Share

Chapter 77

Penulis: Iamyourhappy
last update Terakhir Diperbarui: 2024-07-04 07:55:22

“Aku dengar Aluna adalah kakakmu.”

Gio mengangguk. “Iya..”

“Lantas kenapa kau memanggilnya Mama?”

“Karena aku sayang mama,” balas Gio.

Jawaban Gio membuat Ethan berdecak. Memangnya apa yang ia harapkan dari jawaban anak kecil.

“Lalu di mana orang tua—”

“Ayo!” Aluna kembali dengan tiga tiket di tangannya.

Akhirnya mereka naik sebuah wahana mobil yang berkeliling. Mobil itu berjalan di atas sebuah jalur mirip kereta api.

Dilihat dari kejauhan, orang-orang pasti mengira bahwa mereka adalah keluarga cemara yang berbahagia.

Posisi Gio berada di tengah diapit oleh Ethan dan Aluna.

Mereka tertawa karena Gio memainkan sebuah tembak yang ternyata mengucur air.

Sruut!

Terkena wajah Ethan.

Aluna tertawa begitu puas. “HAHAHAH… WAJAHMU…”

Aluna sangat puas dengan Gio yang menembak Ethan dengan tembakan air tersebut.

“Bukan begitu caranya bocah kecil.” Ethan mengusap wajahnya kasar.

Kemudian mengajari Gio untuk menembak mobil-mobilan di hadapan mereka.

Tepatnya pada s
Bab Terkunci
Lanjutkan Membaca di GoodNovel
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terkait

  • Perjanjian Panas dengan Bos Arogan   Chapter 78

    Aluna tidak tahu apakah harus berterima kasih pada Ethan atau tidak. Karena sepanjang mereka bermain di taman hiburan, Ethan yang menggendong Gio. Tapi Aluna juga tidak menginginkan keberadaan pria itu bersamanya dan Gio. Malam hari. Mereka akhirnya sampai di Apartemen. Tentu saja Gio yang saat ini tengah digendong Ethan menuju kamar. “Hati-hati.” Ethan membaringkan tubuh Gio di atas kasur. Ia mengernyit. “Sejak kapan kamar ini berubah? kenapa aku tidak tahu?” Aluna menaruh jarinya di bibir sebagai tanda diam saja. Aluna membuka sepatu Gio, beralih membuka celana dan kaos bocah itu. lalu menggantinya dengan pakaian tidur. Aluna melakukannya dengan sangat telaten dan hati-hati. semua ia lakukan agar Gio tetap nyaman dan tidak terbangun. “Kau begitu ahli,” komentar Ethan ketika mereka keluar dari kamar Gio. “Apa yang ahli?” “Mengurus anak kecil.” Aluna menoleh. “Kamu harus pulang. Ini hari liburku kalau kamu lupa.” Ethan mendengus kesal. “Tidak usah kau ing

    Terakhir Diperbarui : 2024-07-04
  • Perjanjian Panas dengan Bos Arogan   Chapter 79

    Sebuah mobil berhenti tepat di depan seorang perempuan dan anak laki-laki. Ethan keluar dari mobil dengan kacamata yang bertengger di hidung. Menggunakan kaos putih dan celana pendek selutut. Sederhana sekali, namun tidak saat melihat aksesoris yang digunakan pria itu. Jam rolex seharga ratusan juta rupiah. “Mama, kita pergi bersama uncle?” tanya Gio. Aluna mengangguk. “Kau belum memberitahunya?” tanya Ethan menyipitkan mata. Aluna menunduk. “Uncle tahu tempat yang bagus. Kamu tidak mau pergi dengan uncle?” Belum sempat menjawab, Ethan lebih dulu menyerobot. “Aku tahu tempat bagus. Kau tidak akan menyesal jika pergi denganku,” meyakinkan bocah kecil itu. “Aku membelikanmu es krim.” Ethan mengeluarkan jurusnya. “Jika kau mau pergi denganku, maka aku akan membiarkanmu makan es krim.” Gio nampaknya sedang berpikir. “Tidak usah banyak berpikir.” Ethan menggendong Gio dengan mudah. “Aku belum bilang iya loh uncle!” teriak Gio di dalam gendongan Ethan. Ethan me

    Terakhir Diperbarui : 2024-07-04
  • Perjanjian Panas dengan Bos Arogan   Chapter 80

    Sampai juga di kebun binatang. Pilihan tempat Ethan tidak buruk. Kebun binatang memang tempat yang bagus untuk bermain anak kecil. Sekalian belajar tentang hewan-hewan langka. Mereka berjalan saling bergandengan tangan. Gio di tengah, sedangkan Aluna di samping kanan dan Ethan di samping kiri. Kenapa sampai seperti itu? karena Gio sendiri yang menggandeng tangan Aluna dan tangan Ethan. “Panda.” Tunjuk Gio pada seekor panda yang begitu besar. Gio nampak antusias. “Kalian di sana saja, aku akan memotret kalian.” Ethan membiarkan mereka dekat dengan kaca yang memisahkan mereka dengan area panda. Ethan mengeluarkan ponselnya. Memotret Aluna dan Gio. Bibirnya tersenyum melihat mereka berdua yang tampak bahagia. Lanjut—berjalan ke luar. Di sana ada jerapah. Untuk memberi makan jerapah mereka harus membayar. Aluna mengeluarkan dompetnya. “Tidak usah, biar aku.” Ethan mengeluarkan dompetnya. “Uncle punya uang ya mama?” lirih Gio. Ethan menghela nafas. Setelah

    Terakhir Diperbarui : 2024-07-04
  • Perjanjian Panas dengan Bos Arogan   Chapter 81

    Aluna tidak tahu apa yang menjadi Gio kambuh. Padalah sebelum berangkat, Aluna sudah memastikan Gio meminum obat. Mungkin udara dingin dan kelelahan. Ini salah Aluna karena membawa memaksa menerobos hujan untuk pergi ke parkiran. “Gio kenapa—” Ethan menoleh ke belakang. “Ethan sekarang ke rumah sakit.” Tanpa banyak kata. Ethan menuruti perintah Aluna. Aluna memeluk Gio. “Tahan ya.. tahan sebentar.” “Coba nafas dulu… tarik… buang..” Aluna menggosok lengan putranya yang begitu dingin. “Gio bertahan sayang..” Aluna mengecup puncak kepala Gio beberapa kali. Ethan melirik Aluna dari kaca spion. Tidak pernah melihat Aluna yang begitu ketakutan. Aluna terlihat sangat ketakutan. Padahal dulu Ethan sering membuli Aluna, namun wanita itu tidak pernah memperlihatkan raut ketakutan. Tapi sekarang, karena keadaan anak kecil itu membuat Aluna begitu ketakutan. Seakan takut ditinggal pergi. Tidak membutuhkan waktu yang lama. Sampai di sebuah rumah sakit di bawah naungan Wins

    Terakhir Diperbarui : 2024-07-05
  • Perjanjian Panas dengan Bos Arogan   Chapter 82

    Aluna menguatkan diri sebelum menjawab pertanyaan Ethan. “Itu karena… karena.. ayah Gio orang luar.” “Kakakku menikah dengan orang luar.” Jawaban masuk akal Aluna masih bisa diterima oleh Ethan. Meskipun pada dasarnya, kemiripan Gio dengannya sedikit mengganjal. Namun ia bisa menerimanya karena ia dan Gio sama-sama belasteran. Mungkin saja mirip karena memiliki darah campuran dari luar. Gio dipindahkan ke ruangan biasa. Bukan ruangan biasa. Ruangan VVIP rumah sakit. Yang untuk satu malamnya bisa menghabiskan uang belasan bahkan puluhan juta. Bahkan di dalam kamar Gio ada satu kasur yang digunakan untuk tidur siapapun yang menunggu. Aluna mendekati Gio yang sedang tertidur. Ia menyelimuti tubuh Gio sampai sebatas leher. Sebelum menjauh—Aluna lebih dulu mengecup dahi Gio beberapa detik. Setelah itu menjauh. “Aku ingin bicara denganmu.” “Tentang apa?” Aluna mengernyit. “Untuk Gio, aku tidak bisa memberitahumu lebih detail. Itu karena… karena menyangkut orang tua

    Terakhir Diperbarui : 2024-07-05
  • Perjanjian Panas dengan Bos Arogan   Chapter 83

    “Kenapa kamu sangat peduli? Gio bukan siapa-siapa kamu..” Ethan mengedikkan bahu. “Entahlah. Aku hanya merasa akrab dengannya..” Ethan menatap lurus ke depan dengan bibir yang tersenyum. “Dia lucu.” Ethan tersenyum. “Aku tidak menyangka aku bisa akrab dengan anak kecil. Padahal aku pikir anak kecil itu merepotkan. Tapi Gio bukan anak yang merepotkan.. dia anak yang pintar.” Aluna terdiam sebentar. “Apa menurutmu Gio anak yang baik?” Ethan mengangguk. “Tentu saja. Dia anak yang baik. Dia menggemaskan..” Haruskan Aluna memberitahukan Ethan tentang siapa sebenarnya Gio? Aluna bimbang. “Jadi kamu tidak membenci anak kecil lagi?” “Mungkin tidak.” Ethan mengedikkan bahu. “Kenapa kau bertanya seperti itu?” “Aku tidak tahu.” Aluna tersenyum. “Aku hanya membayangkan bagaimana jika ada perempuan yang mengaku mempunyai anak dari kamu. Apa kamu akan menerimanya?” Tertanya pelan untuk mengurangi ketegangan Aluna. Sebenarnya ia tahu berbicara seperti ini. “Entahlah.” Ethan berpikir sej

    Terakhir Diperbarui : 2024-07-05
  • Perjanjian Panas dengan Bos Arogan   Chapter 84

    Aluna segera mematikan televisi yang menyala. Ia menatap Ethan yang santainya bersandar dengan tangan yang membawa bungkusan. “Uncle!” teriak Gio. Ethan melambaikan tangannya. “Hai. Bocah.” Ethan mendekat dan memberikan paper bag itu pada Aluna. “Kue, roti, brownis… aku tidak tahu kesukaanmu. Aku membeli semuanya.” Aluna membuka paper bag itu. Benar, kue yang dibeli Ethan begitu banyak. “Uncle tidak bekerja?” tanya Gio dengan polos. “Bekerja. Aku ke sini untuk menjengukmu sebentar.” “Bagaimana keadaanmu boy?” Ethan mengusap puncak kepala Gio. “Sudah tidak sakit?” Gio menggeleng. “Tidak sakit. Gio ingin pulang.” “Kau boleh pulang besok.” Ethan menatap mainan yang berada di tangan Gio. “Kau suka mainan itu?” tanya Ethan. Gio mengangguk. “Uncle yang membeli?” “Iya. Supaya kau tidak bosan saat di sini. Kalau kau ingin lagi aku akan membelikanmu yang banyak.” “Ethan.” Aluna menyipitkan mata. Ethan mendengus kesal. “Mamamu ini..” lirihnya. Gio tertawa. “Tidak

    Terakhir Diperbarui : 2024-07-05
  • Perjanjian Panas dengan Bos Arogan   Chapter 85

    Aluna diam-diam pergi ke kampung untuk mengantar Gio pulang. Ia sama sekali tidak memberi tahu Ethan. Lagipula juga tidak lama, ia hanya menginap sehari dan kembali ke kota. Namun saat ia berjalan di bandara. Pandangannya tertuju pada satu titik. Yaitu pria yang saat ini sedang duduk. Pakaiannya yang begitu mencolok. Kemeja rapi dengan jas. Kacamata hitam yang bertengger di hidung. “Kenapa kamu di sini?” tanya Aluna menatap Ethan. “Aku menjemputmu.” Ethan mengedikkan bahu. Kemudian berdiri—melepaskan kacamatanya sambil tersenyum miring. “Kau pergi diam-diam tanpa memberitahuku.” Ethan mendekat. “Apa menurutmu itu sopan?” Aluna mengernyit. “Sopan!” “Aku hanya sebentar dan kembali.” Aluna mendengus kesal. “Aku juga ingin mengantar Gio. Tapi kau pergi sendiri. Pergi ke kampung lagi.” Ethan bersindekap. “Aku kan tidak mau mengganggu kamu. Kamu sibuk bekerja, nanti kalau mengantarku dan Gio. Kamu harus menunda jadwal meeting kamu.” Aluna berdecak. “Aku ini pengertia

    Terakhir Diperbarui : 2024-07-05

Bab terbaru

  • Perjanjian Panas dengan Bos Arogan   Chapter 623 Ending

    GUYS INI CHAPTER TERAKHIR. SEMOGA SUKA YA... Aiden memutuskan untuk pergi langsung tanpa sarapan. ia pergi ke parkiran yang terletak di samping. Di sanalah motornya tersimpan… Namun ia berhenti ketika melihat ayahnya yang berada di samping motornya. “Kenapa dad di sana?” tanya Aiden mengernyit. “Dad ingin membuang motorku?” tanya Aiden lagi. Gio menghela napas. Kemudian tangannya terulur mengusap motor Aiden pelan. “Warnanya bagus… helmnya juga cocok.” Gio tersenyum. “Kamu membelinya dengan uang kamu sendiri ya?” kemudian mengangguk. “Motornya bagus.” Aiden mengernyit. Kemudian mendekat. “Apa yang terjadi dengan Dad?” Gio mengusap pelan bahu anaknya. “Dad minta maaf, Dad tidak tahu kalau Dad bersalah pada kamu. Dad sering mengabaikan kamu. Dad menganggap enteng acara penting kamu. Dad terlalu sibuk bekerja sampai tidak memperhatikan kamu…” “Dad juga lupa kalau semua anak pasti melakukan kesalahan…” Gio tersenyum. “Dad seharusnya memuji kamu daripada

  • Perjanjian Panas dengan Bos Arogan   Chapter 623 Ending

    GUYS INI CHAPTER TERAKHIR. SEMOGA SUKA YA... Aiden memutuskan untuk pergi langsung tanpa sarapan. ia pergi ke parkiran yang terletak di samping. Di sanalah motornya tersimpan… Namun ia berhenti ketika melihat ayahnya yang berada di samping motornya. “Kenapa dad di sana?” tanya Aiden mengernyit. “Dad ingin membuang motorku?” tanya Aiden lagi. Gio menghela napas. Kemudian tangannya terulur mengusap motor Aiden pelan. “Warnanya bagus… helmnya juga cocok.” Gio tersenyum. “Kamu membelinya dengan uang kamu sendiri ya?” kemudian mengangguk. “Motornya bagus.” Aiden mengernyit. Kemudian mendekat. “Apa yang terjadi dengan Dad?” Gio mengusap pelan bahu anaknya. “Dad minta maaf, Dad tidak tahu kalau Dad bersalah pada kamu. Dad sering mengabaikan kamu. Dad menganggap enteng acara penting kamu. Dad terlalu sibuk bekerja sampai tidak memperhatikan kamu…” “Dad juga lupa kalau semua anak pasti melakukan kesalahan…” Gio tersenyum. “Dad seharusnya memuji kamu daripada

  • Perjanjian Panas dengan Bos Arogan   Chapter 623 Ending

    GUYS INI CHAPTER TERAKHIR. SEMOGA SUKA YA... Aiden memutuskan untuk pergi langsung tanpa sarapan. ia pergi ke parkiran yang terletak di samping. Di sanalah motornya tersimpan… Namun ia berhenti ketika melihat ayahnya yang berada di samping motornya. “Kenapa dad di sana?” tanya Aiden mengernyit. “Dad ingin membuang motorku?” tanya Aiden lagi. Gio menghela napas. Kemudian tangannya terulur mengusap motor Aiden pelan. “Warnanya bagus… helmnya juga cocok.” Gio tersenyum. “Kamu membelinya dengan uang kamu sendiri ya?” kemudian mengangguk. “Motornya bagus.” Aiden mengernyit. Kemudian mendekat. “Apa yang terjadi dengan Dad?” Gio mengusap pelan bahu anaknya. “Dad minta maaf, Dad tidak tahu kalau Dad bersalah pada kamu. Dad sering mengabaikan kamu. Dad menganggap enteng acara penting kamu. Dad terlalu sibuk bekerja sampai tidak memperhatikan kamu…” “Dad juga lupa kalau semua anak pasti melakukan kesalahan…” Gio tersenyum. “Dad seharusnya memuji kamu daripada

  • Perjanjian Panas dengan Bos Arogan   Chapter 622

    “Puas membuat kawatir orang tua? Puas bermain-main dengan acara penting?” tanya Gio pada Aiden. Aiden berhenti. pada langkah yang ketiga di tangga. Laki-laki itu berhenti dan menghadap ayahnya. “Bagaimana rasanya?” tanya Aiden sembari tersenyum. “Kalian tidak pernah datang ke acara pentingku. Jadi aku ingin melakukannya juga…” “Bagaimana rasanya?” tanyanya. “Aiden!” Gio memijit keningnya yang terasa pusing. “Kami melakukannya karena ada alasannya.” “Aku juga punya alasan untuk tidak datang ke acara itu.” Aiden memutar tubuhnya. berjalan—sampai Gio memanggilnya lagi. “Acara balapan yang kamu maksud?” tanyanya. “Balapan tidak jelas seperti itu? jika ingin balapan di sirkuit bukan di jalan raya. Kamu membahayakan orang lain. kamu juga membahayakan diri kamu sendiri.” “Aiden kamu jangan melakukan hal seperti ini lagi ya..” Agatha menatap putranya. “Mom dan Dad tidak akan melakukan hal seperti dulu lagi.” “Kalau kamu mau balapan, kamu bisa mengajak kamu ke sir

  • Perjanjian Panas dengan Bos Arogan   Chapter 621

    Di sinilah… Raini pergi ke atap gedung. Sendirian di tengah gelap yang hanya diterangi oleh cahaya rembulan yang bersinar dengan terang. Raini membiarkan rambutnya tertiup angin ke sana ke mari. Kedua tangannya bersandar pada dinding pembatas. Tempatnya memang di sini. Jelas dirinya dan Aiden sangat berbeda. Aiden memang lebih cocok dengan perempuan bernama Talia itu. Tadi, Raini melihat mereka dari kejauhan. Talia pasti dari keluarga yang memiliki perusahaan besar juga. Mereka memang cocok. Lantas… Kenapa hatinya sedikit tidak rela ya? Apa mungkin ia tidak rela jika Aiden bersama perempuan lain? Tidak! Sampai kapanpun Raini tidak boleh mendambakan apa yang tidak boleh didambakan. Tempatnya di sini… Menyingkir lalu tidak terlihat oleh siapapun. “Jadi seperti ini ya pemandangan kota dari atas gedung tinggi..” Raini tersenyum pelan. “Maklum orang kampung…” Raini menggeleng pelan. “Ternyata sangat bagus. pantas saja banyak orang kampung yang berbondong-b

  • Perjanjian Panas dengan Bos Arogan   Chapter 620

    Seorang pemuda dengan setelan kemeja dan jas rapi baru saja turun dari mobil. Langkahnya mantap—kemudian disusul oleh perempuan yang berada di belakangnya. Perempuan cantik yang menggunakan dress berwarna putih. Nampak sangat cantik dengan rambut panjang yang digerai… Aiden menyodorkan lengannya. Raini tersenyum manis dan menggandeng tangan Aiden. Tahukah permintaan Aiden? Ya, membawa Raini untuk pergi ke pesta bersamanya. Lantas, Raini harus menuruti permintaan lelaki itu jika ingin lelaki itu hadir di pesta. Raini tidak pernah berhadapan dengan orang segila Aiden. Tapi mari imbangi kegilaan Raini. Bersikap seperti apa kemuan Aiden saja. Raini berjalan dengan hati-hati. di luar ternyata banyak sekali kamera wartawan yang menyorot dirinya. Pasti mereka akan membuat berita dan bertanya-tanya tentang identitasnya. Raini bersumpah… Pasti setelah ini, kehidupan sekolahnya kian rumit. Pasti akan muncul rumor aneh tentan dirinya dan Aiden. Aiden dan Raini b

  • Perjanjian Panas dengan Bos Arogan   Chapter 619

    “Dia di mana?” Agatha berkacak pinggang sembari mondar-mandir. Ia sudah berdandan rapi namun Aiden malah belum pulang… Gio menggenggam tangan Agatha. “Kali ini aku tidak bisa mentolerir perbuatannya..” “Tunggu sebentar. dia pasti pulang.” Agatha mengeluarkan ponselnya.. Melakukan panggilan berkali-kali namun satupun tidak dijawab. “Ayo kita berangkat..” nampak wajah Gio begitu dingin. Hanya berjalan beberapa langkah saja.. “Bagaimana kalau kita menunggu sedikit lebih lama..” Agatha mendongak. “Aku yakin dia akan segera pulang.” Gio menatap jam tangannya. “Kalaupun pulang dia butuh berganti pakaian segala macam. Kita tidak ada waktu sayang.” Agatha akhirnya mengangguk. menyetujui untuk berangkat. Akhirnya dengan berat hati Agatha dan Gio berangkat tanpa anak mereka. Entah, Gio tidak mau tahu keberadaan anaknya. Di sisi lain, Raini yang melihat mereka merasa ini tidak benar. Ia harus mencari Aiden dan membuat laki-laki itu datang ke pesta ulang tahun Winston.

  • Perjanjian Panas dengan Bos Arogan   Chapter 618

    Raini menjadi semakin panik ketika tubuh mereka terasa benar-benar menempel. “Cepat ambil,” lirih Raini. Aiden tersenyum. menunduk dan mendekatkan bibirnya pada telinga kanan perempuan itu. “Cepat ambil, aku tidak akan melihatmu,” ucap Raini. “Lantas kenapa wajahmu memerah seperti itu?” Raini mengerjap karena kesal akhirnya ia berbalik—namun kakinya tidak bisa berpijak dengan benar alhasil… Braak! Raini memejamkan mata—bersiap menerima kerasnya lantai. Tapi yang ia dapatkan adalah pelukan dari tangan seseorang. Raini membuka mata—wajah Aiden yang sudah begitu dekat di hadapannya. Kenapa… Jantungnya berdetak sangat cepat. Juga, suhu tubuhnya yang tiba-tiba memanas sampai membuat pipinya begitu panas seperti terbakar. Raini baru menyadari jika Aiden masih bertelanjang dada… “Bu-bu buahnya jatuh!” Raini melepaskan diri dari Aiden. Buru-buru mengambil buah itu dengan cepat. “Aku tidak makan buah yang sudah jatuh.” Aiden mengamati Raini yang begitu gugup memungut

  • Perjanjian Panas dengan Bos Arogan   Chapter 617

    “Apa aunty tahu kau menggunakan motor ke sekolah?” tanya Raini yang baru memarkirkan sepeda listriknya di halaman mansion. Aiden melepas helmnya. Pertama kalinya ia membawa motornya ke rumah. “Belum.” Aiden menggeleng. “Sekarang akan tahu.” Raini mendekati Aiden. “Bukankah bahaya?” tanyanya. “Kau belum memiliki sim juga.” “Bukan urusanmu.” Aiden menyipitkan mata. Aiden pergi begitu saja ke dalam mansion. Meninggalkan Raini yang ngomel-ngomel. Aiden pergi ke dalam rumah. disambut oleh ibunya yang selalu berada di rumah menunggunya pulang. “Kamu sudah pulang..” Agatha mendekat. “Di luar itu motor kamu?” tanya Agatha. Aiden mengangguk. Agatha berhenti sejenak. “Mom marah?” tanya Aiden. Agahta menggeleng. “Itu hobi baru kamu kan?” Agatha mengusap pelan bahu Aiden. “Asalkan kamu menaikinya dengan hati-hati, jangan sampai terluka. Mom tidak masalah.” “Mom dulu juga bisa tahu naik motor. Tapi sekarang lupa caranya..” Agatha terkekeh pelan. “Mom bisa?” Agatha men

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status