“Kau cantik.” minjae tersenyum manis. “Setidaknya di mataku kau memang cantik.” Julie memandang kesal Minjae. “Maksudmu aku tidak cantik di mata orang lain dan hanya cantik di matamu?” “Aku tidak bilang seperti itu…” Minjae menggeleng. “Yang paling penting kau cantik.” Julie mendengusa. Kemudian mengusap keningnya. “Berbicara denganmu sungguh menguras energiku.” Minjae tersenyum. “Menguras keringatmu saja bagaimana..” “Apa mak—” Julie ingin melempar Minjae dengan gelas yang berisi teh ini. “Jangan bicara macam-macam!” “memangnya aku bicara apa?” tanya Minjae. “Aku tahu kau instruktur pilates. Aku hanya ingin bilang bagaimana kalau kau jadi instrukturku…” Julie bersindekap. “Kau—” menyipitkan mata.Pipinya memerah. Entah menahan malu, salah tingkah atau sedang marah. Julie sungguh kesal dengan pria yang berada di hadapannya ini.Minjae memang tampan. Sangatlah tampan… Jelas sekali kalau dia memang idol sekaligus aktor. Wajahnya sangat mulus tanpa cela. Gaya pakaiannya kekinian
Seorang wanita tengah berjalan memasuki sebuah hotel. Wanita yang terkenal sebagai…. Wanita penghibur dari kalangan atas. Semua yang ia pakai dari atas hingga bawah bermerek dengan harga fantastis. Rambutnya digerai dengan gelombang yang cantik. Make up tipis dengan lipstik merah menyala. Sebuah dress merah yang begitu pas di tubuhnya. Katanya, tidak sembarang orang bisa bertemu dengan wanita itu. Wanita yang hanya mau bertemu jika bekerja…. Bekerja yang dimaksud adalah melayani tamu. Ia sampai di kamar vvip… Tersenyum senang kemudian masuk ke dalam. Seorang pria yang sudah menunggunya lebih dari 15 menit. “Jangan marah. Aku berdandan cukup lama…” wanita itu mendekat. “Cukup!” Gio menatap wanita itu. “Jangan mendekat. lebih dari ini saja.” Wanita itu tersenyum. kemudian mengambil duduk di tepi ranjang. “Untuk apa kau menyewaku? Istrimu tidak cukup mahir memuaskanmu?” tanyanya. Tangannya mengusap seprai yang lembut. Tidak pernah ia dapatkan kamar sebagus i
Agatha selalu pulang lebih awal. Tapi Gio? Tidak tahu. Bahkan pesannya saja tidak dibalas. Entah ke mana pria itu pergi. Bagaimana Agatha bisa berpikir baik jika suaminya tidak pernah memberitahukan ke mana. hal itu terjadi setelah Gio bertemu dengan Julie. Agatha mengacak rambutnya sendiri. Dengan lelah—ia pergi ke belakang. Bukannya pergi ke kamarnya sendiri, ia malah pergi ke kamar maidnya. Agatha langsung merebahkan dirinya di kasur milik Mina. “Apa yang kau lakukan di sini!” Mina memukul pelan kaki Agatha yang langsung selonjoran dia tas kasurnya. “Sepatumu!” Mina berkacak pinggang. “Sepatumu kau lepas sendiri atau..” Agatha tidak peduli malah memejamkan mata seolah tidur. Mina menghela napas. Akhirnya ia yang melepaskan sepatu Agatha. mengangkat kaki Agatha hingga bergeser sehingga di posisi yang nyaman. “Apa yang kau lakukan di sini?” tanya Mina. “Kau tidak menyiapkan makan malam untuk suamimu?” tanyanya. Agatha menggeleng. “Malas.” Sambil berdecak p
Agatha membuka pintu dan menatap suaminya yang berdiri di hadapannya. Hanya menatapnya sinis. Sedangkan Gio malah tersenyum manis. Sembari mengangkat paper bag yang dibawanya. “Aku bawa roti buat kamu.” Agatha mengangguk dan berjalan melewati Gio begitu saja. Gio mengejar Agatha dan memeluk pinggang istrinya itu dari samping. “Kenapa kamu?” tanyanya. “Kamu marah?” tanyanya. Agatha menghela napas. “Aku tidak tahu.” Gio mengernyit. “Ayo makan.” “Aku tidak terlalu berselera.” Gio menarik Agatha dan memeluknya. “Jangan marah..” lirih Gio. Ia mengecup pelan puncak kepala Agatha. Agatha mendongak. “Bukankah kita setuju untuk pulang lebih awal?” tanyanya. “Kenapa hanya aku yang selalu pulang lebih awal? apa kamu sesibuk itu?” tanyanya. Gio terdiam sesaat. Pekerjaan kantor bisa ia kendalikan. Tapi, kenapa ia menjadi lebih sibuk akhir-akhir ini adalah dirinya yang sibuk mencari kebenaran. Itulah kenapa ia tidak bisa pulang lebih awal sama seperti yang dilakukan oleh Agatha. Gi
“Hallo mrs…” “Ada hal yang ingin aku tanyakan.” Agatha duduk di bangkunya. Sambungan teleponnya terhubung dengan sekretaris Gio.“Silahkan, Mrs.” Agatha tidak yakin…. Tapi yang tahu Gio ke mana dan kenapa hanyalah sekretaris dan asistennya. Masalahnya adalah jika ia tanya kepada salah satu mereka. mereka akan langsung memberitahukannya pada Gio. Agatha menggeleng pelan. “Apa kau punya waktu nanti siang?” tanyanya. “Aku ingin mentraktirmu makan dan ada hal yang ingin aku tanyakan. Tapi jangan beritahu Gio kau bisa?” tanya Agatha. Cika pasti bingung dengan ajakan Agatha yang tiba-tiba. Tapi menolak ajakan istri bosnya sendiri tentu tidak sopan. Maka dari itu ia menerima permintaan Agatha. Restoran yang dipilih Agatha adalah restoran biasa yang santai. Tidak privat karena pertemuan ini adalah pertemuan santai bukan pertemuan rahasia.Agatha mengambil duduk di depan Cika. “Kita makan dulu sebelum bicara,” ucap Agatha. Cika menganguk. “Terima kasih mrs.” “Bagaimana kabarmu C
Berdasarkan informasi dari sekretaris Gio, yaitu Cika. Gio sempat datang ke acara tim Winston. Lalu Agatha memeriksa siapa nama yang hadir… “Ada Julie..” Agatha baru mengetahui ternyata Winston menjalin kerja sama dengan Winston. Agatha tertawa pelan. melempar ponselnya di atas meja begitu saja. “Hah…” tertawa sumbang. “Jadi kalian sering bertemu ya..” lirihnya. “Tidak tahu apa yang kalian sembunyikan. Tapi dibelakangku kalian tetap bertemu..” Agatha mengacak rambutnya kasar. ‘Setelah acara itu.. saya tidak melihat tuan Gio lagi. Tapi sepertinya dia tetap berada di hotel itu. entah pergi ke bar atau… tapi saya tidak melihat tuan Gio keluar pergi ke mobil.’ Pernyataan Cika… Agatha menatap tumpukan dokumen yang berada di atas mejanya. Pekerjaannya saja belum berakhir ini sudah ditambah dengan teka-teki apa yang dilakukan oleh suaminya. Agatha mengambil ponselnya ketika satu pesan muncul. ‘Anda jangan gegabah dulu mrs. Saya sempat memesankan kelas vvip hotel Winst
Agatha pergi ke lantai 12. Berada di lorong di mana kamar itu berada. Agatha mencari kamar di mana Gio berada. Mencari keberadaan cctv yang bisa menangkap pergerakan dari kamar ini. Ketemu! Agatha menatap pintu kamar itu. “Kita saja jarang menginap di sini. kalau dia membawa wanita…” Agatha mengepalkan tanganya. “Aku tidak akan mengampuninya.” Agatha pergi ke ruangan keamanan. Agatha menghela napas. Di sana ternyata banyak sekali petugasnya. Satu ruangan yang penuh dengan orang yang mengawasi cctv. Setidaknya ada 5 orang. “Maaf. tidak sembarangan orang bisa masuk ke sini.” satu kepala mereka menghadang Agatha. Agatha berada di ambang pintu. tapi sudah ditahan tidak boleh masuk. “Aku mau lihat rekaman cctv tanggal 2,” jelas Agatha. Petugas itu memandang Agatha aneh. “Ada kepentingan apa?” tanyanya. “Anda bisa lapor ke petugas keamanan dulu sebelum masuk ke sini.” Agatha merogoh tasnya. mengeluarkan kartu namanya. “Aku Agatha, pemimpin Harper. istri Giorgino,”
“Cari tahu wanita yang sudah aku kirimkan padamu.” Agatha sedang melakukan panggilan dengan seseorang.“Aku ingin sekarang juga. Aku tidak bisa menunggu sampai besok.” Agatha berjalan sampai di parkiran. Masuk ke dalam mobilnya. Kemudian menunduk di atas stir mobilnya. Semuanya mendadak kosong. Agatha tidak tahu…. Bagaimanan perasaannya sekarang. Merogoh ponselnya dan mengeluarkan ponselnya. Satu panggilan tidak terjawab dari Julie. Agatha berdecih pelan. seharusnya ia memblokir lebih awal nomor wanita itu. Namun, Agatha berhenti ketika satu pesan masuk. [Ayo bertemu. Aku akan memberitahukan semuanya. aku yakin suamimu tidak membertahumu apa-apa.]Agatha mencengkram ponselnya. Apakah ia akan pergi atau menunggu suaminya untuk menjelaskannya? Agatha pikir ia selama ini sudah cukup sabar menunggu kejelasan Gio. Tapi pria itu tidak memberitahunya apapun. Sampai saat ini, bahkan tertangkap pergi ke hotel. Memanggil wanita ke kamar. Agatha bersandar—mengacak rambutnya kasar.
“Tidak mungkin..” Minjae menggeleng. “Aku masih ingat itu yang pertama baginya. Aku melakukannya sangat lembut. Seperti—” “fiks dia memang anakmu!” Gio tersenyum dengan lebar. Ia memejamkan mata—kemudian tertawa. Tawa yang canggung namun begitu kencang. Menandakan kebahagiaan yang tidak terkira. Gio mendekati Minjae. Kemudian menyentuh kedua bahu Minjae dengan bahagia. “Minjae…” lirihnya. Minjae melotot. Ia mundur—takut sekali dengan Gio yang seperti ini. Lebih baik melihat wajah datar pria itu daripada melihat Gio yang meringis tertawa. Pria itu terlihat semakin bahagia. Gio lagi-lagi tertawa dengan dengan bahagia. “Hah!” Kemudian menatap Minjae seperti barang berharga. “Minjae…” lirihnya. “Saranghae!” memeluk Minjae dengan sayang. “Jangan pergi ke mana-mana!” “KAU GILA!” Teriak Minjae. Mendorong Gio sampai pria itu melepaskan pelukannya. Samuel yang menatap mereka menggeleng pelan. Tidak ada yang lebih konyol dari Gio yang sekarang. Memeluk Minjae adalah h
Gio mengosongkan jadwalnya hari ini untuk turun tangan dan mencari rekaman cctv itu sendiri. Ia tidak menyangka jika rekaman cctv itu sangat banyak dan berantakan. Mereka harus mencari hari tanggal dan tahun pada waktu ulang tahun samuel. Rekaman itu tersimpan dalam sebuah cd. Satu cd berisi rekaman satu hari. Ada orang-orang yang diperintahkan oleh Samuel untuk mencari cd itu. Mereka ada 3.. Dan cd-nya sangat banyak. pantas saja berhari-hari tidak ketemu, cdnya sangat banyak. Gio yang melihatnya saja sangat pusing. Bagaimana jika mencarinya sendiri. Gio duduk di lantai bersama Samuel. Mereka diam dan berusaha mencari cd di antara tumpukan cd yang lain. Ia bertambah kesal saat Minjae yang tiba-tiba menelepon dan ingin pergi menemui mereka. Awalnya memang ia menolak kedatangan Samuel. tapi Minjae menyebut kalau anak yang dikandung Julie adalah anaknya. Gio mengusap matanya yang terasa lelah mencari cd itu. “Kau bilang padanya masalah Julie denganku?” tan
Seorang pria tengah duduk di sebuah bangku di bandara. Jadwal keberangkatannya sebentar lagi. Hanya menunggu menit. Untungnya ia berpakaian tidak mencolok jadi penggemarnya tidak akan mengetahuinya. Minjae ada beberapa jadwal yang mengharuskannya kembali ke Korea..Meski sebenarnya urusannya yang ada di sini belum sepenuhnya tuntas. Manajer Minjae membawakan sebuah kopi. “Ayo kita berangkat.” Minjae berdiri. Resah di hatinya sudah ia rasakan sejak tadi malam… Menaruh kedua tangannya di dalam saku. Tapi kedua kakinya sangat berat untuk melangkah. “Aku tidak bisa pergi.” Minjae menatap Manajernya. “Ada hal yang aku urus. Aku tidak bisa pergi begitu saja.” Manajernya nampak lelah menghadapi Minjae. “Apa yang kau lakukan? Kau bukan anak-anak lagi. ini saat kau bekerja. kau akan pergi bermain dengan temanmu di sini?” Minjae menggeleng. “Itu bukan urusanmu.” “Aku minta padamu batalkan semua jadwalku seminggu yang akan datang. Aku akan membayar pinalti sebanyak yang mereka mau.”
di tempat yang berbeda. Di sebuah bar. Seorang pria dengan masker serta topi hitam itu tengah menatap pria di hadapannya dengan intens. “jika orang lain melihatmu menatapku seperti itu, orang-orang akan mengira kau menyukaiku..” Samuel berdecak. “Bahkan orang-orang bisa menganggap kita ini pasangan yang sedang bertengkar.” “Berhenti menatapku.” Samuel melotot. Minjae berdecak pelan. “Sebenarnya apa yang kau bicarakan dengan Gio?” “itu rahasiaku dengan Gio.” Samuel menjawab dengan tenang. “Kau lepas saja masker dan topimu. Di sini sepi, lagipula siapa yang mengikutimu sampai sejauh ini…” omel Samuel. Minjae menggeleng pelan. “Aku tidak tahu siapa yang akan memotretku dan menyebarkan rumor diam-diam…” Samuel berdecack. “Tidak usah sok misterius. Kau punya banyak skandal kencan. Untung saja kau punya banyak penggemar yang selalu melindungimu.” Minjae akhirnya membuka masker dan topinya berkat omelan Samuel. “Tunggu, kau belum menjawabku.” Minjae mengernyit. “Apa yan
Agatha berjalan melewati Gio. Kemudian berhenti sebelum menaiki tangga. “Aku akan tidur di ruang tamu.” Itulah… Pada akhirnya hal itu membawa bencana bagi hubungan Agatha dan Gio. Gio mengambil duduk… Mengacak rambutnya frustasi. Gio mengambil ponselnya. menghubungi temannya. Hanya cctv itu yang bisa mengungkap kebenarannya. Gio tidak takut kebenaran jika itu memang anaknya. Ia akan bertanggung jawab, ia akan melakukan apapun untuk menebus dosanya. Tapi, ia tidak akan meninggalkan istrinya dan pergi ke wanita itu. “Halo,” sambungan itu akhirnya terhubung. “Kau sudah menemukan cctv itu?” tanya Gio. Samuel terdengar menghela napas. “Belum. Sorry, tapi aku sudah mengerahkan seluruh orang-orangku untuk mencari. Tapi mereka butuh waktu untuk menemukannya…” “Baiklah,” balas Gio. “Siapa?” tanya seseorang yang muncul di balik telepon. “Gio kah?” tanya seseorang itu dengan samar-samar. “Hai… teman lama,” ujar seseorang. Gio mengernyit. menjauhkan ponselnya seben
Gio pulang lebih awal. itulah yang diinginkan oleh Agatha. Ia sekarang memasak untuk makan malam mereka. Tapi ketika ia melihat jam tangannya. Seharusnya Agatha sudah pulang, meskipun lembur di kantor. Gio menata masakannya di atas meja. Kemudian melepaskan apron yang ada di tubuhnya. “Semoga dia suka.” Gio menatap hasil masakannya dengan bangga. Sampai pintu utama terbuka. Ia menatap Agatha yang tengah berdiri di ambang pintu. “Kamu sudah pulang..” Gio mendekat. Namun langkahnya memelan ketika melihat Agatha yang begitu marah. “Kenapa?” tanya Gio. Gio terlihat bingung dengan Agatha yang diam saja dengan pertanyaannya. “Ada yang ingin kamu sampaikan padaku sebelum aku menyampaikan semuanya?” tanya Agatha. Gio mengernyit. “Kena—” Gio berhenti berkata. “Kamu sudah tahu semuanya?” tanya Gio. Mengambil tangan Agatha dan mengusapnya perlahan. “Kamu pasti bertemu dengan Julie kan?” tanya Gio. “Dia memberitahu kamu semuanya?” tanya Gio. Agatha mengangguk. “Hm.. aku juga tahu
Julie terdiam sesaat. Kedua alisnya mengernyit. Dari raut wajah pria ini lebih serisu dari biasanya. Minjae nampak memohon. Dengan genggaman tangan pria itu di pergelangan tangannya yang semakin erat. Julie menggeleng pelan. “Untuk apa aku melihatmu!” menghempaskan tangan Minjae begitu saja. “Kau tidak lebih dari pria brengsek yang selalu bermain-main dengan wanita!” ucap Julie menggebu-gebu. “Dari dulu sampai sekarang, berita skandalmu sering diberitakan. Apa kau tidak malu?” tanya Julie. “Kau…” “Kau bukanlah seleraku..” Julie mendongak. “Seleraku tetap saja, Gio. Gio pria tampan yang pendiam dan setia…” “Bukan sepertimu pria brengsek yang mengencani banyak wanita!” Julie langsung pergi setelah itu. Ia meninggalkan Minjae yang terdiam di ambang pintu. Menatap punggung Julie yang semakin menjauh kemudian menghilang. Seperti itulah akhirnya Julie dan Minjae. Pada akhirnya Julie semakin bertekad untuk merebut Gio. Meski pria itu sudah menikah. Ia tidak akan
Masih flashback. Setelah percintaan panas itu… Julie berkali-kali meyakinkan dirinya bahwa itu hanyalah kesalahan. Saat ini ia sedang bersiap akan pergi. Sedangkan Minjae malah duduk dengan santai sembari minum kopi. “Kau akan pergi begitu saja?” tanya Minjae menatap Julie. Ia tersenyum. menatap pakaian yang dipilihnya sangat pas di tubuh Julie. Hanya dala sekali sentuh saja ia bisa menentukan ukuran yang tepat pada perempuan itu. Memang hebat sekali dirinya. Julie menatap sinis Minjae. “Memangnya apa? aku akan menganggap hal ini one night stand. Aku tidak akan memperpanjang kejadian ini..” ucapnya. Minjae tersenyum. “Aku tidak menganggapnya one night stand.” Kemudian berdiri—mendekati Julie yang was-was dengan pergerakannya. Minjae memojokkan Julie. “Kau harus membayarku karena aku berhasil membuatmu merasakan kenikmatan…” Julie melebarkan mata. “Kalau tidak.. ya terima kasih saja padaku.” tersenyum miring. Pandangannya jatuh pada bibir Julie yang kini suda
Flashback beberapa hari yang lalu. tepatnya saat Julie minum teh dengan Minjae. Di sebuah kamar yang luas. Kamar hotel tepatnya. Seorang wanita terbangun dari tidurnya. Mengernyit pelan…. Menatap tubuhnya sendiri yang tidak menggunakan apapun. Julie menyentuh kepalanya yang terasa sakit. Ia menutup kembali tubuhnya dengan selimut. Ayo berpikir, apa yang sedang terjadi padanya. Julie melebarkan matanya ketika sebuah tangan menarik pinggangnya. Ia membalikkan tubuhnya—seketika… Hampir saja ia berteriak. Minjae yang berada di hadapannya. Pria itu masih memejamkan mata. melihat dari tubuh pria itu—sepertinya mereka memang sama-sama telanjang. Julie menutup rapat mulutnya. Jangan sampai terbuka dan membuat pria ini bangun. Bagaimanapun ia harus pergi dari sini. jangan terlibat dengan pria selebriti itu. Lalu melupakan kejadian ini seperti tidak pernah terjadi. Julie pelan-pelan menyingkirkan tangan Minjae. Namun baru saja saja menyentuh tangan pria itu. Tubuhnya kembali di