"Athar adalah orang yang pertama menemukanku sebelum kedua orang tua angkat ku, dia satu-satunya teman yang aku punya di kampung," ucap Sabrina."Kamu tidak punya teman lain?" tanya Amalia."Hanya sekedar teman biasa, tapi tidak ada yang mau berteman dekat denganku karena aku anak yang tidak jelas asal-usulnya. Hanya Athar yang mau berteman dekat denganku," ucap Sabrina.Amalia terenyuh mendengar ucapan anak perempuannya, pasti bukan hal mudah baginya menjalani kehidupan dulu. Orang-orang memandang sebelah mata karena ia anak yang tidak jelas asal usulnya, pasti ia sering mendapat hinaan dari orang-orang karena hal itu."Mama akan beri hadiah untuk Athar, karena sudah baik padamu selama ini," ucap Amalia."Hidup Athar juga tidak mudah sejak kecil, Mah. Ibunya sudah meninggal saat ia kecil dan ayahnya menikah lagi, setelah itu Athar tidak lagi mendapat perhatian dan kasih sayang keluarga. Orang tua angkat ku yang memperlakukan Athar seperti anak, sehingga aku merasa seperti kakak dan a
"Jadilah wanita yang tidak mudah di bohongi laki-laki, cukup Ryan yang membuatmu terluka. Aku takut dengan identitasmu sekarang banyak laki-laki yang mendekatimu hanya karena harta orang tuamu," ucap Athar."Ya aku akan belajar dari masalalu, Athar. Kau sendiri kenapa sampai sekarang tak mencari wanita?" tanya Sabrina.Athar hanya tersenyum tak ingin menjawab pernyataan Sabrina, ia memasukan baju janda cantik itu kedalam tas lalu menutup resleting tas itu setelah melihat tas nya sudah penuh."Mau nginep di sini malam ini?" tanya Athar."Lalu kau juga tidur di rumah ini?" tanya Sabrina."Ya, gak masalah kan beda kamar," ucap Athar."Oh tidak, aku takut nanti di datangi pak RT di kira kita tidur satu kamar," ucap Sabrina.Athar terkekeh mendengar ucapan wanita itu, meskipun sudah menjadi janda tak lantas membuat wanita itu menjadi orang yang mudah di sentuh oleh siapapun termasuk Athar sahabatnya.Sabrina mengeluarkan ponsel hendak menelpon supir untuk meminta di jemput, belum sempat ia
"Hadiah yang tidak akan di tolak Athar adalah Sabrina," ucap Satria."Aku, maksudnya aku jadi hadiah?" tanya Sabrina keheranan."Iya, Athar tidak akan menolak jika kamu di berikan padanya. Maksudnya diberi kebebasan untuk bertemu, bersahabat seperti dulu," ucap Satria."Oh gitu, kirain Papa diberi yang kamu maksud itu menikahkan Sabrina dengan Athar," ucap Banyu.Sabrina melebarkan bola matanya mendengar ucapan sang papa, sementara Satria hanya tertawa. Memang itu yang ada di pikiran dan hatinya, tetapi ia yakin jika saudara kembarnya belum juga peka jadi ia alihkan ke hal lain."Aku baru saja gagal dalam pernikahan, jadi belum ada keinginan untuk menikah lagi. Lagipula Athar dan aku sudah bersahabat sejak kecil, bahkan kami seperti adik dan kakak," ucap Sabrina."Baiklah, bagaimana kalau Papa beri dia 2,5% saham perusahaan kita?" tanya Banyu."Itu ide yang tidak buruk, tapi aku ragu Athar akan menerima nya," ucap Satria."Iya, Athar sangat sungkan menerima hadiah dari orang apalagi h
Sudah cukup lama Sherly pergi dari rumah, yang ia katakan untuk membeli bubur untuk sang mertua. Namun, nyatanya sampai 2 jam belum juga pulang, Dina yang merasa ingin buang air kecil harus menahannya karena tak ada yang membantunya ke kamar mandi."Kemana perginya Sherly, kenapa membeli bubur saja lama sekali. Ryan andai kamu tahu kelakuan istrimu, setiap hari seperti ini. Pagi pergi, nanti siang juga pergi lagi dan mama selalu di tinggal sendiri di rumah ini," gumam Dina dalam hati.Dina tak habis pikir apa yang di lakukan sang menantu di luar sana, padahal wanita itu tengah berbadan dua. Andai ia selingkuh apakah lelaki selingkuhannya mau berselingkuh dengan wanita yang tengah hamil? Jika memang tidak berselingkuh lantas apa yang dia lakukan di luar rumah hingga berjam-jam meninggalkan Dina yang tak bisa apa-apa.Terdengar suara pintu terbuka, Dina yakin itu adalah Sherly yang baru pulang. Tak lama kemudian Sherly membuka pintu dan membawakan semangkuk bubur untuknya, saat Sherly i
Ryan terpaksa memakan sayur asin buatan Sherly, karena ia harus makan nasi dan minum obat. Ia tak ingin sakit lama karena harus mencari uang, lelaki itu memikirkan kesehatan sang mama yang tak kunjung membaik dan perlu biaya untuk membeli obat."Syifa, aku kangen. Dulu saat aku sakit seperti ini kamu yang mengurusku," gumam Ryan dalam hati.Di saat Ryan sakit seperti ini, Sherly tidak merawatnya dengan baik. Setelah masakan sayur yang keasinan, wanita itu lantas pergi dari kamar tersebut dan kini entah berada di mana. Ryan teringat kepada mantan istrinya, jangankan dalam keadaan sakit, dalam keadaan sehat pun Syifa dulu selalu merawatnya dengan baik.Ryan mengantuk dan tertidur karena efek obat yang ia minum, dalam mimpinya ia bertemu kembali dengan Syifa yang semakin cantik. Namun, Syifa berjalan bersama Athar. Lelaki itu pun mengejarnya, tetapi semakin di kejar Syifa semakin jauh dan Athar malah menertawakannya."Syifa ... Syifa ... Syifa ...."Sherly yang baru masuk kedalam kamar u
Aira mencoba mendekati Lidya, ia ingin meminta nomor Sabrina agar bisa mendapat informasi wanita seperti apa yang di sukai Athar. Namun, Lidya tidak berani memberikan nomor Sabrina pada sembarang orang apalagi orang seperti Aira."Maaf Mbak, aku gak bisa sembarangan memberi nomor Nona Sabrina. Aku harus izin dulu," ucap Lidya."Ish ... Aku yakin dia gak akan marah, masalah kemarin aja dia maafin aku," ucap Aira."Ya, saya tahu Nona Sabrina memang orang baik, tetapi saya hanya menjaga etika saja. Memberikan informasi pribadi termasuk nomor handphone seseorang tanpa izin itu tidak benar," ucap Lidya."Aku kasih kamu uang deh, kamu mau berapa nanti aku transfer," ucap Aira masih berusaha membujuk.Lidya tetap pada pendiriannya, menggelengkan kepala tak mau memberikan nomor Sabrina. Aira kesal, tetapi tidak bisa berbuat apa-apa, ia pun akhirnya pergi dari ruangan Lidya dan terpaksa menunggu wanita itu meminta izin kepada Sabrina terlebih dahulu."Dasar gak tahu diri, munafik. Kemarin wakt
"Coba angkat dulu, siapa tahu penting," ucap Amalia.Sabrina menganggukan kepala, ia mengangkat panggilan telepon dari nomor tak dikenal tersebut. Setelah berbicara terdengar suara wanita yang menghubungi nya, Sabrina pun bertanya siapa yang menelponnya."Hallo, ini siapa?" tanya Sabrina."Ini Aira, Nona Sabrina," jawaban dari sebrang membuat Sabrina menghela nafas."Oh kamu, ada perlu apa sampai menelpon ku?" tanya Sabrina."Ada hal yang ingin aku tanyakan tentang Athar, apa Nona ada waktu untuk ngobrol denganku?" tanya Aira."Sekarang aku agak sibuk, kalau mau nanti setelah pulang kerja kamu datang saja ke restoran SS kitchen," jawab Sabrina."Baik, Nona. Saya akan sempatkan waktu untuk datang ke restoran itu," ucap Aira.Setelah itu Sabrina mematikan sambungan teleponnya, ia pun kini kembali fokus mendengar penjelasan Amalia soal restoran. Wanita paruh baya itu menjelaskan pada Sabrina apa saja yang ia lakukan sebagai pemilik restoran selama ini, laporan apa yang ia periksa dan ia
Setelah mendapat jawaban dari Sabrina, Aira pun pamit untuk pulang. Ia sadar makanan di restoran itu harganya mahal-mahal sehingga ia hanya bisa membeli minuman saja, karena tanggal gajian masih lama. Sabrina pun pulang dan mereka berjalan bersama hingga ke depan restoran, ternyata sopir Sabrina sudah menunggu dan wanita cantik itu pun langsung pamit kepada Aira. "Duluan ya sopir Aku udah nunggu," ucap Sabrina."Iya terima kasih atas waktunya, Nona Sabrina."Sabrina menganggukan kepala lalu berjalan menuju mobil dan langsung memasuki mobil mewah tersebut, Aira hanya bisa memandang nya dari kejauhan. "Beruntung banget dia, kemarin masih office sekarang sudah jadi princess," ucap Aira dengan suara pelan.Di sepanjang perjalanan pulang Aira memikirkan bagaimana bisa menjadi wanita idaman Athar, sementara kriteria yang disebutkan Sabrina tadi sama sekali tidak ada pada dirinya. "Astaga, apa aku harus pakai kerudung sama seperti Nona Sabrina?" gumam Aira.Wanita itu menggelengkan kepal
"Iya, aku sudah mempersiapkan semuanya termasuk mahar pernikahan," ucap Athar."Kapan kamu mempersiapkannya, mengapa semua terasa sangat singkat untukku?" tanya Sabrina."Setelah aku berbicara di rumah ini, esok harinya aku langsung memesan sebuah benda untuk aku jadikan mahar," ucap Athar.Sabrina benar-benar tidak pernah berpikir jika Athar sudah mempersiapkan semuanya dalam waktu sesingkat itu. Sabrina tidak pernah tahu pikiran Athar tidak pernah tenang setelah kejadian Ryan mengganggunya, ia yakin akan ada lelaki lain yang nantinya akan menganggu Sabrina sehingga lelaki itu sangat ingin segera menghalalkan Sabrina dan mempersiapkan segala halnya dengan cepat.Satria menyadari langkah Athar dalam mempersiapkan itu, ia benar-benar merasa salut dengan asistennya itu. Bukan hanya masalah perkejaan saja yang cepat, dalam mengejar wanita nya pun Athar bergerak cepat. Itu sebabnya hari ini Satria ingin membuat mereka melakukan ijab kabul hari ini juga."Penghulu sebentar lagi datang, kal
"Athar, perempuan yang akan kamu lamar anak orang kaya?" tanya Gina.Athar tersenyum dan mengangguk, lalu meminta keluarganya mengeluarkan barang-barang dari mobil box untuk dibawa kepada pihak wanita yang sudah berjejer menyambut.Keluarga Athar pun menggambil barang-barang dari dalam mobil box dan mereka berikan kepada pijak keluarga perempuan yang menyambut, setelah semua barang dari mobil box sudah di berikan pada pihak wanita. Keluarga Athar pun dipersilahkan untuk masuk kedalam rumah mewah tersebut."Mah, Sabrina nya mana?" tanya Banyu."Masih di kamar, Pah. Tadi Mama cek Vsedang pakai kerudung, Mama 9. panggil lagi ya!" ucap Amalia."Iya, panggil sekarang keluarga calon suaminya sudah datang," ucap Banyu.Amalia pun berjalan meninggalkan para tamu untuk memanggil anaknya di kamar, sementara anggota keluarga Athar masih terkesima dengan kemewahan rumah calon mertua Athar. Mata mereka memutari seluruh penjuru ruangan tersebut, hingga akhirnya dua orang wanita cantik turun dari ta
"Emang kenapa kalau orang miskin?" tanya Athar."Kalau bisa kamu nikah sama anak orang kaya. Kan sekarang kamu sudah jadi lelaki sukses, masa nikah sama perempuan miskin gak maju-maju dong!" ucap Ros."Bu, jangan ngatur-ngatur Athar. Sama siapapun dia mau nikah yang penting dia bahagia, Athar seorang lelaki seperti apapun istrinya nanti dia yang akan menafkahinya!" tegur Gilang.Athar menghela nafas dan menggelengkan kepala, jika bukan karena hal penting seperti lamaran Athar tak ingin bertemu apalagi berbicara dengan ibu tirinya itu.Sejak Athar kecil Ros tak pernah menjadi ibu sambung yang baik, ia selalu memandang orang tak punya sebelah mata dan tidak memikirkan perasaan orang lain, hanya memikirkan kesenangan diri sendiri."Ayah, tolong ajarkan pada kedua adikku jangan memandang harta adalah segalanya karena Allah berfirman dalam Q.S Al-Kahfi ayat 56. Harta dan anak-anak adalah perhiasan kehidupan dunia, tetapi amal kebajikan yang terus-menerus adalah lebih baik pahalanya di sis
"Aku mau secepatnya, kalau bisa Jumat ini Ayah datang dan hari minggunya kita lakukan lamaran," ucap Athar masih melalui sambungan telepon.Sungguh lelaki itu tak ingin menunda lagi untuk segera menghalalkan wanita yang selama ini ia cintai dalam diam, cintanya tak bertepuk sebelah tangan jika tidak segera di sahkan ia takut ada lelaki lain yang menganggu hubungan mereka."Siapa saja yang harus ikut untuk acara lamarannya?" tanya Gilang."Keluarga inti. Ayah, ibu, dan adik-adik ayah serta suami dan istrinya," ucap Athar."Banyak dong sekitar sepuluh orang, ayah harus sewa mobil kalau gitu," ucap Gilang."Nanti aku akan kirim 2 mobil beserta supirnya dari sini. Ayah tinggal komunikasikan saja dengan om dan tante yang mau ikut berapa orang," ucap Athar.Gilang menghela nafasnya, ia adalah anak tertua di keluarganya dan memiliki 4 orang adik, 3 orang perempuan dan 1 orang laki-laki. Namun, ekonomi mereka semua sama-sama pas-pasan.Mereka jarang pergi keluar kampung, hanya Gilang yang seo
"Mah, Pah, kenapa harus pakai syarat segala?" tanya Sabrina."Setelah belasan tahun kamu hilang, lalu baru dipertemukan dengan kami. Tiba-tiba ada seorang lelaki yang ingin membawamu pergi, mana mungkin kami izinkan begitu saja tanpa memberi syarat," ucap Banyu.Satria menganggukan kepala setuju dengan ucapan sang papa, mereka baru menikmati kebersamaan dan bila di katakan belum puas pastinya belum puas. Namun, mereka tidak ingin melarang Athar untuk menikahi Sabrina karena takut nantinya Sabrina malah jatuh ke tangan lelaki yang tidak tepat.Sabrina mulai khawatir sang papa memberikan syarat yang memberatjan Athar, sehingga lelaki itu akhirnya tidak bisa menyanggupi dan akhirnya pernikahan mereka dibatalkan.Athar malah menganggukan kepala, ia akan berusaha menyanggupi apapun syarat dari Banyu, asalkan ia bisa menikah dengan Sabrina nyawa pun dia sanggup berikan."Apa syaratnya, Om?" tanya Athar."Syarat pertama setahun pernikahan kalian harus berada di rumah ini, aku tidak ingin kam
"Tidak tahu makanya lebih baik kamu datang dulu, mereka pasti terkejut karena tahunya kita hanya bersahabat," ucap Sabrina."HM ... Baiklah, besok aku akan bertemu kedua orang tuamu!" ucap Athar."Sekarang kamu istirahat dulu, oh iya ini salep yang untuk luka dari dokter aku simpan di kamarmu ya!" ucap Sabrina.Tanpa menunggu jawaban dari lelaki tampan itu Sabrina pun berjalan menuju kamar Athar, ia membuka pintu kamar yang tak di kunci. Begitu masuk kedalam kamar ia terkejut melihat fotonya yang di cetak besar menjadi penghias kamar itu.Athar menyusul langkah Sabrina dan hanya bisa terdiam di depan pintu kamar, saat melihat Sabrina terpaku memandangi fotonya sendiri di kamar itu."Apa ini alasannya kamu selalu mengunci kamar ini saat aku tinggal di sini dulu?" tanya Sabrina."Iya," jawab Athar singkat."Tapi waktu itu aku pernah masuk, foto ini tidak ada," ucap Sabrina."Aku sembunyikan di dalam lemari agar kamu tidak tahu," ucap Athar.Sabrina menghela nafas, lalu meletakan salep d
Sabrina begitu terkejut saat masuk ke dalam ruangan Athar, lelaki itu sedang tidak memakai baju dan memeriksa bekas lukanya. Ia berjalan cepat dan duduk di samping Athar, meringis melihat bekas luka yang di tutup perban itu."Apa jahitannya bermasalah?" tanya Sabrina."Enggak, cuma sedikit gatal aja," ucap Athar seraya menarik kemeja berusaha untuk memakai nya kembali."Jangan bohong, sini aku lihat! Mungkin perbannya harus di ganti," ucap Sabrina."Memang iya, nanti setelah pulang kerja aku akan ke rumah sakit untuk ganti perban," ucap Athar."Kalau masih sakit harusnya gak masuk dulu, kamu bandel sih!" ucap Sabrina.Athar tersenyum mendengar ocehan wanita cantik tersebut, ia sama sekali tidak marah justru senang karena ocehan itu menandakan jika Sabrina mengkhawatirkan dirinya."Besok gak usah kerja dulu, aku akan bilang ke kak Satria," ucap Sabrina."Tapi banyak file penting yang harus aku bereskan, Syifa!" ucap Athar."Bisa di kerjakan di rumah kan! Nanti berkasnya juga bisa di ki
Sabrina memanyunkan bibirnya mendengar ucapan Lidya, sementara Lidya yang tidak tahu jika Sabrina sedang membicarakan diri sendiri masih merasa santai."Saya yah kalau belum punya suami, terus pak Athar melamar saya. Gak akan banyak pikir saya pasti terima," ucap Lidya."Alasannya?" tanya Sabrina."Kenapa tanya alasan lagi, bukannya udah jelas terlihat pak Athar itu udah perfect banget, dia itu lelaki idaman semua wanita. Ganteng, punya jabatan yang oke, gak genit sama perempuan, gak sombong, Soleh, kalau jadi suami pasti bisa bikin bahagia," ucap Lidya."Sesempurna itu Athar di mata kalian, dia itu manusia biasa yang punya kekurangan," ucap Sabrina."Ya semua manusia gak ada yang sempurna dan punya kekurangan juga kelebihan, tapi kekurangan pak Athar sedikit dan hampir tak terlihat, sementara kelebihannya banyak dan membuat para wanita dengan mudah terpesona padanya," ucap Lidya.Telinga Sabrina merasa panas saat Lidya terus memuji orang yang kini selalu ada dalam pikirannya, Sabrina
Keesokan harinya, Athar sudah diperbolehkan untuk pulang karena sebenarnya ia tidak terlalu luka terlalu parah, lelaki itu masih diberi kesempatan untuk istirahat oleh Satria. Namun, karena tidak terbiasa berdiam diri di rumah akhirnya ia pun masuk kerja. "Kamu ini gimana sih, bukannya istirahat malah kerja. Apa kak Satria yang masak kamu buat kerja?!" tanya Sabrina.Wanita cantik itu langsung datang ke perusahaan saat tahu Athar bekerja, ia khawatir jika kondisi Athar masih lemah. Namun, dipaksa untuk bekerja oleh kakaknya. "Aku udah baik-baik aja, Syifa. Bukan Satria yang maksa, dia justru memberikan aku kesempatan untuk istirahat. Akan tetapi, aku nggak betah di rumah nggak ngapa-ngapain jadi lebih baik kerja," ucap Athar."Tapi kan kamu habis dioperasi, Athar! Gimana nanti kalau sakit lagi," ucap Sabrina."Kan yang dioperasi cuma bagian perut yang ditusuk, yang lainnya nggak sakit. Lagi pula aku bawa obat dari dokter kok, jadi nggak usah khawatir ya, Sayang!" ucap Athar.Sabrin