Brak!Sebuah map melayang dan mengenai wajah Aluna Freya yang sedang merapikan berkas. Wanita satu anak itu sontak mengerjap kala menemukan istri sang bos menatapnya nyalang. “Bu, ada ap–?” Namun belum sempat berbicara, Aluna justru sudah diteriaki. “Perempuan jalang! Belagak jadi sekretaris, padahal sebenarnya kau selingkuhan suamiku, kan?!” Deg! Aluna sontak membeku kala mendengar tuduhan itu. Dulu, bosnya itu sempat mengejar Aluna, bahkan menawarkan sebuah hubungan gelap. Tapi, Aluna selalu menolak. Dia pikir tak akan ada masalah ke depannya asal bekerja dengan baik. Tapi, mengapa jadi seperti ini? “Ma, sudah! Aluna dan aku tidak akan hubungan apa-apa.” Dari belakang, bos Aluna tampak tergopoh-gopoh ke mejanya–menghampiri sang istri. “Papa bisa jelaskan–” “JELASKAN APA? KALAU KALIAN BERSELINGKUH KEMARIN MALAM? KALIAN PERGI KE HOTEL, KAN!” teriak wanita itu lagi. Kali ini bahkan lebih kencang, hingga seluruh orang di lantai itu bisa mendengar apa yang diucapkan olehny
[ Datanglah nanti malam ke Hotel Jasmine. 100 juta akan ditransfer langsung ke rekeningmu setelah selesai. Oh, iya. Nomor kamar akan menyusul. ] Aluna memejamkan mata. Lewat kenalan lamanya, Aluna akhirnya menemukan “pria” yang mau membayar tubuhnya mahal. Jujur, Aluna tidak pernah menyangka dirinya akan melakukan pekerjaan kotor ini. Tapi, semua yang ia lakukan demi anaknya. Dalam balutan dress selutut berwarna hitam itu nampak sangat pas di tubuhnya, Aluna pun keluar dari kos-kosan petak yang hampir 1 tahun ia tinggali. Ditujunya sebuah hotel yang sudah diberitahukan oleh temannya itu. “Kamar 66?” gumam Aluna begitu tiba sembari memastikan pesan temannya yang muncul di layar ponselnya yang retak. Tak lama, diketuknya pintu kamar dengan pelan sampai akhirnya pintu itu anehnya terbuka sendiri. Aluna pun masuk. Hanya saja, dia begitu bingung karena semuanya gelap. Grab! Tiba-tiba saja tubuhnya dipeluk dari belakang! Aluna sontak terkesiap dan menjau
“Sialan kau Aluna!” teriak teman Aluna menyadarkannya dari lamunan. “Kau merugikanku! Klienku marah-marah padaku, dia tidak akan menggunakan jasaku lagi.” Aluna memejamkan mata. “Maaf,” lirihnya. Bugh!Teman lamanya yang bekerja di bidang prostitusi itu mendorong bahu Aluna. “Seharusnya aku tidak langsung mempercayaimu!” “Kau merugikanku, Sialan!!” teriaknya lagi tepat di depan wajah Aluna. “Kau pikir mudah membuat janji dengan klien yang mau membayarmu 100 juta?”“Aku memberinya karena kau bilang untuk biaya rumah sakit anakmu. Tapi, kau dengan gampang mengacaukannya. Dasar tidak tahu diuntung.” Deg! Jantung Aluna mencelos.Sekarang, dia harus bagaimana?Bayang-bayang wajah Gio yang berjuang di rumah sakit seketika terbayang.Gegas, Aluna memegang kaki teman lamanya itu. “Aku benar-benar tidak sengaja. Aku mohon bantu aku sekali lagi.” “Aku janji—aku janji tidak akan mengecewakanmu. Aku--” “Tidak ada kesempatan kedua untukmu! Gara-gara kau, aku dimarahi Mami karena menghilan
“Bukankah kemarin malam cukup menyenangkan?”“Saya tidak mengerti,” bohong Aluna sembari menunduk. Jujur, dia ingin kabur, tetapi Victor ternyata sudah lebih dulu meninggalkannya.“Lantas kau tahu siapa aku?”Aluna menggeleng. “Tidak.”“Jawab yang benar,” ucapnya sembari menyentuh dagu Aluna, hingga kedua bola mata mereka saling bertemu.“Ethan Winston?” lirih Aluna, tak percaya.Kali ini, tubuhnya gemetar kala menyadari pria yang menghabiskan malam dengannya bukan hanya bosnya, melainkan pria yang selalu menjadi mimpi buruknya sejak 7 tahun lalu!Dulu, Aluna Freya sangat beruntung karena bisa bersekolah di Zenith International High School dengan beasiswa penuh. Aluna berharap dapat segera lulus dengan nilai bagus agar bisa melanjutkan kuliah dengan beasiswa. Bahkan, dia tak peduli jika anak-anak orang kaya di sekolah itu tak ada yang mau berteman dengannya.Hanya saja, di tahun terakhir, Aluna tidak sengaja ke rooftop dan menemukan 5 anak laki-laki sedang memegang botol berisikan m
Di sebuah klub. Ethan Winston tampak tengah duduk di sebuah sofa. Tangannya mengapit sebuah rokok sembari menatap ke lantai bawah, tempat orang-orang berjoget ria dengan iringan musik dari seorang DJ. Namun, Ethan tak benar-benar melihat mereka. Pikirannya tengah melayang dengan penolakan Aluna tadi. Sebagai seorang wakil Direktur dari Winston Corp, Ethan Wasinton terbiasa dengan kemudahan. Tak ada yang menentang dirinya. Bahkan, orang-orang berlomba “melayani” Ethan. Kecuali malam itu…. Ethan harusnya tidur dengan wanita yang sudah ia bayar. Namun, wanita itu mendadak meronta minta dilepaskan. Ethan jelas tidak terima. Dia memastikan wanita itu tunduk padanya. Sialnya, Ethan ditinggalkan begitu saja setelahnya. Oleh karena itu, Ethan segera menyuruh bawahannya untuk mencari wanita malam itu. Tapi, siapa sangka takdir begitu lucu? Wanita itu adalah Aluna Freya. Wanita yang pernah menjadi bahan buliannya dulu dan selalu memiliki banyak alasan untuk mendebatnya. Bahkan
Tapi tak mungkin, Aluna meninggalkannya begitu saja, kan?Jadi dengan panik, wanita itu berlari ke arah Ethan.“Sir maafkan saya, saya tidak sengaja,” teriak Aluna. Namun, wanita itu terkejut kala aroma alkohol yang kuat menguar dari bosnya itu. “Sir–” Aluna mendongak. “Anda terluka? Kaki anda sakit karena lemparan saya?” Aluna menatap kedua kaki Ethan yang sepertinya terlihat baik-baik saja. Namun, Ethan masih diam. Kali ini, sorot matanya seakan benar-benar menelanjangi Aluna. “Ehem! Sir!” panggil Aluna. “Anda sedang mabuk kan?” Aluna menatap mobil Ethan yang tidak ada siapapun. Artinya pria itu menyetir mobil sendiri dengan keadaan mabuk. “Sir—” panggil Aluna lagi. Bosnya itu benar-benar tinggi hingga membuatnya harus mendongak untuk bertatapan mata. “Kenapa kau ada di sini?” tanya Ethan dengan suara rendah. Memandang Aluna tanpa ekspresi. Aluna sontak mengernyit. “Saya dari tadi di sini—” Bugh! Perkataan Aluna terpotong saat tubuh Ethan ambruk di tubuhnya yang kec
Aluna terdiam. Dia tak menyangka akan mengucapkan demikian. Namun, bayangan Gio di rumah sakit lebih menekannya.Dan setelah mengucapkan itu, semua terasa berjalan dengan begitu cepat bagi Aluna. Malam ini, wanita itu bahkan sudah berada di sebuah restoran. Duduk di bangku yang terletak di pinggir jendela–di hadapan kontrak dan Ethan yang mengenakan kemeja lengkap dengan jas. “Cepat! Aku tidak suka orang lelet!” ucap Ethan tidak sabar melihat Aluna yang sedari tadi hanya menatap dokumen perjanjian yang telah disiapkan. Aluna menghela napas. Dia baru saja membaca keseluruhan kontrak dari Ethan. Di sana, Ethan berhak atas apapun tentang Aluna. Dan Aluna akan mendapatkan jatah uang setiap bulan, serta fasilitas tempat tinggal. Semua itu akan berlangsung selama satu tahun. Dengan cepat, Aluna mengambil bolpoin dan menandatanganinya. “Sudah.” Aluna menyerahkan dokumen itu kembali. Hanya saja, dia ingin memastikan satu hal pada Ethan. “Sir, bolehkah saya—” “Apa?!” potong Etha
“Bagaimana caramu membuatku jatuh? Kau sendiri tidak terlalu menarik.” Ethan menatap Aluna sambil meremehkan.Membuat wanita itu mengerjap mata pelan. “Entahlah, akan kupikirkan nanti.” Segera, wanita itu melepaskan seatbeltnya. Dia tak tahan terlalu dekat dengan Ethan. Sebab, kepercayaan dirinya seringkali hilang di depan pria brengsek ini. Dan tentu saja, Aluna takut diterkam oleh Ethan. “Aku harus menyusun strategi yang tepat untuk membuat anda jatuh ke dalam pesonaku,” bohongnya sembari turun dari mobil. “Baiklah, kalau begitu, aku akan mengantarkan ‘milikku.’” Sembari menekankan kata milikku, Ethan ternyata ikut keluar dari mobil. Pria itu mendekat—menyelipkan tangannya di pinggang Aluna yang ramping. Bibirnya bahkan berada tepat berada di samping telinga Aluna. “Kakimu bergetar. Tubuhmu pasti panas dingin bukan?” bisiknya dengan nada rendah. Muka Aluna sontak memerah. Bagaimana bisa Ethan tahu jika Aluna benar-benar tegang setengah mati? Untungnya, setelah kejadia
Di sebuah klub. Seorang wanita tengah menikmati minumannya ditemani beberapa temannya. Wanita itu meminum pelan.. “Hei Julie kau tidak akan kembali?” tanya teman Julie. Julie menggeleng. “Aku senang di sini. aku ingin terus di sini.” Julie mengangkat gelasnya.. Kedua temannya menyambutnya dengan gembira. Malam ini setelah pertengkaran dengan Gio, Julie memutuskan untuk pergi ke klub bersama teman-temannya. Namun ia merasa tidak ada yang menyenangkan di sini. Meski ramai sekitarnya, tapi Julie merasa ia sendirian. Sampai ia mendongak—matanya bertatapan dengan seorang pria. “Bukankah dia Minjae?” tanya teman Julie yang berada di samping. Julie menatap Minjae. Sepertinya pria itu sadar dengan kehadiran Julie. “Waah dia semakin keren saja.” Teman Julie itu menggeleng pelan. “Dia dulu sangat culun tapi sekarang sangat keren.” “Bukankah dia menjadi artis di negara asalnya? Aku pernah melihat dia tampil bersama grupnya di tv.” Imbuh teman Julie yang lain. “Wajah
21++“Aku tahu.” Gio mengangguk. Tahu apa yang akan dilakukan istrinya itu ketika dirinya berselingkuh. “Kamu akan kabur dan meninggalkanku.” Gio mendekat—mengecup singkat bibir istrinya itu. Agatha menggeleng. “Tidak.” “Yang akan aku lakukan adalah memotong milikmu!” menatap ke bawah sebentar. “Lalu aku akan membunuhmu.” Gio mengerjap. kemudian terkekeh. “Jangan bercanda..” Merinding juga dengan ancaman istrinya. “Bagaimana bisa kamu memotong milikku..” Agatha menatap Gio. Menepuk pelan bahu suaminya itu. “Maka jangan pernah berselingkuh.” Memperagakan bagaimana saat memotong… Gio mengerjap—menadadak semua bulut kuduknya merinding. Lalu terkekeh dan berusaha tersenyum. “Mana mungkin aku berselingkuh. Aku hanya menyukaimu..” Agatha turun dari pangkuan Gio. “Tidak ada yang tahu ke depannya. tapi kamu harus mengingatnya ketika ingin berselingkuh.” Agatha menunduk. “Aku akan memotong milikmu itu!” Setelah itu Agatha berjalan menjauh. Berjalan ke atas pergi ke kamar. “Tungg
“Kenapa meminta maaf? Apa kamu melakukan kesalahan?” tanya Agatha. Gio menggeleng. ia menenggelamkan wajahnya di ceruk leher istrinya itu. “Aku lupa, aku ada sesuatu untuk kamu.” Gio menjauh sebentar. Ia mengambil paper bag yang berada di atas meja. Ia merasa bersalah pada istrinya. Sehingga ia membeli sesuatu… Gio mengambil duduk di samping Agatha. Kemudian membuka paper bag itu. Yang berisi sebuah jam tangan cantik berwarna pink. “Ini keluaran terbaru, katanya..” Gio meringis pelan. “Karena cantik. jadi aku membelinya.” Mencoba memasangkan jam tangan itu di tangan Agatha. Agatha melihat jam tangan pink itu yang sudah terpasang di pergelangan tangannya. “Cantik.” Agatha mengangguk. Gio tersenyum—tangannya mengusap puncak kepala Agatha. “Aku akan membeli banyak kalau kamu suka.” “Kamu tidak pernah belanja.” Gio mencubit pelan pipi Agatha. “Gunakan uangku sayang..” Agatha mengangguk. “Iya nanti.” “Sekarang makan dulu.” Agatha mengambil piring. Diisinya dengan
“Aku membencimu!” Julie memukul dada Gio. Tenaganya tidak seberapa. Hanya seperti pukulan ringan baginya. “Apa kau tahu saat aku harus pergi tiba-tiba?” tanya Julie. “Aku hancur. Aku tidak mau meninggalkanmu. Tapi aku tidak punya pilihan lain.” Julie menangis. Meraung.. Mengungkapkan emosinya yang selama ini ia pendam. Gio melihat orang-orang yang sedang menatap mereka. Agar tidak menjadi bahan tontonan dan tidak menimbulkan hal-hal yang tidak diinginkan juga. Gio menarik Julie keluar dari Restoran. Di lorong yang sepi ini… Gio akan membiarkan Julie berbicara… juga mengumpatinya. “Kau malu?” tanya Julie. Gio berkacak pinggang. “Aku tidak tahu apa yang harus aku lakukan sekarang. aku maupun kau dulu juga hancur. Tapi itu bagian dari masa lalu. aku hidup di masa depan dan tidak akan terpengaruh oleh masa lalu.” “Aku harap kau juga begitu.” Julie menggeleng. “Aku terus dihantui rasa bersalah karena membunuh anak kita. apa yang akan kau lakukan?” tanya Julie den
“Apa yang sedang kalian bicarakan?” tanya Julie sembari minum. “Kalian terlihat sangat serius,” imbuhnya. Gio mengedikkan pelan. “Tidak ada urusannya denganmu.” Julie tertawa pelan. “Kau sedari dulu memang seperti ini. jika kau sudah komitmen dengan satu wanita maka kau akan beriskap sangat cuek pada wanita lain.” Gio mengangguk. “Kau tahu.” Julie tersenyum. “Aku ingin kau bersikap baik padaku. anggap saja aku temanmu. Kita bisa berteman. Seperti kau dan Samuel.” Gio bersindekap. “Itu sulit.” Julie bersandar—matanya lurus menatap Gio. “Tidak mustahil ketika mantan kembali berteman. Tapi itu memang sangat jarang.” Julie menatap satu anak kecil yang digandeng oleh orang tuanya. “Ah..” menunjuk anak perempuan dengan dagunya. “Jika anak kita masih hidup seharusnya anak kita seusianya.” Julie mengernyit. “Bukankah seperti itu? aku menghitung mungkin usianya sekarang 12 atau 13 tahun…” Gio mengangkat gelas yang terisi oleh air putih. Sedangkan Julie mengangkat gelas y
Julie langsung masuk ke dalam lift yang digunakan oleh Gio. “Kau akan ke bar-nya Samuel kan?” tanya Julie. Gio mengangguk. Lalu menekan tombol. Kebetulan sekali restoran yang digunakan tempat perayaan tim adalah restoran yang berada di dalam hotel milik Samuel. Untuk itu, sekalian saja Gio datang ke bar Samuel untuk bertemu dengan temannya satu itu. Gio menatap Julie sekilas. “Tidak ada yang ingin kau katakan padaku?” tanya Julie memandang Gio. “aku minta maaf.” Gio menatakannya meski ia sendiri juga belum yakin. Julie tersenyum dan mengangguk. “Aku akan memaafkanmu asal kau bersikap baik padaku.” Julie bersindekap. “Bagaimana dengan istrimu? Apa dia sudah tahu?” tanyanya. Gio menggeleng. “Tidak.” Kemudian menatap Julie. “Aku minta padamu. jangan memberitahu Agatha. Itu masa lalu dan aku tidak ingin karena masalah itu, rumah tanggaku terganggu.” Julie tersenyum miring. Kemudian mendekat. ia berjinjit dan mendongak. “Beritahu atau tidak. Itu tergantung padamu.
“Apa jadwalku hari ini?” tanya Gio pada Cika. Cika mengikut jalannya Gio doari belakang. “Hari ini ada acara makan malam bersama bagian Winston fashion. Penjualan bagian Wisnton fashion meningkat drastis. Sehingga untuk perayaan, mereka mengundang anda untuk makan malam bersama.” Gio mengangguk. “Aku juga sudah membaca laporannya.” Gio berhenti. “Bulan ini pendapatan mereka lebih 3 kali lipat dari kemarin kan?” Cika mengangguk. “Iya, Sir. Untuk itu mereka mengagendakan acara perayaan.” “Baiklah aku akan ke sana.” Gio mengangguk. Gio berhenti lagi. “Aku tidak sendiri. kalian ikut denganku.” Zidan dan Cika mengangguk. Di sebuah restoran. Nampak para karyawan sudah hadir dan duduk di bangku masing-masing. Ketika Gio datang, semuanya serentak berdiri dan memberi salam dengan hormat. Gio mengangguk pelan dan mengambil duduk. “Terima kasih sudah datang ke acara tim kita, Sir.” Ucap seorang laki-laki sebagai kepala. Gio mengangguk. “Selamat atas keberhasilan kalian.” menatap sem
Gio masuk ke dalam rumah. Hampir tengah malam. Gio langsung menuju kamar. Ia melihat Agahta yang sudah terbaring di atas ranjang. Mungkin sudah tidur…. Gio melepaskan jas dan sepatunya. Setelah itu ikut berbaring dengan istrinya. Perlahan memeluk tubuh Agatha dari belakang. “Kamu bau..” ucap Agatha yang ternyata masih terjaga. “Kamu dari mana?” tanya Agatha. tanpa memutar tubuhnya. ia mencium aroma yang campur pada tubuh suaminya itu. “Aku dari Bar. Aku bersama temanku, Samuel,” jelas Gio. Agatha membuka matanya. “Aku tahu kamu gak mabuk. Tapi bau tubuh kamu alkohol. dan bau parfum wanita.” “Selain dengan Samuel. Kamu dengan siapa lagi?” tanya Agatha. Gio terdiam—ia mengecup bahu Agatha. “Aku hanya dengan Samuel. Tapi aku sempat berpapasan dengan wanita. Itulah mungkin kenapa bauku bercampur dengan bau wanita itu.” Agatha mengusap tangan Gio yang berada di perutnya. “Kamu tidak berbohong kan?” tanya Agatha. Gio menggeleng. ia menenggelamkan wajahnya di tengku
“Kau mengejekku?” tanya Samuel. “Orang tuaku diam-diam memasang cctv agar bisa memantauku.” Gio mengangguk. “Kalau begitu cari cctv itu dan berikan padaku. aku akan mencari rekamannya sendiri.” “Kau yakin?” tanya Samuel. Gio mengangguk. “Ya.” “Baiklah, aku akan mencarinya. mungkin itu menjadi bukti satu-satunya yang membuktikan segalanya.” Samuel memandang Gio. “Sekarang aku tanya. Kau bisa lega jika cctv itu bisa membuktikan kau tidak tidur dengannya. tapi bagaimana jika kau memang benar tidur dengannya?” Gio menatap lurus ke depannya. Iya, ia juga harus memikirkan kemungkinan terburuknya. “Aku akan memberitahu istriku. Apapun semuanya, aku tidak akan menyembunyikannya.” “Dan aku akan meminta maaf pada Julie atas kesalahan itu.” Gio menghela napas. “Aku akan memberikan sesuatu untuk menebus kesalahan itu. hartaku.. atau apapun itu..” Samuel menepuk pelan bahu Gio. “Kau pria yang bertanggung jawab…” “Tapi bagaimana dengan istrimu. Bagaimana kalau dia tidak mau me