“Hm. Aku keberatan.” Agatha mengangguk. “Dari awal kita sebagai atasan dan bawahan, kenapa kita melakukannya? Peluk, bahkan ciuman…” “Kenapa? Anda membuat saya seolah saya menjadi jalang anda.” Agatha ingin menangis sungguh. “Kau sebagai asistenku, di dalam kontrak juga tertulis tugas tambahan. Membuatku tenang dan nyaman. Tenang dan nyaman itu bisa meluas…” “Tidak ada batasan mengenai kontak fisik..” lanjut Gio. “Jadi kau tidak bisa protes mengenai hal itu.” Gio memandang Agatha. “Aku bahkan bisa menyentuhmu lebih dalam jika aku mau.” “Tapi karena aku menghargaimu, aku tidak akan melakukannya…” Gio mendekat.. mendekatkan bibirnya di telinga Agatha. “Kecuali kau juga menginginkannya.” Agatha mendorong dada Gio. “Jadi aku tidak lebih dari jalang anda?” tanyanya. “Aku tidak pernah menyebutnya begitu.” Gio menatap Agatha. “Kau sendiri yang bilang.” Agatha berdecak pelan. Malas sekali rasanya berhadapan dengan Gio. “Biarkan saya pergi,” lirih Agatha. “Kau marah?” ta
Pagi harinya… Agatha merasakan berat di pinggannya. Nafas hangat seseorang dari belakang yang ia rasakan. Agatha membalikkan tubuhnya. masih ada waktu 20 menit lagi sebelum ia harus bangun dan menyiapkan keperluan Gio. Agatha mengerucutkan bibirnya. “Bagaimana bisa aku terjebak di sini..” lirihnya. Tangan Agatha terangkat—ingin menyentuh alis Gio yang begitu tebal dan rapi. Namun ia urungkan. Ia hanya menatap Gio dengan mata kekaguman. “Tidur saja tampan,” lirihnya. Agatha menghela nafas berat. Ia melebarkan matanya ketika melihat senyum di bibir pria yang sedang tertidur itu. “Terima kasih pujiannya,” ucap Gio kemudian membuka matanya. Pagi-pagi mendapat pujian. “Tidak, aku tidak memuji anda.” Agatha menggeleng untuk mengelak. Gio tersenyum semakin lebar. “Aku dengar jelas sekali di telingaku.” “Bukankah kau ingin menyentuh alisku?’ tanya Gio. Ia bangun lebih awal dari Agatha. Ia hanya diam dengan apa yang dilakukan Agatha. Agatha menggeleng lagi.
Katanya, menghabiskan akhir pekan dengan piknik di taman itu menyenangkan. Tapi sepertinya kok tidak. Tamannya panas, letaknya di samping danau. Tidak ada orang lain yang datang ke sini. “Anda yakin?” tanya Agatha pada Gio. Gio menyipitkan mata… Tapi di gambar-gambar kok sepertinya menyenangkan piknik di taman. Tapi ini kok tidak ya… Gio menggeleng. “Tidak.” “Lalu kenapa ke sini?” tanya Agatha. “Kita tidak berada di wilayah yang dingin, Sir. Cuacanya panas. Anda mau piknik panas-panas seperti ini? kalau piknik itu sore, lihat sunset.” Agatha tidak berhenti mengomel. “Kalau diberithau itu didengar. Jangan keras kepala..” Agatha menatap Gio kesal. “Sudah dibilang, nanti sore saja… pagi itu masih panas.” Agatha masih nyerocos. Mau gimana lagi? kembali ke peraturan mutlak. Cewek itu selalu benar. “Tapi anda kekeh mau berangkat. Sekarang mau ke mana?” tanya Agatha. Gio menoleh—ia juga merasa bersalah. Seharusnya mendengarkan kata Agatha saja daripada diomeli
Gio menoleh dengan kaget. “Kau berani menciumku?” Agatha menunjukkan jari piecenya. “Katanya aku harus menenangkan tuan.. jadi aku menenangkan tuan dengan mencium tuan kan? Tuan suka dicium kan?” Pertanyaan Agatha membuat Gio semakin kesal. “Cium itu bukan seperti itu.” Gio sungguh kesal. Agatha malah berbalik marah. “Aku—saya tidak tahu kenapa anda marah? Kenapa tiba-tiba marah tidak jelas seperti itu..” gerutunya. “Tidak menjelaskan kenapa..” dumel Agatha lagi. “Malah uring-uringan tidak jelas.” Gerutu Agatha tidak habis-habis. “Karena aku tidak suka kau membahas mantanmu.” Gio menoleh dengan kesal. “Kenapa tidak suka? Aku hanya berbicara saja.” balas Agatha tidak mau kalah. “Aku hanya berbicara apa yang terjadi..” “Apa yang aku lalui. Lagipula masa laluku tidak ada hubungannya dengan anda..” Agatha mendengus. “Ada..” Gio melotot. “Kenapa ada?” “Karena aku tidak suka.” Agatha mendengus. “Sudahlah. Aku lelah berdebat dengan anda.”“Pokoknya aku tidak suka kau membahas ba
“Di pulauku.” Agatha mengusap matanya.. Mengedarkan pandangannya ke depan. “Waah…” reflek membuka bibirnya. berdecak takjub. Agatha melihat hamparan air laut… Ternyata bawah mereka langsung air laut. Laut biru yang begitu tenang. Sejuk, anginnya tidak terlalu kencang. “Waah..” Agatha berdecak kagum lagi. “Sungguh?” tanya Agatha. “Sungguh ini di pulau anda?” tanya Agatha yang masih belum yakin. Gio mengangguk samar. Agatha mengerti. Orang kaya seperti Gio tidak mungkin berbohong mengenai kepemilikan. Lagipula harta Winston pasti banyak sekali. “Waah..” decak kagum Agatha yang tidak ada habisnya. Gio menggeleng pelan. Ia memasukkan kedua tangannya ke dalam saku. Kemudian berjalan ke dalam. “Mau ke mana?” Agatha hampir berteriak. Ia mengejar Gio yang sudah keluar dari kamar mereka. Agatha lebih kagum lagi karena rumah yang mereka tempat ini begitu luas dan mondern. “Sir..” panggil Agatha lagi. “Makan Agatha..” Gio mengambil duduk di kursi. Agatha tersenyum melihat bany
Agatha terkesiap saat tiba-tiba Gio sudah menariknya saja. Bibir mereka sudah menempel. Agatha memejamkan mata. Gio melumat bibirnya dengan rakus. Mengigit bibir bawah Agatha, hingga membuat bibir itu terbuka. Gio tidak menyia-nyiakan kesempatan. ia memperdalam ciumannya pada bibir Agatha. Mencecap bibir manis perempuan itu. Agatha membalas.. Bagaimanapun ini adalah janjinya. Pahit tapi juga manis… Agatha tidak tahu apa yang diminum oleh Gio sehingga rasa itu tersalur ke lidahnya. Apakah cairan yang berwarna merah keunguan itu? Agatha meremas bahu Gio saat tangan pria itu dengan mudah membawa tubuhnya. “Sir..” lirih Agatha. Gio tidak berhenti. ia sudah membawa Agatha ke pangkuannya. “Tidak..” balas Gio. “Jangan memberontak.. jika kau memberontak aku semakin ingin melahapmu.” Agatha melebarkan matanya.. Tapi sebelum ia kembali berbicara, Gio kembali mencecap bibirnya. Agatha pasrah.. Karena sesungguhnya ia juga menikmati. Apalagi ciuman Gio begitu
“Kenapa kau ingin tahu?” tanya Gio. Agatha terdiam. Seakan tidak rela saat Gio melepaskan tangan dari pinggangnya. Agatha perlahan turun dari pangkuan Gio dan memilih duduk di bangku. “Karena ingin tahu…” balas Agatha. Gio tertawa pelan. “Kau harus punya alasan untuk apa tahu tentangku.” Mengambil gelas yang berisi anggur. Meminumnya perlahan. Hari sudah gelap, ia berharap tidak mabuk dengan anggur ini. Ada Agatha juga, Alkohol bisa mengendalikannya dan takut akan lepas kendali pada akhirnya. Agatha tidak bisa menjawab. Tapi ia begitu penasaran tentang Gio. Tentang pria itu..Bagaimana jika Agatha memang sudah terlanjur masuk ke dalam pesona Gio tanpa sadar. Bagaimana jika ternyata Agatha memang menyukai Gio lebih dari yang dirinya sendiri bayangkan. “Kalau anda tidak ingin memberitahu saya tidak masalah,” ucap Agatha. Gio mengangguk.. Pria itu hanya membalas Agatha dengan anggukan saja. Melihat Gio kenapa rasanya bersala ya.. Agatha tidak tahu.. ia meremas kedua tangan
Agatha membawa Gio susah payah ke kemar. Pria itu benar-benar mabuk, untungnya ia bisa membawa Gio ke kamar sebelum pria itu benar-benar tidur. Agatha menunggu Gio di samping ranjang. Gio menyamping.. “Agatha..” lirihnya dengan mata yang tertutup. “Ya..” Agatha mengusap helaian rambut Gio. “Aku di sini..” “Agatha..” panggil Gio lagi. Akhirnya Agatha mengambil tangan Gio dan menggenggamnya. “Aku di sini. aku tidak ke mana-mana.” Gio memeluk lengan Agatha. “Maaf..” ucapnya begitu pelan. sangat pelan bahkan terdengar seperti lirihan. Pada akhirnya Agatha ikut berbaring di samping Gio. Padahal dirinya tadi sudah tidur, tapi kenapa hanya berbaring saja ia sudah begitu mengantuk. ~~ Terbangun karena jendela yang terbuka. Sinar matahari yang masuk itu menerpa wajahnya. Agatha mengernyit—ia menoleh ke samping. Menatap samping yangn sudah tidak ada orang. Agatha bangun. Ia membersihkan diri sebelum keluar. Ternyata ada pakaian yang tersedia. Entah darimana? Janga
Beberapa hari yang lalu. Gio tersadar dari komanya. Pertama kali orang yang ia cari adalah Agatha. Ibunya bilang, Agatha pulang. Agatha berjanji tidak akan menemuinya sampai keadaan benar-benar aman. Marah. Tentu saja, neneknya yang membuat Agatha pergi. Gio masih membutuhkan perawatan intensif. Untuk bergerak saja ia tidak bisa. Untuk itu ia mengerahkan orang-orangnya untuk membantunya. Dari pada seperti ini, sudah terlanjur. Maka ia akan meneruskannya saja. Ia akan berpura-pura tidak berhubungan dengan Agatha dahulu sampai Rapat itu dimulai. Pada awalnya ia akan datang awal rapat. Tapi sekali lagi keadaannya tidak memungkinkan. Perutnya masih terasa keram. Alhasil ia datang terlambat—namun masih melihat perkembangan rapat itu lewat kamera kecil. Kamera itu terpasang di pakaian orang yang mewakilinya di sana. “Banyak orang yang menghianatiku juga.” Gio berada di dalam mobil. Melihat orang-orang yang tidak mengangkat tangan untuk Agatha. Orang-orang yang tela
“Tapi Agatha Ethelind Harper baru saja terjun ke dunia bisnis. kinerjanya di dalam perusahaan baru mencapai tahun pertama.” Agatha tersenyum sinis. Menggunakan pengalamannya yang baru sebentar untuk menjatuhkannya. Agatha masih menahan senyumnya—ingin tertawa padahal. Kekurangannya yang diumbar di depan banyak investor. Sedangkan kekuarangan Levin disembunyikan. Agatha menjadi satu-satunya wanita yang berada di dalam ruangan ini. “Siapa yang mendukung Agatha Harper Ethelind menjadi pemimpin sementara?” Satu persatu orang-orang yang mendukung Agatha mengangkat tangan. Sekitar 3… Lalu satu orang mengangkat tangannya… Ternyata Pak Beni… Pak Beni tersenyum sembari mengangguk pada Agatha. Sedangkan pak Robert? Jangan tanya. Pria itu bahkan tidak berani menatap Agatha. seolah tidak mengenal. Tidak seperti tadi… Ternyata… si Mafia itu tidak mendukungnya. Memang, di dalam dunia bisnis tidak bisa ditebak mana yang benar-benar teman. Dan mana yang musuh. Setidaknya
“maaf nona. Hal seperti ini saya pasti tidak akan terulang lagi.” satu bodyguard maju menghadap Agatha. Ada dua mobil yang dicoba dijalankan. Hanya satu yang remnya blong. Mobil yang selalu digunakan oleh Agatha. Agatha berkacak pinggang. ia tidak ingin menghabiskan energinya untuk hal tidak masuk akal seperti ini. Tapi semua ini menyangkut nyawanya. “Sebagai ketua. Kau harus mencari tahu siapa anak buahmu yang berhianat. Aku memberimu waktu sampai jam istirahat makan siang. jika kau tidak bisa menemukan penghianat itu.” Agatha menghela napas. “Ganti semua bodyguard yang mengawalku.” Akhirnya Agatha masuk ke dalam mobil. Selama di dalam mobil, Agatha tidak berhenti cemas. Untuk siapapun yang berusaha membunuhnya. Agatha pastikan akan segera menangkap orang itu. Hidupnya tidak bisa tenang dan dihantui oleh kematian. Akhirnya mobil sampai juga di kantor. Dengan selamat! Agatha masuk ke dalam ruang—disambut oleh sekretarisnya. “Rapat akan dilaksanakan pukul 1
“Sial.” Agatha tidak berhenti mengumpat setelah keluar dari ruang penyidikan. “Aku yakin ada yang menyuruhnya untuk membunuhku.” Agatha mengatakannya pada polisi. Namun polisi itu menghela napas dan terlihat lelah. “Kami sudah menyelidikinya. Kami sudah datang ke tempat tinggalnya. Tidak ada tanda-tanda disuruh orang….” “Tidak mungkin.” Agatha menggeleng. “Pasti ada petunjuk… Aku sering diteror. Tidak mungkin kalau dia hanya menyukaiku. aku yakin dia memang punya niat buruk dan disuruh orang lain.” “Tenanglah..” polisi itu hanya menepuh pelan bahu Agatha. Agatha ingin melayangkan protes tapi ia ditarik oleh seseorang. Pengacara Gio. Akhirnya Agatha dan pengacara Gio berada di dalam mobil untuk berbicara. “tidak ada gunanya berbicara pada polisi. Bukti tidak ada. Mereka juga tidak akan menggap kasus ini serius.” Pengacara Gio memberikan dokumen pada Agatha. Agatha membukanya. Melihat isinya sembari dijelaskan. “Pria itu sudah 2 tahun belakangan mengincar wanita c
Agatha pulang. Berjalan gontai masuk ke dalam penthouse. Tadi.. di rumah sakit. Karena dirinya semuanya malah bertengkar. Orang tua Gio memang berpihak padanya. tapi tidak dengan nenek Gio yang begitu membencinya. Tadi di rumah sakit…. “Jangan lakukan hal itu, Mom.” Aluna lagi-lagi menarik margaret agar menjauh dari Agatha. “Gio bukan anak kecil. Dia dewasa dan dia bisa menentukan apa yang dia inginkan. Dia ingin melindungi Agatha. aku sebagai orang tua tidak bisa mencegahnya dan akan mendukungnya.” “Kamu gila? setelah melihat anakmuu sekarat kamu mengatakan hal ini?” tanya Margaret memegang lengan Aluna. “Sadarlah Aluna, Gio ditusuk pria yang mengincar wanita itu.” margaret menatap Agatha begitu benci. Aluna memijjit keningnya. “Jangan membahas hal ini lebih dulu. Kita tunggu Gio..” “Gio tahu apa yang harus dilakukannya.” Margaret menatap Ethan. “Apa yang kamu lakukan?” “Semua keputusan ada di tangan Gio. Aku sebagai orang tua tidak bisa memaksanya. Begitupun
Setelah memberikan pidato, Agatha tidak tahu Gio ke mana. Ia langsung pergi dan mencari pria itu bersama bodyguard yang lain. Tapi tubuhnya langsung kaku ketika melihat Gio yang tertusuk. Gio dibawa ke rumah sakit. Sedangkan penjahat itu sudah ditangkap dan dibawa ke kantor polisi. Agatha tidak bisa berhenti cemas. Ia menunggu Gio di depan ruang ICU. Tubuhnya berlumuran dengan darah… Agatha tidak peduli pada dirinya sendiri. Ia duduk dengan kepala yang menunduk. menunggu berjam-jam Gio yang masih mendapat perawatan oleh dokter. agatha mendongak ketika mendengar suara langkah kaki. Ia melihat kedua orang tua Gio yang baru datang. “Bagaimana keadaannya?” tanya Ethan pada Agatha. “Gio masih dirawat di dalam,” balas Agatha. Ethan menatap Agatha. “Aku yakin kamu sudah tahu kalau kita orang tua Gio. Kami juga sudah tahu kamu kekasih Gio. Kamu bisa jelaskan pada kami bagaimana semuanya bisa terjadi?” Agatha meremas pelan tangannya. Tapi—elusan lembut di bahuny
Semuanya berjalan dengan lancar. Gio yang melindungi Agatha sehingga membuat Agatha benar-benar aman. Namun, Mereka tidak bertemu beberapa hari karena Gio yang ada urusan bisnis di luar negeri. Tapi katanya akan pulang hari ini, entah jam berapa. Agatha berada di dalam mobil—ia sampai di sebuah gedung. Acara yang didatangi adalah sebuah peluncuran produk baru dan peresmian kerja sama antara Harper Advertise dengan brand tersebut. Untuk itu Agatha begitu antusias. Agatha keluar dari mobilnya.. Masuk pelan ke dalam gedung. Ternyata sudah ada beberapa orang yang datang. Semuanya berjalan dengan lancar. Sampai seorang mc menyatakan dengan resmi akan terjalin kerja sama. “Untuk Ibu Agatha waktu dipersilahkan…” Agatha mengangkat micnya. Ia tersenyum ke depan. Namun pandangannya tertuju pada satu pria yang sedang berada di antara orang-orang yang hadir. Pria itu membawa sebuah buket bunga dan tengah tersenyum kepadanya. “Saya Agatha.. saya pemimpin Harper Adve
21++ Memborgol kaki Agatha dengan sisi ranjang. Hingga kedua kaki Agatha terbuka dengan lebar. Agatha benar-benar tidak bisa bergerak. Matanya juga tertutup semuanya gelap. Namun ia menunggu apa yang akan dilakukan pria itu. Gio memasukkan jemarinya ke dalam milik Agatha. menekannya hingga membuat Agatha bergerak gelisah… “Ahh!” Agatha membuka bibirnya. Gio tersenyum miring. “Kau suka?” tanyanya. Agatha mengangguk. “Aku suka..” lirihnya. Gio menggerakkan jarinya maju mundur—menggoda milik Agatha. Agatha tidak bisa menahannya lagi—sampai pelepasannya datang juga. “Ahh!” desah Agatha ketika milik Gio mulai memenuhi miliknya. “Gio ahh!” Gio bergerak menghujam agatha lagi. Tangannya terulur mengusap pipi Agatha… Memasukkan jemarinya ke dalam bibir wanita itu. Gio terus bergerak menghujam Agatha. memenuhi milik wanita itu dengan miliknya terus menerus. Sampai ia menarik borgol di kaki Agatha. Ia mengangkat satu kaki Agatha dan kembali menghujam milik wanita i
21++ “Sayang ahh ohhh!” Gio menekan miliknya ke dalam mulut Agatha. Membuat Agatha terdorong sampai membentur pantry. Tapi untungnya telapak tangannya bergerak dengan cepat melindungi belakang kepala Agatha. Agatha melakukan tugasnya—membuat Gio semakin tergila-gila dengannya. Agatha pastikan, Gio akan semakin menyukainya. “babe..” Gio menggerakkan pinggulnya maju mundur. “Ahh babe… kau nikmat ohh!” Gio menarik Agatha kemudian menyatukan miliknya ke dalam milik Agatha. Menarik satu kaki Agatha—membawanya ke atas. Kemudian pelan-pelan menghujam milik Agatha. Tubuh Agatha terguncang.. kedua dadanya bergerak dengan pergerakan pria itu. Agatha hanya bertopang pada meja pantry sementara Gio yang terus menghujamnya. Gio menarik pinggangnya dan memutar tubuhnya. kembali menghujamnya dari belakang. Salah satu tangannya di bawa ke belakang. Gio memang mengendalikan permainan ini. Tidak berhenti sebelum dirinya puas. Meskipun Agatha kelelahan. Tapi Agatha merutuk or