Beberapa hari yang lalu. Aluna pulang. Mematikan ponselnya lalu membuangnya begitu saja. Karena ia takut Ethan akan melacak keberadaannya. Setelah turun dari kereta Aluna menghela nafas dalam sebelum menarik kopernya berjalan. Tiba-tiba air matanya jatuh lagi. Aluna menghela nafas berkali-kali sebelum masuk ke dalam mobil yang sudah ia sewa. Tidak begitu lama. Ia sampai di rumah. Kedatangannya sontak membuat keluarganya kaget. Karena Aluan tidak memberitahu mereka akan pulang. Dan juga, Aluna baru saja pulang. “Aluna,” panggil Linda, ibu Aluna. “Kamu kok pulang? Apa yang terjadi?” Linda menatap putrinya. “Wajah kamu…” lirihnya. “Kenapa Aluna? Apa yang terjadi?” tanyanya lagi. Aluna tidak kuasa menahan tangisnya. Akhirnya Linda membawa putrinya masuk ke dalam. Di sanalah Aluna menangis lebih kencang. Pertahanannya runtuh. Aluna tidak bisa berpura-pura tegar lagi dalam keadaan seperti ini. Linda memeluk putrinya. Mengusap bahu Aluna pelan. “Ibu gak tahu a
Tidak ada mempelai wanita yang tiba-tiba mendatangi mempelai laki-laki. Grace dengan gaunnya yang memanjang mengetuk kamar Ethan. “Hai!” Grace melambaikan tangannya. Ethan membuka pintu. Tanpa bisa dicegah Grace sudah masuk ke dalam kamarnya. “Kau tampan.” Menatap Ethan. Ethan sudah siap dengan kemeja putih lengkap dengan jas dan dasi. Pernikahan yang paling tidak dinginkan. Ethan hanya menghembuskan nafas lelah. “Keluar.” Grace menggeleng. “Ehm..” “Tidak, nanti dulu. Aku masih ingin melihatmu.” Mendekat. Dengan lancangnya, tangannya terangkat mengusap rahang Ethan. “Akhirnya kau jadi milikku.” Ethan menyipitkan mata. “Kau begitu terobsesi denganku?” “Ya karena aku mencintaimu. Aku tidak terobsesi denganmu, aku mencintaimu dan ingin menjadikanmu milikku. Hanya milikku…” Grace berjinjit. “Aku tidak ingin ada orang lain diantara kita.” Sial, seharusnya Ethan bisa mendorong wanita ini menyingkir. Bagaimanapun ia begitu jijik melihat Grace. Apalagi melihat
PRANG! Setelah ucapan Grace selesai. Ethan mengambil cincin pernikahan mereka dan melemparnya begitu saja. “Ethan!” teriak Grace. Bukan hanya Grace yang berteriak, seluruh keluarga mereka. Apalagi Margaret yang melihat putranya melakukan hal tersebut. “Aku sudah tidak tahan.” Ethan menyugar rambutnya. “Aku tidak mau menikah dengan wanita gila sepertimu.” “Ethan jaga sikap kamu!!” teriak Margaret. Harianto menarik putrinya. “Berani-beraninya kamu mempermalukan keluarga kami. Putriku terlalu berharga jika menikah dengan pria sepertimu.” Ethan tertawa pelan. Ia berjalan mendekat dengan senyum miring. “Aku tahu yang kau sembunyikan..” lirihnya. “Kau ingin aku membongkarnya sekarang?” “Omong kosong!” Harianto mendorong dada Ethan. Ethan memberikan kode pada Bobby. Bobby mendekat. Memberikan dokumen pada Ethan. Membuka dokumen itu. Menunjukan isi dari lembar kertas tersebut kepada ayah Grace. “Putrimu ini hamil. Siapa yang menghamilinya?” tanya Ethan. Menggeleng pelan. “Tentu
“Aku pikir dia benar-benar mencintaimu.” Bobby masih tidak menyangka setelah semua yang terjadi. “Bisa-bisanya mereka…” lirihnya lagi. Ethan berdecak pelan. “Sialan… seorang aku akan dijadikan pelampiasan? Aku hanya dijadikan alat agar mereka tetap bisa bersama.” Bobby menggeleng sembari terus fokus pada jalanan. Sekarang ia sedang perjalanan mengantarkan tuan raja Ethan ke Bandara. Untuk menyusul Aluna ke kampung. “Si gila itu, padahal mereka bisa berbicara pada orang tua mereka. Atau kawin lari saja. Tapi malah memaksamu untuk menikahinya.” Ethan tertawa pelan. “Dari dulu Grace diakui sebagai anak kandung Harianto. Jika kabar menyebar tentang mereka yang berhubungan, semua hancur. Reputasi keluarga Salim akan hancur dengan perbuatan mereka. Akan berdampak pada perusahaan juga.” “Dia membangun reputasi seolah-olah mengejarku dan terobsesi denganku. Padahal wanita jalang itu bermain dengan pria lain….” Ethan menyandarkan tubuhnya. “Sial…” umpatnya lagi. “Tidak ada wani
Aluna senang bisa menghabiskan waktu bersama keluarganya. Ibu dan neneknya terlihat menikmati masakannya. “Panggil Gio,” ucap Linda. “Anak itu kalau sudah belajar tidak mau makan.” “Gio makan dulu!” teriak Aluna. Akhirnya Gio keluar dari kamarnya. Bocah itu nampak malas saat di suruh makan oleh ibunya. “Jangan belajar terus. Kamu juga butuh istirahat.” Aluna mengambilkan nasi dan lauk ayam untuk putranya. Gio menuruti keinginan ibunya untuk makan. “Nah seperti itu kan pintar.” Aluna tersenyum. Kalau ada penghargaan untuk murid yang paling rajin, Gio pasti akan selalu mendapatkannya. Bocah itu begitu rajin belajar dan mengerjakan PR. Walaupun masih duduk dibangku SD kelas 1 Gio sudah begitu mahir matematika. Otaknya yang cerdas mampu mengusai rumus-rumus sederhana yang diajarkan di kelas. Hal itu membuat Aluna bangga. Dirinya pintar, tentu saja anaknya juga pintar. Apalagi kalau dipikir, Gio mempunyai darah orang tua yang sama-sama pintar. Aluna selalu mendapatk
Aluna keluar bersama ibunya. Benar saja seorang pria tua dengan sarung. Rambut yang mulai memutih itu berada di depan rumahnya. “Aku menagih hutangmu,” ucap Pak Dedi dengan mata yang tidak lepas memandang Aluna. “Tunggu aku akan mengambilnya.” Linda baru saja ingin mengambil uang namun suara Dedi menghentikannya lagi. “Semuanya. Aku ingin kau melunasi semua hutangmu.” Aluna mengernyit. “Berapa?” “150 juta.” “Apa?” Aluna mengernyit. “Sebanyak itu? Hutangnya berbunga?” Dedi mengangguk. “Tentu saja berbunga! Memangnya aku beramal?” Aluna menghela nafas. “Aku akan membayarnya namun masih kurang 50 juta.” Dedi memandang Aluna. “Harus kau lunasi segera. Jika tidak…” Dedi tersenyum. “Kau menikahlah dengan anakku. Dia sudah lama menyukaimu.” Dedi memandang Aluna rendah. “Dia bahkan tidak peduli pada statusmu yang tidak jelas..” “Apa?” Aluna semakin tercengang. Bagaimana bisa pria tua ini memintanya menjadi istri anaknya. Yang Aluna ketahui, anak Dedi ini adalah tem
Tidak ada yang sadar dengan kedatangan seorang pria. Ethan yang baru saja turun dari mobil mengernyit melihat keributan di depan rumah Aluna. Apalagi Aluna terlihat bertengkar dengan seorang pria tua. Anehnya lagi, para warga yang perlahan keluar dari rumah tidak ada yang berani mendekat. Ethan melotot saat pria itu semakin mendekati Aluna. Sampai ia berlari dan mencegah pria itu menampar Aluna. Ethan menghadang tangan kakek tua itu. “Siapa kau berani-beraninya mau menampar calon istriku.” “Calon istri?” semuanya membeo. Bahkan Aluna sendiri begitu terkejut melihat Ethan sudah berdiri di hadapannya. Aluna belum sempat berbicara Ethan lebih dulu menariknya ke belakang. Ethan mengambil tempat dan menghadang pria itu. “Kau bisa dilaporkan atas pemukulan wanita. Kau bisa dihukum minimal 2 tahun penjara.” Ethan menatap tangannya yang masih menggenggam pergelangan tangan pria tua itu. Hih! Ethan langsung menghempaskannya dengan jijik. Sebelah tangannya masih betah m
Mendapat pertanyaan seperti itu tanpa ragu Ethan menjawab iya. Ia juga menebak bahwa yang bertanya adalah ibu Aluna. Maka tidak ada keraguan saat menjawabnya. “Iya, saya ayah Gio.” Linda maju ke depan. Tangannya terangkat dan menampar pipi Ethan. PLAAAKSuara yang begitu renyah untuk di dengar. Ethan merigis pelan memegangi pipinya. Tidak pernah sesakit ini ditampar. Mungkin karena ditampar calon ibu mertuanya membuat rasa sakitnya seolah bertambah berkali-kali lipat. “Kenapa kamu ke sini?” tanya Linda. “Kenapa kamu ke sini setelah sekian lama? Kamu tidak tahu? Bagaimana perjuangan Aluna membesarkan Gio sendiri?” “Bu sudah..” Aluna menggeleng. Tidak menginginkan keributan ini. Aluna melupakan satu hal. Bahwa anaknya di rumah. Bahwa sedari tadi Gio melihat semua ini. Aluna mendekati Gio yang berdiri menatap mereka. “Gio kamu..” Aluna mengusap dahi Gio. “Gio ke kamar ya?” Gio hanya mengangguk. Melirik sekilas Ethan yang berhadapan dengan neneknya. Aluna memastikan Gio su