Pagi hari, Aluna dan Gio sudah bersiap-siap akan pergi ke taman hiburan. Aluna dan Gio menatap cermin. Gio mengusap rambutnya ke belakang. Aluna malah teringat dengan Ethan. Ketika pria itu menghadap kaca, pasti melakukan hal yang sama. Mengusap rambut dan menatap kaca dengan wajah yang datar. “Sudah siap?” tanya Aluna. Gio mengangguk. “Siap lets go!” “Minum obat dulu…” Aluna membawa obat yang harus diminum oleh Gio. “MAMA…..” rengek Gio yang enggan meminum obat. Aluna mengusap pipi putranya. “Minum ya, nanti kalau enggak minum takut Gio sakit pas main. Oke? minum dulu.” Akhirnya setelah dibujuk mau juga minum obat. Aluna juga tidak ingin anaknya terus meminum obat. Tapi mau bagaimana lagi, untuk kesehatan putranya sendiri. Jarak dari apartemen ke taman hiburan tidak terlalu jauh. Aluna berangkat menggunakan taksi hanya membutuhkan waktu satu jam saja. Sampai di sana. Mereka turun di depan. “Mama tunggu.” Gio menghentikan Aluna. “Beli itu ya Ma?” menun
“Mau main apa?” tanya Aluna. Mereka sudah masuk ke dalam taman bermain. Aluna masih teringat dirinya yang bermain di sini dengan Ethan. “Kuda-kuda itu mama!” menunjuk sebuah wahana bernama Turangga rangga. Turangga rangga adalah sebuah komedi putar yang dilengkapi dengan 40 kuda tunggangan serta dihiasi ribuan lampu yang membuat meriah. Wahana ini boleh dinaiki semua usia dan akan berputar beberapa kali. “Gio naik sendiri Mama!” Gio yang kekeh naik sendiri tanpa bantuan Aluna. “Mama naik sendiri.” Gio mengusir Aluna yang ingin naik ke kuda yang sama dengannya. Aluna mencebikkan bibirnya. Namun ia menuruti keinginan anaknya. Mereka tertawa dengan riang. Aluna tidak berhenti memotret Gio yang berada di belakangnya. Tidak lupa merekam mereka berdua. Berganti. Namun sebelum itu, Aluna meminta agar istirahat dahulu sebelum ke permainan selanjutnya. “Tunggu ya, istirahat dulu kamu.” Aluna mengambil sebuah bangku dan menyuruh anaknya duduk. “Es krim mama!” menunjuk es
“Hei kalian.” Otomatis Aluna, Gio dan Ethan menoleh. “Kalian keluarga yang lucu.” Aluna menggeleng bersamaan dengan Gio. “Tidak!” Penjual es krim turki itu tersenyum. “Hei boy, kau begitu mirip dengan ayahmu!” Aluna melotot. Reflek menutup telinga Gio. “Sudah-sudah ayo..” Aluna menggandeng kiri kanan tangan dua laki-laki itu. Pokoknya harus menjauh dulu. Aluna tidak ingin setelah mendengar perkataan penjual es krim itu, Ethan menjadi sadar bahwa Gio memang mirip dengannya. “Mau naik apa?” “Tidak usah naik,” balas Ethan. Mengabaikan wajah kesal Ethan. “Lah!” Aluna melotot. “Aku bertanya pada Gio.” Ia menunduk. “Mau naik apa sayang?” Gio menatap sebuah wahana berputar di udara. “Itu!” “Gio…” lirih Aluna. Gio menghela nafas pasrah. “Tapi Gio ingin naik, Mama.” “Cari wahana lain saja ya?” Aluna menatap sekitar. “Di sana ada mobil-mobilan untuk anak kecil,” ucap Ethan menunjuk wahana yang cukup jauh untuk dijangkau. “Gio mau?” tanya Aluna. Gio men
“Aku dengar Aluna adalah kakakmu.” Gio mengangguk. “Iya..” “Lantas kenapa kau memanggilnya Mama?” “Karena aku sayang mama,” balas Gio. Jawaban Gio membuat Ethan berdecak. Memangnya apa yang ia harapkan dari jawaban anak kecil. “Lalu di mana orang tua—” “Ayo!” Aluna kembali dengan tiga tiket di tangannya. Akhirnya mereka naik sebuah wahana mobil yang berkeliling. Mobil itu berjalan di atas sebuah jalur mirip kereta api. Dilihat dari kejauhan, orang-orang pasti mengira bahwa mereka adalah keluarga cemara yang berbahagia. Posisi Gio berada di tengah diapit oleh Ethan dan Aluna. Mereka tertawa karena Gio memainkan sebuah tembak yang ternyata mengucur air. Sruut! Terkena wajah Ethan. Aluna tertawa begitu puas. “HAHAHAH… WAJAHMU…” Aluna sangat puas dengan Gio yang menembak Ethan dengan tembakan air tersebut. “Bukan begitu caranya bocah kecil.” Ethan mengusap wajahnya kasar. Kemudian mengajari Gio untuk menembak mobil-mobilan di hadapan mereka. Tepatnya pada s
Aluna tidak tahu apakah harus berterima kasih pada Ethan atau tidak. Karena sepanjang mereka bermain di taman hiburan, Ethan yang menggendong Gio. Tapi Aluna juga tidak menginginkan keberadaan pria itu bersamanya dan Gio. Malam hari. Mereka akhirnya sampai di Apartemen. Tentu saja Gio yang saat ini tengah digendong Ethan menuju kamar. “Hati-hati.” Ethan membaringkan tubuh Gio di atas kasur. Ia mengernyit. “Sejak kapan kamar ini berubah? kenapa aku tidak tahu?” Aluna menaruh jarinya di bibir sebagai tanda diam saja. Aluna membuka sepatu Gio, beralih membuka celana dan kaos bocah itu. lalu menggantinya dengan pakaian tidur. Aluna melakukannya dengan sangat telaten dan hati-hati. semua ia lakukan agar Gio tetap nyaman dan tidak terbangun. “Kau begitu ahli,” komentar Ethan ketika mereka keluar dari kamar Gio. “Apa yang ahli?” “Mengurus anak kecil.” Aluna menoleh. “Kamu harus pulang. Ini hari liburku kalau kamu lupa.” Ethan mendengus kesal. “Tidak usah kau ing
Sebuah mobil berhenti tepat di depan seorang perempuan dan anak laki-laki. Ethan keluar dari mobil dengan kacamata yang bertengger di hidung. Menggunakan kaos putih dan celana pendek selutut. Sederhana sekali, namun tidak saat melihat aksesoris yang digunakan pria itu. Jam rolex seharga ratusan juta rupiah. “Mama, kita pergi bersama uncle?” tanya Gio. Aluna mengangguk. “Kau belum memberitahunya?” tanya Ethan menyipitkan mata. Aluna menunduk. “Uncle tahu tempat yang bagus. Kamu tidak mau pergi dengan uncle?” Belum sempat menjawab, Ethan lebih dulu menyerobot. “Aku tahu tempat bagus. Kau tidak akan menyesal jika pergi denganku,” meyakinkan bocah kecil itu. “Aku membelikanmu es krim.” Ethan mengeluarkan jurusnya. “Jika kau mau pergi denganku, maka aku akan membiarkanmu makan es krim.” Gio nampaknya sedang berpikir. “Tidak usah banyak berpikir.” Ethan menggendong Gio dengan mudah. “Aku belum bilang iya loh uncle!” teriak Gio di dalam gendongan Ethan. Ethan me
Sampai juga di kebun binatang. Pilihan tempat Ethan tidak buruk. Kebun binatang memang tempat yang bagus untuk bermain anak kecil. Sekalian belajar tentang hewan-hewan langka. Mereka berjalan saling bergandengan tangan. Gio di tengah, sedangkan Aluna di samping kanan dan Ethan di samping kiri. Kenapa sampai seperti itu? karena Gio sendiri yang menggandeng tangan Aluna dan tangan Ethan. “Panda.” Tunjuk Gio pada seekor panda yang begitu besar. Gio nampak antusias. “Kalian di sana saja, aku akan memotret kalian.” Ethan membiarkan mereka dekat dengan kaca yang memisahkan mereka dengan area panda. Ethan mengeluarkan ponselnya. Memotret Aluna dan Gio. Bibirnya tersenyum melihat mereka berdua yang tampak bahagia. Lanjut—berjalan ke luar. Di sana ada jerapah. Untuk memberi makan jerapah mereka harus membayar. Aluna mengeluarkan dompetnya. “Tidak usah, biar aku.” Ethan mengeluarkan dompetnya. “Uncle punya uang ya mama?” lirih Gio. Ethan menghela nafas. Setelah
Aluna tidak tahu apa yang menjadi Gio kambuh. Padalah sebelum berangkat, Aluna sudah memastikan Gio meminum obat. Mungkin udara dingin dan kelelahan. Ini salah Aluna karena membawa memaksa menerobos hujan untuk pergi ke parkiran. “Gio kenapa—” Ethan menoleh ke belakang. “Ethan sekarang ke rumah sakit.” Tanpa banyak kata. Ethan menuruti perintah Aluna. Aluna memeluk Gio. “Tahan ya.. tahan sebentar.” “Coba nafas dulu… tarik… buang..” Aluna menggosok lengan putranya yang begitu dingin. “Gio bertahan sayang..” Aluna mengecup puncak kepala Gio beberapa kali. Ethan melirik Aluna dari kaca spion. Tidak pernah melihat Aluna yang begitu ketakutan. Aluna terlihat sangat ketakutan. Padahal dulu Ethan sering membuli Aluna, namun wanita itu tidak pernah memperlihatkan raut ketakutan. Tapi sekarang, karena keadaan anak kecil itu membuat Aluna begitu ketakutan. Seakan takut ditinggal pergi. Tidak membutuhkan waktu yang lama. Sampai di sebuah rumah sakit di bawah naungan Wins
“maaf nona. Hal seperti ini saya pasti tidak akan terulang lagi.” satu bodyguard maju menghadap Agatha. Ada dua mobil yang dicoba dijalankan. Hanya satu yang remnya blong. Mobil yang selalu digunakan oleh Agatha. Agatha berkacak pinggang. ia tidak ingin menghabiskan energinya untuk hal tidak masuk akal seperti ini. Tapi semua ini menyangkut nyawanya. “Sebagai ketua. Kau harus mencari tahu siapa anak buahmu yang berhianat. Aku memberimu waktu sampai jam istirahat makan siang. jika kau tidak bisa menemukan penghianat itu.” Agatha menghela napas. “Ganti semua bodyguard yang mengawalku.” Akhirnya Agatha masuk ke dalam mobil. Selama di dalam mobil, Agatha tidak berhenti cemas. Untuk siapapun yang berusaha membunuhnya. Agatha pastikan akan segera menangkap orang itu. Hidupnya tidak bisa tenang dan dihantui oleh kematian. Akhirnya mobil sampai juga di kantor. Dengan selamat! Agatha masuk ke dalam ruang—disambut oleh sekretarisnya. “Rapat akan dilaksanakan pukul 1
“Sial.” Agatha tidak berhenti mengumpat setelah keluar dari ruang penyidikan. “Aku yakin ada yang menyuruhnya untuk membunuhku.” Agatha mengatakannya pada polisi. Namun polisi itu menghela napas dan terlihat lelah. “Kami sudah menyelidikinya. Kami sudah datang ke tempat tinggalnya. Tidak ada tanda-tanda disuruh orang….” “Tidak mungkin.” Agatha menggeleng. “Pasti ada petunjuk… Aku sering diteror. Tidak mungkin kalau dia hanya menyukaiku. aku yakin dia memang punya niat buruk dan disuruh orang lain.” “Tenanglah..” polisi itu hanya menepuh pelan bahu Agatha. Agatha ingin melayangkan protes tapi ia ditarik oleh seseorang. Pengacara Gio. Akhirnya Agatha dan pengacara Gio berada di dalam mobil untuk berbicara. “tidak ada gunanya berbicara pada polisi. Bukti tidak ada. Mereka juga tidak akan menggap kasus ini serius.” Pengacara Gio memberikan dokumen pada Agatha. Agatha membukanya. Melihat isinya sembari dijelaskan. “Pria itu sudah 2 tahun belakangan mengincar wanita c
Agatha pulang. Berjalan gontai masuk ke dalam penthouse. Tadi.. di rumah sakit. Karena dirinya semuanya malah bertengkar. Orang tua Gio memang berpihak padanya. tapi tidak dengan nenek Gio yang begitu membencinya. Tadi di rumah sakit…. “Jangan lakukan hal itu, Mom.” Aluna lagi-lagi menarik margaret agar menjauh dari Agatha. “Gio bukan anak kecil. Dia dewasa dan dia bisa menentukan apa yang dia inginkan. Dia ingin melindungi Agatha. aku sebagai orang tua tidak bisa mencegahnya dan akan mendukungnya.” “Kamu gila? setelah melihat anakmuu sekarat kamu mengatakan hal ini?” tanya Margaret memegang lengan Aluna. “Sadarlah Aluna, Gio ditusuk pria yang mengincar wanita itu.” margaret menatap Agatha begitu benci. Aluna memijjit keningnya. “Jangan membahas hal ini lebih dulu. Kita tunggu Gio..” “Gio tahu apa yang harus dilakukannya.” Margaret menatap Ethan. “Apa yang kamu lakukan?” “Semua keputusan ada di tangan Gio. Aku sebagai orang tua tidak bisa memaksanya. Begitupun
Setelah memberikan pidato, Agatha tidak tahu Gio ke mana. Ia langsung pergi dan mencari pria itu bersama bodyguard yang lain. Tapi tubuhnya langsung kaku ketika melihat Gio yang tertusuk. Gio dibawa ke rumah sakit. Sedangkan penjahat itu sudah ditangkap dan dibawa ke kantor polisi. Agatha tidak bisa berhenti cemas. Ia menunggu Gio di depan ruang ICU. Tubuhnya berlumuran dengan darah… Agatha tidak peduli pada dirinya sendiri. Ia duduk dengan kepala yang menunduk. menunggu berjam-jam Gio yang masih mendapat perawatan oleh dokter. agatha mendongak ketika mendengar suara langkah kaki. Ia melihat kedua orang tua Gio yang baru datang. “Bagaimana keadaannya?” tanya Ethan pada Agatha. “Gio masih dirawat di dalam,” balas Agatha. Ethan menatap Agatha. “Aku yakin kamu sudah tahu kalau kita orang tua Gio. Kami juga sudah tahu kamu kekasih Gio. Kamu bisa jelaskan pada kami bagaimana semuanya bisa terjadi?” Agatha meremas pelan tangannya. Tapi—elusan lembut di bahuny
Semuanya berjalan dengan lancar. Gio yang melindungi Agatha sehingga membuat Agatha benar-benar aman. Namun, Mereka tidak bertemu beberapa hari karena Gio yang ada urusan bisnis di luar negeri. Tapi katanya akan pulang hari ini, entah jam berapa. Agatha berada di dalam mobil—ia sampai di sebuah gedung. Acara yang didatangi adalah sebuah peluncuran produk baru dan peresmian kerja sama antara Harper Advertise dengan brand tersebut. Untuk itu Agatha begitu antusias. Agatha keluar dari mobilnya.. Masuk pelan ke dalam gedung. Ternyata sudah ada beberapa orang yang datang. Semuanya berjalan dengan lancar. Sampai seorang mc menyatakan dengan resmi akan terjalin kerja sama. “Untuk Ibu Agatha waktu dipersilahkan…” Agatha mengangkat micnya. Ia tersenyum ke depan. Namun pandangannya tertuju pada satu pria yang sedang berada di antara orang-orang yang hadir. Pria itu membawa sebuah buket bunga dan tengah tersenyum kepadanya. “Saya Agatha.. saya pemimpin Harper Adve
21++ Memborgol kaki Agatha dengan sisi ranjang. Hingga kedua kaki Agatha terbuka dengan lebar. Agatha benar-benar tidak bisa bergerak. Matanya juga tertutup semuanya gelap. Namun ia menunggu apa yang akan dilakukan pria itu. Gio memasukkan jemarinya ke dalam milik Agatha. menekannya hingga membuat Agatha bergerak gelisah… “Ahh!” Agatha membuka bibirnya. Gio tersenyum miring. “Kau suka?” tanyanya. Agatha mengangguk. “Aku suka..” lirihnya. Gio menggerakkan jarinya maju mundur—menggoda milik Agatha. Agatha tidak bisa menahannya lagi—sampai pelepasannya datang juga. “Ahh!” desah Agatha ketika milik Gio mulai memenuhi miliknya. “Gio ahh!” Gio bergerak menghujam agatha lagi. Tangannya terulur mengusap pipi Agatha… Memasukkan jemarinya ke dalam bibir wanita itu. Gio terus bergerak menghujam Agatha. memenuhi milik wanita itu dengan miliknya terus menerus. Sampai ia menarik borgol di kaki Agatha. Ia mengangkat satu kaki Agatha dan kembali menghujam milik wanita i
21++ “Sayang ahh ohhh!” Gio menekan miliknya ke dalam mulut Agatha. Membuat Agatha terdorong sampai membentur pantry. Tapi untungnya telapak tangannya bergerak dengan cepat melindungi belakang kepala Agatha. Agatha melakukan tugasnya—membuat Gio semakin tergila-gila dengannya. Agatha pastikan, Gio akan semakin menyukainya. “babe..” Gio menggerakkan pinggulnya maju mundur. “Ahh babe… kau nikmat ohh!” Gio menarik Agatha kemudian menyatukan miliknya ke dalam milik Agatha. Menarik satu kaki Agatha—membawanya ke atas. Kemudian pelan-pelan menghujam milik Agatha. Tubuh Agatha terguncang.. kedua dadanya bergerak dengan pergerakan pria itu. Agatha hanya bertopang pada meja pantry sementara Gio yang terus menghujamnya. Gio menarik pinggangnya dan memutar tubuhnya. kembali menghujamnya dari belakang. Salah satu tangannya di bawa ke belakang. Gio memang mengendalikan permainan ini. Tidak berhenti sebelum dirinya puas. Meskipun Agatha kelelahan. Tapi Agatha merutuk or
21++ “Kau ingin kita menjadi apa?” tanya Gio. Agatha mengedikkan bahu. Dasar tidak peka. Agatha menggerutu dalam hati. “Lupakan saja.” Agatha mengalunkan tangannya di leher Gio. “Tapi aku berterima kasih karena kau mau melakukan hal sebanyak itu. Aku hanya tidak menyangka kau melakukannya untukku.” Gio mengusap pinggang Agatha pelan. “Jika kau menurut, aku akan melakukan apapun…” Jemarinya mengusap bibir bawah Agatha. “Menurut padaku… kau akan mendapatkan keuntungan lebih banyak.” Agatha mengernyit. “Aku sudah menurut…” Gio tersenyum miring. “Tidak sepenuhnya.” Agatha berpikir lebih dalam. Ia sudah menuruti keinginan Gio. Semuanya…. Lalu apa yang diminta oleh pria itu. Agatha pun tidak tahu apa arti kata menurut itu di bagi Gio. Agatha mengedikkan bahu. “Aku merasa, aku sudah menurut dan melakukan apapun yang kau mau.” “Itu menurutku tapi tidak bagiku.” Gio benar-benar membuatnya bingung. Agatha perlahan naik ke atas pangkuan pria itu. Kemudian memiri
Ketika masuk ke dalam penthouse. Agatha disambut oleh bau masakan. Ketika melhat dapur—ia melihat pria yang tampan sedang memasak. Dengan lengan kemeja yang dilipat sampai siku. Pria itu terlihat fokus memasak. Entah apa yang dimasak. Gio hanya menatap Agatha sekilas dan kembali memasak. “Kau sudah pulang?” tanyanya. Agatha mengangguk. Gio mengacuhkannya. Agatha mendekat dan memeluk pria itu dari belakang. Memeluk pinggang pria itu dengan kedua tangannya. Agatha menyandarkan kepalanya di bahu pria itu. “Jangan menggangguku. Aku akan menyelesaikannya dahulu.” Alhasil Agatha diam—tapi dia masih memeluk pria itu. Jadi, Gio memasak dengan Agatha yang selalu mengekorinya. Mengaduk masakannya—sampai menyajikan masakannya. Agatha masih menempel padanya. setelah itu barulah Gio memutar tubuhnya. “Ada apa?” tanya Gio. “Tapi sebelum kau berbicara, lebih baik makan dulu. aku yakin ada banyak yang ingin kau bicarakan.” Agatha menyipitkan mata. Kemudian mengambil duduk