Aluna hilang. Aluna pergi tanpa kabar. Walaupun Ethan sudah melacak lewat ponsel Aluna yang terhubung dengannya, tetap saja tidak bisa. Sudah 4 hari Aluna tidak ada kabar. Ethan benar-benar frustasi. Ia sudah mengerahkan orang suruhannya untuk mencari Aluna namun belum ada kabar sedikitpun. Ini juga salahnya, kenapa ia tidak mencari tahu saat Aluna pulang kampung? Sial Ethan begitu pusing. Setelah membuat Ethan berbunga-bungan dengan pernyataan Aluna terakhir kali di telepon. Ternyata Aluna berencana menghilang. Ethan menghela nafas sebelum meminum sebuah cairan alkohol dari gelas kecil tersebut. “Belum ada kabar?” tanya Bobby menghisap rokok. Ethan menggeleng. Bersandar pada sofa. “Sudah tidak usah dipikirkan, mungkin saja dia memang ingin pergi.” Bobby menatap Ethan. “Dia ingin pergi karena kau akan menikah. fokus saja pada pernikahanmu 2 hari lagi.” “Shit!” Ethan menatap Bobby nyalang. “Bicara sekali lagi aku akan menghajarmu.” Bobby terkekeh pelan. “Sant
“Akhirnya kami menemukan orang yang melihat Aluna, Sir.” Ethan langsung pergi menemui orang kepercayaannya. Seorang detektif dari perusahaan swasta. Tempat mereka bertemu adalah sebuah restoran hotel. Tidak masuk ke dalam melainkan di luar. “Sangat sulit melacak keberadaan Aluna karena ada orang yang ikut campur menutupinya.” “Semua CCTV yang menunjukkan keberadaan Aluna seakan hilang semua. Tidak ditemukan sama sekali,” jelas Sandi si detektif swasta yang dipercaya Ethan. “Tapi ada pegawai restoran yang mengaku melihat Aluna.” Ethan mengangguk. “Di mana orang itu?” Seorang pegawai yang masih menggunakan seragam itu terlihat hati-hati keluar dari gedung. Pegawai dengan kacamata tebal itu mendekati Ethan dan Sandi. “To the point. Kau melihat perempuan ini atau tidak?” Sandi menunjukkan foto Aluna dikirim oleh Ethan. Pegawai itu mengangguk. “Iya. Ada yang terjadi dengan wanita itu di restoran hotel ini.” “Beritahu aku apa yang terjadi?” Pegawai itu menatap Et
Pintu dibuka. Anak pertama, anak laki-laki yang jarang sekali pulang saat menginjak dewasa itu akhirnya muncul di rumah orang tuanya. Bukannya senang. Ethan dipenuhi kemarahan yang tercetak jelas dari wajah tampannya. Tanpa babibu, mencari orang tuanya yang saat ini sedang bersantai di sebuah ruang keluarga. “Ethan?” Margaret berdiri dari duduknya. “Kenapa tiba-tiba datang? Kenapa tidak memberitahu dulu?” Ethan melempar map berwarna cokelat muda yang berisi hasil DNA-nya dengan Gio. “Sejak kapan menyeledikiku?” tanya Ethan. “Ada apa?” Peter mengambil map itu. “Tidak—” Margaret hendak mengambil map itu, namun Peter keburu mengambil map itu. “Itu bukan apa-apa.” Peter membukanya dan melihat hasil dari DNA tersebut. “Anak laki-laki berusia tujuh tahun?” tanya Peter begitu kaget. “Anak siapa? Anakmu Ethan?” tanyanya pada sang putra. “Siapa anak laki-laki ini?” Margaret segera menggeleng. “Tidak penting. Lagipula Ethan akan menikah dengan Grace. Tidak usah mementi
“Sir, saya tidak menemukan Aluna.” Setelah 24 jam berusaha mencari keberadaan Aluna, Sandi tidak kunjung bisa mendapatkan jejak Aluna di mana. “Cari terus.” Ethan menghela nafas. “Saya yakin ada orang yang menutupi keberadaan Aluna.” Sandi yang terdengar putus asa. Biasanya detektif swasta dengan bayaran tinggi itu hanya memerlukan waktu beberapa jam saja untuk melacak keberadaan orang. Namun melacak keberadaan Aluna seperti sedang mencari jarum di antara jerami. Sangat sulit! “Itu orang tuaku. Pasti mereka menghapus semua jejak Aluna agar aku tidak bisa menemukannya.” Benar. Orang tua Ethan lebih berkuasa. Pasti mereka menggunakan jasa seseorang yang lebih ahli. Maka pertarungan dimulai. Anak vs orang tua. Setelah pintu dibuka oleh sopir. Ethan keluar dengan tanga yang masih memegang telepon. “Aku beri waktu kau sehari. Jika tidak bisa menemukan Aluna, aku akan menyuruh orang lain.” Tegas, jika memang tidak mampu. Ethan akan mencari orang lain. Keberadaan Alu
Beberapa hari yang lalu. Aluna pulang. Mematikan ponselnya lalu membuangnya begitu saja. Karena ia takut Ethan akan melacak keberadaannya. Setelah turun dari kereta Aluna menghela nafas dalam sebelum menarik kopernya berjalan. Tiba-tiba air matanya jatuh lagi. Aluna menghela nafas berkali-kali sebelum masuk ke dalam mobil yang sudah ia sewa. Tidak begitu lama. Ia sampai di rumah. Kedatangannya sontak membuat keluarganya kaget. Karena Aluan tidak memberitahu mereka akan pulang. Dan juga, Aluna baru saja pulang. “Aluna,” panggil Linda, ibu Aluna. “Kamu kok pulang? Apa yang terjadi?” Linda menatap putrinya. “Wajah kamu…” lirihnya. “Kenapa Aluna? Apa yang terjadi?” tanyanya lagi. Aluna tidak kuasa menahan tangisnya. Akhirnya Linda membawa putrinya masuk ke dalam. Di sanalah Aluna menangis lebih kencang. Pertahanannya runtuh. Aluna tidak bisa berpura-pura tegar lagi dalam keadaan seperti ini. Linda memeluk putrinya. Mengusap bahu Aluna pelan. “Ibu gak tahu a
Tidak ada mempelai wanita yang tiba-tiba mendatangi mempelai laki-laki. Grace dengan gaunnya yang memanjang mengetuk kamar Ethan. “Hai!” Grace melambaikan tangannya. Ethan membuka pintu. Tanpa bisa dicegah Grace sudah masuk ke dalam kamarnya. “Kau tampan.” Menatap Ethan. Ethan sudah siap dengan kemeja putih lengkap dengan jas dan dasi. Pernikahan yang paling tidak dinginkan. Ethan hanya menghembuskan nafas lelah. “Keluar.” Grace menggeleng. “Ehm..” “Tidak, nanti dulu. Aku masih ingin melihatmu.” Mendekat. Dengan lancangnya, tangannya terangkat mengusap rahang Ethan. “Akhirnya kau jadi milikku.” Ethan menyipitkan mata. “Kau begitu terobsesi denganku?” “Ya karena aku mencintaimu. Aku tidak terobsesi denganmu, aku mencintaimu dan ingin menjadikanmu milikku. Hanya milikku…” Grace berjinjit. “Aku tidak ingin ada orang lain diantara kita.” Sial, seharusnya Ethan bisa mendorong wanita ini menyingkir. Bagaimanapun ia begitu jijik melihat Grace. Apalagi melihat
PRANG! Setelah ucapan Grace selesai. Ethan mengambil cincin pernikahan mereka dan melemparnya begitu saja. “Ethan!” teriak Grace. Bukan hanya Grace yang berteriak, seluruh keluarga mereka. Apalagi Margaret yang melihat putranya melakukan hal tersebut. “Aku sudah tidak tahan.” Ethan menyugar rambutnya. “Aku tidak mau menikah dengan wanita gila sepertimu.” “Ethan jaga sikap kamu!!” teriak Margaret. Harianto menarik putrinya. “Berani-beraninya kamu mempermalukan keluarga kami. Putriku terlalu berharga jika menikah dengan pria sepertimu.” Ethan tertawa pelan. Ia berjalan mendekat dengan senyum miring. “Aku tahu yang kau sembunyikan..” lirihnya. “Kau ingin aku membongkarnya sekarang?” “Omong kosong!” Harianto mendorong dada Ethan. Ethan memberikan kode pada Bobby. Bobby mendekat. Memberikan dokumen pada Ethan. Membuka dokumen itu. Menunjukan isi dari lembar kertas tersebut kepada ayah Grace. “Putrimu ini hamil. Siapa yang menghamilinya?” tanya Ethan. Menggeleng pelan. “Tentu
“Aku pikir dia benar-benar mencintaimu.” Bobby masih tidak menyangka setelah semua yang terjadi. “Bisa-bisanya mereka…” lirihnya lagi. Ethan berdecak pelan. “Sialan… seorang aku akan dijadikan pelampiasan? Aku hanya dijadikan alat agar mereka tetap bisa bersama.” Bobby menggeleng sembari terus fokus pada jalanan. Sekarang ia sedang perjalanan mengantarkan tuan raja Ethan ke Bandara. Untuk menyusul Aluna ke kampung. “Si gila itu, padahal mereka bisa berbicara pada orang tua mereka. Atau kawin lari saja. Tapi malah memaksamu untuk menikahinya.” Ethan tertawa pelan. “Dari dulu Grace diakui sebagai anak kandung Harianto. Jika kabar menyebar tentang mereka yang berhubungan, semua hancur. Reputasi keluarga Salim akan hancur dengan perbuatan mereka. Akan berdampak pada perusahaan juga.” “Dia membangun reputasi seolah-olah mengejarku dan terobsesi denganku. Padahal wanita jalang itu bermain dengan pria lain….” Ethan menyandarkan tubuhnya. “Sial…” umpatnya lagi. “Tidak ada wani