Seorang perempuan menatap dirinya di depan cermin. Ia mendengar kalau Agatha masuk ke rumah sakit. Ia menggigit kukunya sendiri. “Apa aku keterlaluan ya?” tanyanya sendiri. Julie menggeleng. “Tidak perlu merasa bersalah…” ia mengambil tas. Kemudian berjalan keluar.. ketika ia membuka pintu—ia hampir berteriak melihat seorang pria dengan tubuh yang menjulang berada di hadapannya. “Kena—”Minjae tidak berbicara dan langsung masuk ke dalam pintu. menarik Julie hingga mereka berada di dalam Apartemen. Menutup pintu dan menghalangi pintu dengan tubuhnya.Dengan begini Julie tidak akan bisa pergi. “Ada apa denganmu?!” setengah berteriak. Julie tidak mengharapkan kehadiran pria ini di hadapannya. Ia tidak ingin bertemu dengan pria ini lagi. “Kau hamil anakku bukan anak Gio!” tegas Minjae. Julie terdiam. “Kau—” Julie menggeleng. “Kau bicara omong kosong!”Kemudian berjalan mundur menjauhi pria itu. Minjae mengeluarkan bukti yang tersimpan di dalam ponselnya. Menunjukkan rekaman cct
“Kau tidak bisa menyukaiku. aku terlalu menjijikkan…” ucap Julie berdiri. kemudian memijit keningnya. “Aku mengejar Gio karena aku ingin balas dendam dengannya. Aku ingin dia merasakan kehancuranku saat hamil…” lirih Julie. “Tapi ternyata aku salah….” Julie bertopang pada meja. “Aku menyerang mereka yang tidak bersalah..” Julie memejamkan mata. Tapi perlahan ia merasakan tangan yang memeluk pinggangnya dari belakang. “Semua salahku…” lirih Minjae. “Semua salahku Julie. Aku akan minta maaf…” lirih Minjae lagi. “Minjae dengarkan aku..” Julie memutar tubuhnya. “Tidak usah bersamaku. Kau bisa mencari wanita yang lebih baik dariku. Aku mohon tinggalkan aku.” Minjae menggeleng. “Jangan seperti itu. aku ingin bersamamu karena aku mencintaimu.” “Aku juga akan bertanggung jawab atas hidupmu yang pernah menderita karena pernah mengandung anakku.” Minjae menggenggam tangan Julie. “Kau adalah wanita terbaik yang pernah aku temui. Aku tidak mau melepaskanmu lagi.” Julie menatap
“Kamu tidak berangkat?” tanya Agatha melihat Gio yang masih berada di sampingnya. Gio mengambil bubur di sampingnya. Kemudian menyendokkannya. Menyuapi Agatha tanpa menjawab pertanyaan dari istrinya. “Tidak. Nanti saja,” ucapnya. Agatha menggeleng pelan. “Bagaimana kalau kamu berangkat sekarang, nanti bisa pulang lebih awal…” Tatapan Agatha berhenti pada bubur.. Bubur itu tidak enak. Sama sekali tidak enak. “Kamu tidak mau makan bubur kan?” tanya Gio. “Mangkanya kamu ingin aku segera pergi.” Gio mengusap puncak kepala Agatha pelan. “Dasar…” Agatha menggeleng. “Siapa yang bilang?” tanya Agatha. Agatha menghela napas. “Tapi bubur itu memang tidak enak…” Agatha mengambil minum. “Tiba-tiba aku ingin makan masakan Oki.” Agatha mengeluh. “Aku juga ingin makan banyak…” lirihnya. “Sepertinya makan yang pedas enak…” Gio menatap Agatha dengan datar. Mode suami tegas. Agatha terkekeh. “Bercanda..” “Kata dokter kamu tidak boleh makan sembarangan. Pada fase hamil mud
Brak!Sebuah map melayang dan mengenai wajah Aluna Freya yang sedang merapikan berkas. Wanita satu anak itu sontak mengerjap kala menemukan istri sang bos menatapnya nyalang. “Bu, ada ap–?” Namun belum sempat berbicara, Aluna justru sudah diteriaki. “Perempuan jalang! Belagak jadi sekretaris, padahal sebenarnya kau selingkuhan suamiku, kan?!” Deg! Aluna sontak membeku kala mendengar tuduhan itu. Dulu, bosnya itu sempat mengejar Aluna, bahkan menawarkan sebuah hubungan gelap. Tapi, Aluna selalu menolak. Dia pikir tak akan ada masalah ke depannya asal bekerja dengan baik. Tapi, mengapa jadi seperti ini? “Ma, sudah! Aluna dan aku tidak akan hubungan apa-apa.” Dari belakang, bos Aluna tampak tergopoh-gopoh ke mejanya–menghampiri sang istri. “Papa bisa jelaskan–” “JELASKAN APA? KALAU KALIAN BERSELINGKUH KEMARIN MALAM? KALIAN PERGI KE HOTEL, KAN!” teriak wanita itu lagi. Kali ini bahkan lebih kencang, hingga seluruh orang di lantai itu bisa mendengar apa yang diucapkan olehny
[ Datanglah nanti malam ke Hotel Jasmine. 100 juta akan ditransfer langsung ke rekeningmu setelah selesai. Oh, iya. Nomor kamar akan menyusul. ] Aluna memejamkan mata. Lewat kenalan lamanya, Aluna akhirnya menemukan “pria” yang mau membayar tubuhnya mahal. Jujur, Aluna tidak pernah menyangka dirinya akan melakukan pekerjaan kotor ini. Tapi, semua yang ia lakukan demi anaknya. Dalam balutan dress selutut berwarna hitam itu nampak sangat pas di tubuhnya, Aluna pun keluar dari kos-kosan petak yang hampir 1 tahun ia tinggali. Ditujunya sebuah hotel yang sudah diberitahukan oleh temannya itu. “Kamar 66?” gumam Aluna begitu tiba sembari memastikan pesan temannya yang muncul di layar ponselnya yang retak. Tak lama, diketuknya pintu kamar dengan pelan sampai akhirnya pintu itu anehnya terbuka sendiri. Aluna pun masuk. Hanya saja, dia begitu bingung karena semuanya gelap. Grab! Tiba-tiba saja tubuhnya dipeluk dari belakang! Aluna sontak terkesiap dan menjau
“Sialan kau Aluna!” teriak teman Aluna menyadarkannya dari lamunan. “Kau merugikanku! Klienku marah-marah padaku, dia tidak akan menggunakan jasaku lagi.” Aluna memejamkan mata. “Maaf,” lirihnya. Bugh!Teman lamanya yang bekerja di bidang prostitusi itu mendorong bahu Aluna. “Seharusnya aku tidak langsung mempercayaimu!” “Kau merugikanku, Sialan!!” teriaknya lagi tepat di depan wajah Aluna. “Kau pikir mudah membuat janji dengan klien yang mau membayarmu 100 juta?”“Aku memberinya karena kau bilang untuk biaya rumah sakit anakmu. Tapi, kau dengan gampang mengacaukannya. Dasar tidak tahu diuntung.” Deg! Jantung Aluna mencelos.Sekarang, dia harus bagaimana?Bayang-bayang wajah Gio yang berjuang di rumah sakit seketika terbayang.Gegas, Aluna memegang kaki teman lamanya itu. “Aku benar-benar tidak sengaja. Aku mohon bantu aku sekali lagi.” “Aku janji—aku janji tidak akan mengecewakanmu. Aku--” “Tidak ada kesempatan kedua untukmu! Gara-gara kau, aku dimarahi Mami karena menghilan
“Bukankah kemarin malam cukup menyenangkan?”“Saya tidak mengerti,” bohong Aluna sembari menunduk. Jujur, dia ingin kabur, tetapi Victor ternyata sudah lebih dulu meninggalkannya.“Lantas kau tahu siapa aku?”Aluna menggeleng. “Tidak.”“Jawab yang benar,” ucapnya sembari menyentuh dagu Aluna, hingga kedua bola mata mereka saling bertemu.“Ethan Winston?” lirih Aluna, tak percaya.Kali ini, tubuhnya gemetar kala menyadari pria yang menghabiskan malam dengannya bukan hanya bosnya, melainkan pria yang selalu menjadi mimpi buruknya sejak 7 tahun lalu!Dulu, Aluna Freya sangat beruntung karena bisa bersekolah di Zenith International High School dengan beasiswa penuh. Aluna berharap dapat segera lulus dengan nilai bagus agar bisa melanjutkan kuliah dengan beasiswa. Bahkan, dia tak peduli jika anak-anak orang kaya di sekolah itu tak ada yang mau berteman dengannya.Hanya saja, di tahun terakhir, Aluna tidak sengaja ke rooftop dan menemukan 5 anak laki-laki sedang memegang botol berisikan m
Di sebuah klub. Ethan Winston tampak tengah duduk di sebuah sofa. Tangannya mengapit sebuah rokok sembari menatap ke lantai bawah, tempat orang-orang berjoget ria dengan iringan musik dari seorang DJ. Namun, Ethan tak benar-benar melihat mereka. Pikirannya tengah melayang dengan penolakan Aluna tadi. Sebagai seorang wakil Direktur dari Winston Corp, Ethan Wasinton terbiasa dengan kemudahan. Tak ada yang menentang dirinya. Bahkan, orang-orang berlomba “melayani” Ethan. Kecuali malam itu…. Ethan harusnya tidur dengan wanita yang sudah ia bayar. Namun, wanita itu mendadak meronta minta dilepaskan. Ethan jelas tidak terima. Dia memastikan wanita itu tunduk padanya. Sialnya, Ethan ditinggalkan begitu saja setelahnya. Oleh karena itu, Ethan segera menyuruh bawahannya untuk mencari wanita malam itu. Tapi, siapa sangka takdir begitu lucu? Wanita itu adalah Aluna Freya. Wanita yang pernah menjadi bahan buliannya dulu dan selalu memiliki banyak alasan untuk mendebatnya. Bahkan
“Kamu tidak berangkat?” tanya Agatha melihat Gio yang masih berada di sampingnya. Gio mengambil bubur di sampingnya. Kemudian menyendokkannya. Menyuapi Agatha tanpa menjawab pertanyaan dari istrinya. “Tidak. Nanti saja,” ucapnya. Agatha menggeleng pelan. “Bagaimana kalau kamu berangkat sekarang, nanti bisa pulang lebih awal…” Tatapan Agatha berhenti pada bubur.. Bubur itu tidak enak. Sama sekali tidak enak. “Kamu tidak mau makan bubur kan?” tanya Gio. “Mangkanya kamu ingin aku segera pergi.” Gio mengusap puncak kepala Agatha pelan. “Dasar…” Agatha menggeleng. “Siapa yang bilang?” tanya Agatha. Agatha menghela napas. “Tapi bubur itu memang tidak enak…” Agatha mengambil minum. “Tiba-tiba aku ingin makan masakan Oki.” Agatha mengeluh. “Aku juga ingin makan banyak…” lirihnya. “Sepertinya makan yang pedas enak…” Gio menatap Agatha dengan datar. Mode suami tegas. Agatha terkekeh. “Bercanda..” “Kata dokter kamu tidak boleh makan sembarangan. Pada fase hamil mud
“Kau tidak bisa menyukaiku. aku terlalu menjijikkan…” ucap Julie berdiri. kemudian memijit keningnya. “Aku mengejar Gio karena aku ingin balas dendam dengannya. Aku ingin dia merasakan kehancuranku saat hamil…” lirih Julie. “Tapi ternyata aku salah….” Julie bertopang pada meja. “Aku menyerang mereka yang tidak bersalah..” Julie memejamkan mata. Tapi perlahan ia merasakan tangan yang memeluk pinggangnya dari belakang. “Semua salahku…” lirih Minjae. “Semua salahku Julie. Aku akan minta maaf…” lirih Minjae lagi. “Minjae dengarkan aku..” Julie memutar tubuhnya. “Tidak usah bersamaku. Kau bisa mencari wanita yang lebih baik dariku. Aku mohon tinggalkan aku.” Minjae menggeleng. “Jangan seperti itu. aku ingin bersamamu karena aku mencintaimu.” “Aku juga akan bertanggung jawab atas hidupmu yang pernah menderita karena pernah mengandung anakku.” Minjae menggenggam tangan Julie. “Kau adalah wanita terbaik yang pernah aku temui. Aku tidak mau melepaskanmu lagi.” Julie menatap
Seorang perempuan menatap dirinya di depan cermin. Ia mendengar kalau Agatha masuk ke rumah sakit. Ia menggigit kukunya sendiri. “Apa aku keterlaluan ya?” tanyanya sendiri. Julie menggeleng. “Tidak perlu merasa bersalah…” ia mengambil tas. Kemudian berjalan keluar.. ketika ia membuka pintu—ia hampir berteriak melihat seorang pria dengan tubuh yang menjulang berada di hadapannya. “Kena—”Minjae tidak berbicara dan langsung masuk ke dalam pintu. menarik Julie hingga mereka berada di dalam Apartemen. Menutup pintu dan menghalangi pintu dengan tubuhnya.Dengan begini Julie tidak akan bisa pergi. “Ada apa denganmu?!” setengah berteriak. Julie tidak mengharapkan kehadiran pria ini di hadapannya. Ia tidak ingin bertemu dengan pria ini lagi. “Kau hamil anakku bukan anak Gio!” tegas Minjae. Julie terdiam. “Kau—” Julie menggeleng. “Kau bicara omong kosong!”Kemudian berjalan mundur menjauhi pria itu. Minjae mengeluarkan bukti yang tersimpan di dalam ponselnya. Menunjukkan rekaman cct
Agatha tidak tahu berapa lama ia tertidur. Ketika ia terbangun. Gio sudah berada di sampingnya. Pria itu masih menggunakan pakaian kerja. Tangan Agatha bergerak menyentuh tangan Gio. Gio mengangkat kepalanya ketika Agatha menyentuhnya. Gio mendongak—menatap istrinya yang sudah membuka mata. “Bagaimana keadaan kamu? ada yang sakit?” Tanya Gio. Agatha menggeleng. “Apa yang terjadi denganku?” tanya Agatha. Gio mengambil tangan Agatha kemudian mengecup punggung tangan Agatha pelan. “Kata dokter kamu kelelahan…” “Kamu sering pusing dan mual karena kamu..” Gio tersenyum. “Kamu hamil.” Agatha terdiam—cukup terkejut. Saat Dila mengatakan bahwa sepertinya ia hamil, Agatha tidak langsung percaya. Agatha tidak mau berharap karena jika tidak… pasti mengecewakan. “Benarkah?” tanya Agatha. tangannya menyentuh perutnya. Gio mengangguk. kemudian tangannya juga terulur dan menyentuh bayi mereka yang berkembang di peut Agatha. Gio berdiri—kemudian menunduk dan mengecup perut Agatha. “Di s
Cd itu coba diputar dengan alat jadul. Dari rekaman itu menunjukkan bahwa sebelum Julie datang ke kamar Gio berada. Julie dan Minjae lewat di depan kamar sambil berciuman. Akhirnya mereka masuk ke dalam kamar yang berada di samping. Setelah beberapa lama… Minjae keluar dari kamar. Pria itu keluar sambil bertelepon dengan ibunya. Keadaan masih malam. Rekaman cctv menunjukkan pukul 2 malam. “Aku dimarahi ibuku, jadi aku segera pulang dan meninggalkan Julie di dalam kamar sendirian. Setelah itu aku tidak tahu apa yang terjadi…” Minjae menjelaskan situasi yang terjadi. “Dasar tidak bertanggung jawab. Sebelum kau pergi setidaknya kau bisa mengirim dia pesan, atau menulis pesan. Agar dia tahu kalau dia itu tidur denganmu.” Samuel mengomel panjang lebar. “Iya… namanya juga sudah panik. Aku takut fasilitasku dicabut mangkanya aku langsung pergi begitu saja,” balas Minjae. Menunggu apa yangn terjadi… Ternyata Gio yang keluar dari kamar… Gio sepertinya masih mabuk. Pa
“Tidak mungkin..” Minjae menggeleng. “Aku masih ingat itu yang pertama baginya. Aku melakukannya sangat lembut. Seperti—” “fiks dia memang anakmu!” Gio tersenyum dengan lebar. Ia memejamkan mata—kemudian tertawa. Tawa yang canggung namun begitu kencang. Menandakan kebahagiaan yang tidak terkira. Gio mendekati Minjae. Kemudian menyentuh kedua bahu Minjae dengan bahagia. “Minjae…” lirihnya. Minjae melotot. Ia mundur—takut sekali dengan Gio yang seperti ini. Lebih baik melihat wajah datar pria itu daripada melihat Gio yang meringis tertawa. Pria itu terlihat semakin bahagia. Gio lagi-lagi tertawa dengan dengan bahagia. “Hah!” Kemudian menatap Minjae seperti barang berharga. “Minjae…” lirihnya. “Saranghae!” memeluk Minjae dengan sayang. “Jangan pergi ke mana-mana!” “KAU GILA!” Teriak Minjae. Mendorong Gio sampai pria itu melepaskan pelukannya. Samuel yang menatap mereka menggeleng pelan. Tidak ada yang lebih konyol dari Gio yang sekarang. Memeluk Minjae adalah h
Gio mengosongkan jadwalnya hari ini untuk turun tangan dan mencari rekaman cctv itu sendiri. Ia tidak menyangka jika rekaman cctv itu sangat banyak dan berantakan. Mereka harus mencari hari tanggal dan tahun pada waktu ulang tahun samuel. Rekaman itu tersimpan dalam sebuah cd. Satu cd berisi rekaman satu hari. Ada orang-orang yang diperintahkan oleh Samuel untuk mencari cd itu. Mereka ada 3.. Dan cd-nya sangat banyak. pantas saja berhari-hari tidak ketemu, cdnya sangat banyak. Gio yang melihatnya saja sangat pusing. Bagaimana jika mencarinya sendiri. Gio duduk di lantai bersama Samuel. Mereka diam dan berusaha mencari cd di antara tumpukan cd yang lain. Ia bertambah kesal saat Minjae yang tiba-tiba menelepon dan ingin pergi menemui mereka. Awalnya memang ia menolak kedatangan Samuel. tapi Minjae menyebut kalau anak yang dikandung Julie adalah anaknya. Gio mengusap matanya yang terasa lelah mencari cd itu. “Kau bilang padanya masalah Julie denganku?” tan
Seorang pria tengah duduk di sebuah bangku di bandara. Jadwal keberangkatannya sebentar lagi. Hanya menunggu menit. Untungnya ia berpakaian tidak mencolok jadi penggemarnya tidak akan mengetahuinya. Minjae ada beberapa jadwal yang mengharuskannya kembali ke Korea..Meski sebenarnya urusannya yang ada di sini belum sepenuhnya tuntas. Manajer Minjae membawakan sebuah kopi. “Ayo kita berangkat.” Minjae berdiri. Resah di hatinya sudah ia rasakan sejak tadi malam… Menaruh kedua tangannya di dalam saku. Tapi kedua kakinya sangat berat untuk melangkah. “Aku tidak bisa pergi.” Minjae menatap Manajernya. “Ada hal yang aku urus. Aku tidak bisa pergi begitu saja.” Manajernya nampak lelah menghadapi Minjae. “Apa yang kau lakukan? Kau bukan anak-anak lagi. ini saat kau bekerja. kau akan pergi bermain dengan temanmu di sini?” Minjae menggeleng. “Itu bukan urusanmu.” “Aku minta padamu batalkan semua jadwalku seminggu yang akan datang. Aku akan membayar pinalti sebanyak yang mereka mau.”
di tempat yang berbeda. Di sebuah bar. Seorang pria dengan masker serta topi hitam itu tengah menatap pria di hadapannya dengan intens. “jika orang lain melihatmu menatapku seperti itu, orang-orang akan mengira kau menyukaiku..” Samuel berdecak. “Bahkan orang-orang bisa menganggap kita ini pasangan yang sedang bertengkar.” “Berhenti menatapku.” Samuel melotot. Minjae berdecak pelan. “Sebenarnya apa yang kau bicarakan dengan Gio?” “itu rahasiaku dengan Gio.” Samuel menjawab dengan tenang. “Kau lepas saja masker dan topimu. Di sini sepi, lagipula siapa yang mengikutimu sampai sejauh ini…” omel Samuel. Minjae menggeleng pelan. “Aku tidak tahu siapa yang akan memotretku dan menyebarkan rumor diam-diam…” Samuel berdecack. “Tidak usah sok misterius. Kau punya banyak skandal kencan. Untung saja kau punya banyak penggemar yang selalu melindungimu.” Minjae akhirnya membuka masker dan topinya berkat omelan Samuel. “Tunggu, kau belum menjawabku.” Minjae mengernyit. “Apa yan