirt yang sungguh melipatgandakan setelan pabrik pria itu. Tidak banya

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-04
  • Perjanjian Terlarang   Ragu-Ragu

    Mengintip. Mula – mula itu yang dilakukan, kemudian menahan napas menemukan Abihirt ada di ruang tamu bersama Roger dengan posisi saling berhadapan. Paling penting adalah ... ayah sambungnya mengambil posisi begitu pas untuk membelakangi dua kamar. Ntahlah, sepertinya ada kebetulan yang dapat Moreau sampaikan. Dia menelusuri ekspresi serius Roger. Kebetulan, rambut pria itu terlihat sedang membasah lembab, segar, persis baru saja menyelesaikan ritual mandi. Sesaat, Moreau menelan ludah kasar. Tidak benar – benar yakin apakah perlu mengatakan sesuatu, yang membuat situasi terasa sayup – sayup dan tidak pula terlalu hening. Iris matanya cukup lama terpaku pada sebentuk bahu Abihirt; pada helai rambut yang disisir dengan rapi. Pria itu seperti memiliki daya tarik begitu dahsyat. Dia nyaris melupakan niat awal jika tidak segera sadar ke permukaan. Meski harus mengambil interupsi, tetapi tampaknya tidak akan cukup merusak perhatian dari dua pria yang sedang bermain ca

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-04
  • Perjanjian Terlarang   Meminta Izin

    Sebelah alis hitam tebal yang tumbuh dengan rapi terangkat hampir benar – benar samar. Moreau tidak tahu pemikiran seperti apa—sedang bersarang di puncak kepala ayah sambungnya, tetapi dia sungguh tidak pernah bisa mempelajari apa pun mengenai pria itu. Terlalu jauh. Terlalu penuh oleh barisan dinding tinggi. Atau sebaiknya dia menyadari bahwa kesalahan paling terjal di sini adalah tubuhnya secara tidak langsung menjabarkan keputusan Abihirt yang cenderung mencekik. Moreau segera mengerjap beberapa kali. Berusaha menghindari kontak mata, meski desakan di ujung tenggorokan mendorong agar mengatakan sesuatu. “Bolehkah aku?” Dia bertanya untuk kebutuhan yang masih relevan. Menunggu beberapa saat—cukup lama, kemudian suara serak dan dalam ayah sambungnya mencuak ke permukaan. “Masuklah.” Buru – buru bukan sikap yang Moreau harapkan. Dia tersenyum. Segera beranjak pergi ke kamar pilihan ibunya sambil mengetatkan sentuhan pada ujung lilitan di bagian dada. S

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-04

Bab terbaru

  • Perjanjian Terlarang   Pelbagai Tuduhan

    “Mengejutkan sekali kau masih mengingat kapan aku berulang tahun. Kupikir kau tidak pernah peduli terhadap apa pun lagi, selain berkencan dengan putriku.” Itu yang Barbara katakan. Betapa dengan sengaja menyindir. Dapat dipastikan wanita tersebut tidak akan berhenti sampai mereka mengakui sesuatu yang masih coba Abihirt tutupi. Secara diam – diam Moreau mengatur posisi supaya bisa sedikit mengintip bagaimana kondisi ibunya saat ini. Tidak banyak. Hanya mengetahui wajah Barbara yang masih begitu masam dan bagaimana wanita itu melipat kedua lengan di depan dada; seolah radar menantang terlalu pekat untuk dihindari. “Mengapa kau diam, Abi? Apa Moreau yang memberitahumu hari ulang tahunku? Jadi, kalian bisa mencari alasan supaya aku tidak merasa curiga?” “Kau mengatur tanggal ulang tahunmu sebagai kode pengaman di ponselku. Bagaimana aku akan lupa?” Tidak tahu apa yang bisa Moreau katakan. Dia terkejut, sekaligus merasa butuh waktu lebih lama agar memahami

  • Perjanjian Terlarang   Pembelaan

    Moreau tidak berusaha membantah. Rasa sakit dari tamparan Barbara masih meninggalkan efek tertentu seperti tak ingin hilang, tetapi dia berusaha menghindari sorot mata wanita yang menatap nyalang dan tiba - tiba pula menepis sentuhan Abihirt di lengannya. Nyaris—bahu Moreau mendadak tegang saat Barbara terduga akan kembali menyerang. Dia telah membuat tameng perlindungan dengan lengan terangkat menutup wajah. Namun, Abihirt segera menegahi; menjadi tembok tinggi untuk melindunginya di belakang. Benar – benar membuat Barbara terdiam—sepertinya wanita itu tak menyangka jika pria yang dinikahi ternyata akan melakukan pembelaan besar. “Tidak bisakah kau duduk tenang dan dengarkan penjelasanku terlebih dahulu?” Sekarang suara serak dan dalam Abihirt mengambil tempat. Pria itu selalu terdengar tenang, walau Moreau tidak tahu apa yang ingin ayah sambungnya jelaskan. “Tidak. Pelacur kecil sepertinya pantas diberi pelajaran.” Barbara menyangga tidak pada atura

  • Perjanjian Terlarang   Angkara Murka

    Mereka sudah menghabiskan waktu hampir satu setengah jam untuk sarapan pagi dan melakukan sisa – sisa perjalanan lain, tetapi Moreau tidak memahami motivasi ayah sambungnya terhadap apa pun yang telah berlalu tadi. Abihirt tidak banyak bicara. Tidak dimungkiri bahwa mereka sempat berkeliling hanya untuk mencarikan sesuatu, membeli perlengkapan yang Moreau yakin adalah kegemaran ibunya. Ya, seharusnya beberapa bagian tersebut akan cukup jelas. Dia hanya merasa masih terlalu ambigu, apalagi ketika sampai pada agenda pulang, Abihirt tidak bersikap seakan ada prospek spesifik mengenai apa yang akan terjadi. Meminta supaya mereka tetap di sini, terjebak sesaat di tengah gemuruh keheningan, sementara waktu terus memburu dan beranjak terlalu jauh. Dia tidak menginginkan itu. “Sekarang kita akan masuk?” Moreau tidak bisa menahan diri sekadar diam. Terlalu lama di mobil tidak membuat situasi terasa lebih baik. Ada begitu banyak keabsahan. Mereka tidak bisa meninggalkan bagi

  • Perjanjian Terlarang   Pembicaraan

    Udara dari celah bibir Barbara berembus kasar. Dia menatap Samuel setengah enggan, tetapi merasa pria itu mungkin akan memberi solusi terhadap permasalahan yang sedang dihadapi. Samuel biasanya cukup cakap. Ntah apa yang mungkin akan pria itu katakan. Hanya sedikit tidak siap jika ternyata muncul serentatan kalimat tak menyenangkan dan makin membuat dia didesak ketakutan. “Bukannya tadi kau dan suamimu baik – baik saja? Kenapa tiba – tiba kau ingin pulang dan mengatakan kalau Froy benar tentang hubungan rahasia suamimu bersama anak gadismu?” Bagaimanapun, Samuel menginginkan rangkaian cerita lebih runut. Membuat Barbara ntah harus kali ke berapa menekan segerombol perasaan tidak tenang. Dia masih sangat memikirkan pelbagai kemungkinan buruk. Ditambahkan sikap Abihirt yang dia tahu tidak akan mudah dipoles. Suaminya bahkan tidak menunjukkan itikad baik sekadar menjelaskan segala bentuk hal yang sedang menjadi permasalahan mereka. “Aku mendengar suara Moreau di telep

  • Perjanjian Terlarang   Segera

    [Abi, boleh aku pinjam ponselmu untuk mengirim foto – fotoku yang ada di padang pasir ....] Rasanya sekujur tubuh Barbara mendidih membayangkan apa yang sedang logikanya uraikan. Abihirt berkata jika pria itu masih Dubai; akan segera pulang, tetapi sangat mengejutkan mengetahui suara Moreau menyelinap masuk di tengah pembicaraan mereka. Ini tidak dapat disesali. Betapa pun Barbara mencoba sekadar menyangkal. Dia telah menyaring segala sesuatu yang terjadi di sana, dengan jelas ... dengan sangat jelas bahwa Moreau butuh foto – foto di padang pasir untuk dikirim ke ponsel gadis itu. Barangkali juga tidak diharapkan penjelasan lebih tentang apa yang sebenarnya terjadi. Sialnya, Barbara bahkan belum mengucapkan apa – apa dan menuntut Abihirt membicarakan semua yang telah suaminya sembunyikan, termasuk saat Abihirt mengaku tidak mengetahui keberadaan Moreau di kali terakhir dia menghubungi pria itu sambil membicarakan keberadaan putrinya yang tidak berkabar. Namun, pa

  • Perjanjian Terlarang   Ketahuan?

    Namun, untuk beberapa saat Moreau menoleh ke arah ayah sambungnya ketika menyentuh gagang pintu. Abihirt terduga merenggut ponsel pria itu di atas nakas. Mungkin ada kesibukan penting, yang secara tidak langsung mengingatkan Moreau bahwa ada satu hal—lupa dia katakan kepada ayah sambungnya. Ini tidak akan lama. Dia hanya akan membasuh wajah dengan percikan air, kemudian kembali kepada pria itu. Memang tidak lama. Ketika Moreau menatap pantulan wajah di depan cermin, tindakan kali pertama dilakukan adalah menarik napas dalam – dalam. Semua perangkat di sini hanya milik Abihirt. Dia akan menggosok gigi, nanti, di rumah. Sekarang sebaiknya menghampiri pria itu di atas ranjang. Mendadak ledakan dalam diri Moreau menjadi antusias. Dia memang tidak sabar ingin mengirim foto – foto di padang pasir hari itu, setelah mulai mengoperasikan ponsel baru pemberian ayah sambungnya. Berharap Abihirt tidak keberatan saat dia mengatakan tujuan yang sedang berkecamuk liar. Mo

  • Perjanjian Terlarang   Terbangun

    Walau ternyata tidak .... Moreau merasakan sesuatu yang berat menindih di sekitar tubuhnya. Dia mengerjap beberapa kali untuk menyadari bahwa biasan cahaya dari jendela berusaha menembus masuk melalui tirai yang menjuntai. Sudah pagi. Sepertinya permintaan tidur semalam membuat dia terlelap nyenyak. Moreau tidak akan berkomentar apa – apa tentang hal tersebut. Semua sudah berlalu dan tidak perlu mengingat kembali sesuatu yang pada akhirnya selalu berujung tidak pasti. Sambil mencoba bergeser, dia menghirup udara sebanyak mungkin, sedikit ingin meregangkan tulang – tulang yang terasa kaku, tetapi segera menyadari jika hampir tidak ada ruang sekadar bergerak. Seseorang seperti membuatnya terperangkap; menghirup aroma maskulin yang menyerbu deras, hingga tanpa sengaja Moreau menyentuh helai rambut—terasa halus, dan dia tetap menyapukan telapak tangan dengan lembut di sana. Ini seperti meninggalkan sensasi tertentu, tidak tahu mengapa secara naluriah sudut bibi

  • Perjanjian Terlarang   Professional

    “Kenapa kau terus menghimpitku seperti ini?” Butuh keberanian penuh tekad dan Moreau akhirnya mengajukan pertanyaan diliputi suara nyaris setengah berbisik. Ingin menoleh ke belakang, tetapi jelas keberadaan wajah Abihirt justru membuat pipi mereka bersentuhan. Pria itu dapat dipastikan tidak akan mengatakan apa – apa. Moreau secara naluriah mengembuskan napas kasar; membiarkan Abihirt mengatur posisi lebih baik dan sekarang wajah pria itu nyaris terperangkap di ceruk lehernya. Abihirt tidak tidur. Demikian yang setidaknya dapat Moreau rasakan. Mungkin juga tidak akan secepatnya terlelap, walau pria itu mengakui sendiri untuk tidak melakukan apa pun setelah mereka melakukan perjalanan jauh. Lagi pula, ada sisa hal di antara mereka yang tidak coba Moreau ungkap begitu saja. Masih tentang Froy dan dia akan mencoba mencari petunjuk. “Aku memikirkan sesuatu.” Mula – mula memulai dengan rasa waspada meningkat deras di benaknya. Ketika Abihirt masuk ke dala

  • Perjanjian Terlarang   Berbeda

    Menyenangkan menggoda Abihirt. Demikian yang Moreau rasakan. Kali ini dia benar – benar berani. Benar – benar akan bersikap menantang ayah sambungnya dan secara tentatif merenggut kain yang dikenakan hingga menyisakan dalaman berenda yang kontras. Membiarkan jeda terjadi beberapa saat, kemudian ragu – ragu melirik Abihirt ketika harus dengan hati – hati menutup beberapa bagian tubuhnya di hadapan pria itu. Dia yang berusaha memancing sesuatu meledak dalam diri Abihirt, tetapi tidak ingin suami ibunya menjadi brutal dan tidak terselamatkan. Sekarang, begitu perlahan memasukkan tangan ke dalam bolongan kain—mengenakan kaus pemberian pria itu dengan tepat. Selesai. Tubuh Moreau terbungkus. Dia seperti tenggelam. Segera menunduk dan menyaksikan bagaimana ujung kain sungguh secara pasti menyentuh di pahanya. Abihirt menebak dengan tepat untuk tidak menambahkan celana. Cukup dengan dalaman satin tipis dan itu membuat Moreau merasa nyaman. “Aku akan tidur sekarang,

DMCA.com Protection Status