Tok tok Agatha masuk. Melihat punggung Gio yang berada di balkon. Agatha mendekati Gio. “Anda sudah pulang, Sir?” tanya Agatha. Gio menoleh dan mengangguk. “Hm.” “Saya kira anda akan pulang malam,” balas Agatha. “Kenapa? kau ingin aku pulang malam?” tanyanya. Agatha menggeleng. “Mau saya siapkan air hangat sir?” tanya Agatha. “Tidak usah,” balas Gio cuek. “Kau bersenang-senang dengan mereka?” tanya Gio menunjuk maid di bawah. “Iya. Saya berteman dengan mereka. kita berbagi banyak cerita.” Gio mengernyit. “Kalian banyak membicarakanku?” Agatha tidak mengelak, wanita itu langsung mengangguk. “Kita tidak membicarakan yang buruk-buruk. Tentang, Sir..” Agatha melangkah mendekat. “Ada yang membuat saya penasaran.” “Kenapa anda memperkerjakan mereka yang tidak begitu ahli. Maksudnya.. mereka bilang, mereka begitu amatir ketika pertama kali bekerja. kenapa anda mempekerjakan mereka? maksudku, anda bisa mencari pekerja yang lebih handal.” “Termasuk aku juga..” G
Beberapa jam yang lalu. Tepatnya setelah rapat, Gio berjalan ke dalam ruangannya. Ia tidak tahu jika neneknya akan mengunjunginya. Margaret sudah duduk santai di sofa dalam ruangannya. Margaret berdiri menyambut cucunya. “Bagaimana kabarmu sayangku..” Margaret memeluk cucunya. “Nenek merindukan cucu nenek ini…” Gio menatap neneknya curiga. Tiba-tiba saja datang ke ruangannya. Untuk apa.. “Sangat mencurigakan…” lirih Gio. Margaret mengusap bahu Gio pelan. “Sudah punya kekasih?” Gio mendengus pelan. kemudian berjalan menjauhi neneknya dan memilih duduk di kursinya. “Belum kan?” tanya Margaret. “Ayo nenek kenalkan ke cucu teman nenek.” Margaret mendekat lagi. Kali ini mengusap puncak kepala cucunya. “Gio..” panggilnya dengan lembut. “Nenek tidak memaksa kamu. Kamu hanya perlu datang sekali saja..” Margaret berusaha membujuk cucunya. Sedih saat cucunya ini tidak pernah menjalin hubungan dengan wanita. Takutnya… Entahlah pokoknya Margaret akan berusaha.
Malam harinya.. Gio sudah datang ke restoran yang dimaksud oleh neneknya. ia duduk di bangku dengan tenang sembari menunggu wanita itu. tak lama datanglah seorang perempuan yang menggunakan dress berwarna merah. Terlalu berlebihan untuk datang ke acara makan malam, pakaiannya seperti akan pergi ke klub. “Giorgino?” tanya Luna yang baru saja datang. Benar saja matanya berbinar memandang Gio. Tidak menyangka jika pria yang dijodohkan dengannya adalah pria tampan nan tinggi, juga begitu keren. Luna tersenyum lebar sembari mengambil duduk di hadapan Gio. “Maaf aku terlambat, tadi ada halangan dan sedikit macet juga.” Luna menatap Gio. “Aku Luna.” Mengulurkan tangannya. Gio menyambutnya. “Giorgino..” “Aku harus memanggilmu apa? Gio atau Gino?” tanyanya. “Terserah.” Gio mengedikkan bahu. Luna sungguh takjub, ia sungguh mengagumi ketampanan Gio. “Aku dengar kamu wakil direktur di Winston..” Luna membuka percakapan. “Aku dengar kamu juga akan mewarisi Winston. Ka
Agatha mendekat. “Kau sungguh Luna kan?” tanyanya lagi. Luna mundur. “Siapa kau?” Luna menggeleng. “Aku tidak mengenalmu.” Agatha mendekat lagi. Kemudian menunjuk Luna dan Gio. “Kau dengan pria lain sekarang?” tanyanya. “Setelah merebut tunanganku kau sekarang bersama pria lain?” tanyanya. “Aku tidak tahu maksudmu apa?” ucapnya sembari melotot pada Agatha. “Jangan mendadak amnesia..” ucap Agatha. Luna terlihat ketakutan. Takut kebusukannya dibongkar di hadapan pria incarannya. “Jangan ganggu aku.” Luna mengusir Agatha. Agatha menggeleng. “Tidak semudah itu. kau menghancurkanku dengan menjalin hubungan dengan tunanganku. Tapi sekarang kau menjalin hubungan dengan pria lain?” “Waaah..” Agatha bertepuk tangan. “Kau hebat juga ya…” “Padahal baru kemarin kau merebutnya. Sekarang sudah menjalin hubungan dengan pria lain.” Luna menggeleng. ia menatap Gio dengan gelengan kepala. “Tidak. Jangan dengarkan wanita gila ini.” Agatha tertawa. “Kenapa?” menatap Gio. “Di
“Aku lapar setelah bertengkar.” Agatha membuka cup yang berisi mie. Di dalam minimarket, ia duduk berdamping dengan Gio. Di meja hadapan mereka terdapat beberapa snack dan tentunya mie cup. Hanya satu, karena katanya Gio masih kenyang. Gio hanya diam sembari melihat Agatha yang mulai menyeruput mie itu. “Aaaa….” Agatha mengipasi bibirnya. Gio berdecak dan mengambil tisu. Ia mengarahkan tisu itu di bawah bibir Agatha. “Buang di sini.” Agatha menoleh dengan ragu. Namun ia tetap membuka mulutnya dan membuang mie dari dalam mulutnya ke tisu. Gio mengambilnya dan membuangnya di sampah. Begitu mudahnya, tanpa merasa risih ataupun jijik. Padahal katanya Gio adalah orang yang benar-benar bersih. Tapi kok tidak jijik? Agatha menahan debaran jantungnya. Ia menatap Gio yang saat ini mengusap tangan dan menyemprotkan cairan di tangan. “Jangan menatapku,” ucap Gio tanpa menoleh. “Kau semakin aneh.” Agatha mengerucutkan bibirnya. “Kenapa anda begitu baik sih?” tanya Agatha. “Pasti
Sampai di rumah. “Tadi anda belum menjawab saya.” Agatha berjalan di belakang Gio. Gio tersenyum miring. Dia hanya diam dan masih berjalan ke arah kamarnya. “Tuan,” panggil Agatha. “Oh ya anda juga belum minum obat kan?” tanya Agatha mengingatkan. Gio berdecak diingatkan tentang obat lagi. “Aku sudah minum saat berangkat.” Agatha mengangguk lega kalau begitu. “Yasudah..” Agatha mengikuti Gio sampai di depan kamar pria itu. “Saya pergi dulu.” “Kau tidak penasaran dengan apa yang aku katakan tadi pada temanmu itu?” tanya Gio. Agatha mengangguk. “Tapi anda tidak berniat memberitahukan padaku. aku tidak akan berusaha keras, aku sudah mengantuk.” Gio menyipitkan mata. “Aku akan memberitahumu.” Menarik tangan Agatha masuk ke dalam kamarnya. Bodohnya Agatha menurut saja. “Memangnya apa yang terjadi tadi?” tanya Agatha. Gio menunduk—mendekatkan wajahnya di hadapan Agatha. “Jika kau ingin tahu, kau harus membayarku.” Agatha menggeleng. “Aku tidak punya uang.”
“Hm. Aku keberatan.” Agatha mengangguk. “Dari awal kita sebagai atasan dan bawahan, kenapa kita melakukannya? Peluk, bahkan ciuman…” “Kenapa? Anda membuat saya seolah saya menjadi jalang anda.” Agatha ingin menangis sungguh. “Kau sebagai asistenku, di dalam kontrak juga tertulis tugas tambahan. Membuatku tenang dan nyaman. Tenang dan nyaman itu bisa meluas…” “Tidak ada batasan mengenai kontak fisik..” lanjut Gio. “Jadi kau tidak bisa protes mengenai hal itu.” Gio memandang Agatha. “Aku bahkan bisa menyentuhmu lebih dalam jika aku mau.” “Tapi karena aku menghargaimu, aku tidak akan melakukannya…” Gio mendekat.. mendekatkan bibirnya di telinga Agatha. “Kecuali kau juga menginginkannya.” Agatha mendorong dada Gio. “Jadi aku tidak lebih dari jalang anda?” tanyanya. “Aku tidak pernah menyebutnya begitu.” Gio menatap Agatha. “Kau sendiri yang bilang.” Agatha berdecak pelan. Malas sekali rasanya berhadapan dengan Gio. “Biarkan saya pergi,” lirih Agatha. “Kau marah?” ta
Pagi harinya… Agatha merasakan berat di pinggannya. Nafas hangat seseorang dari belakang yang ia rasakan. Agatha membalikkan tubuhnya. masih ada waktu 20 menit lagi sebelum ia harus bangun dan menyiapkan keperluan Gio. Agatha mengerucutkan bibirnya. “Bagaimana bisa aku terjebak di sini..” lirihnya. Tangan Agatha terangkat—ingin menyentuh alis Gio yang begitu tebal dan rapi. Namun ia urungkan. Ia hanya menatap Gio dengan mata kekaguman. “Tidur saja tampan,” lirihnya. Agatha menghela nafas berat. Ia melebarkan matanya ketika melihat senyum di bibir pria yang sedang tertidur itu. “Terima kasih pujiannya,” ucap Gio kemudian membuka matanya. Pagi-pagi mendapat pujian. “Tidak, aku tidak memuji anda.” Agatha menggeleng untuk mengelak. Gio tersenyum semakin lebar. “Aku dengar jelas sekali di telingaku.” “Bukankah kau ingin menyentuh alisku?’ tanya Gio. Ia bangun lebih awal dari Agatha. Ia hanya diam dengan apa yang dilakukan Agatha. Agatha menggeleng lagi.
Beberapa hari yang lalu. Gio tersadar dari komanya. Pertama kali orang yang ia cari adalah Agatha. Ibunya bilang, Agatha pulang. Agatha berjanji tidak akan menemuinya sampai keadaan benar-benar aman. Marah. Tentu saja, neneknya yang membuat Agatha pergi. Gio masih membutuhkan perawatan intensif. Untuk bergerak saja ia tidak bisa. Untuk itu ia mengerahkan orang-orangnya untuk membantunya. Dari pada seperti ini, sudah terlanjur. Maka ia akan meneruskannya saja. Ia akan berpura-pura tidak berhubungan dengan Agatha dahulu sampai Rapat itu dimulai. Pada awalnya ia akan datang awal rapat. Tapi sekali lagi keadaannya tidak memungkinkan. Perutnya masih terasa keram. Alhasil ia datang terlambat—namun masih melihat perkembangan rapat itu lewat kamera kecil. Kamera itu terpasang di pakaian orang yang mewakilinya di sana. “Banyak orang yang menghianatiku juga.” Gio berada di dalam mobil. Melihat orang-orang yang tidak mengangkat tangan untuk Agatha. Orang-orang yang tela
“Tapi Agatha Ethelind Harper baru saja terjun ke dunia bisnis. kinerjanya di dalam perusahaan baru mencapai tahun pertama.” Agatha tersenyum sinis. Menggunakan pengalamannya yang baru sebentar untuk menjatuhkannya. Agatha masih menahan senyumnya—ingin tertawa padahal. Kekurangannya yang diumbar di depan banyak investor. Sedangkan kekuarangan Levin disembunyikan. Agatha menjadi satu-satunya wanita yang berada di dalam ruangan ini. “Siapa yang mendukung Agatha Harper Ethelind menjadi pemimpin sementara?” Satu persatu orang-orang yang mendukung Agatha mengangkat tangan. Sekitar 3… Lalu satu orang mengangkat tangannya… Ternyata Pak Beni… Pak Beni tersenyum sembari mengangguk pada Agatha. Sedangkan pak Robert? Jangan tanya. Pria itu bahkan tidak berani menatap Agatha. seolah tidak mengenal. Tidak seperti tadi… Ternyata… si Mafia itu tidak mendukungnya. Memang, di dalam dunia bisnis tidak bisa ditebak mana yang benar-benar teman. Dan mana yang musuh. Setidaknya
“maaf nona. Hal seperti ini saya pasti tidak akan terulang lagi.” satu bodyguard maju menghadap Agatha. Ada dua mobil yang dicoba dijalankan. Hanya satu yang remnya blong. Mobil yang selalu digunakan oleh Agatha. Agatha berkacak pinggang. ia tidak ingin menghabiskan energinya untuk hal tidak masuk akal seperti ini. Tapi semua ini menyangkut nyawanya. “Sebagai ketua. Kau harus mencari tahu siapa anak buahmu yang berhianat. Aku memberimu waktu sampai jam istirahat makan siang. jika kau tidak bisa menemukan penghianat itu.” Agatha menghela napas. “Ganti semua bodyguard yang mengawalku.” Akhirnya Agatha masuk ke dalam mobil. Selama di dalam mobil, Agatha tidak berhenti cemas. Untuk siapapun yang berusaha membunuhnya. Agatha pastikan akan segera menangkap orang itu. Hidupnya tidak bisa tenang dan dihantui oleh kematian. Akhirnya mobil sampai juga di kantor. Dengan selamat! Agatha masuk ke dalam ruang—disambut oleh sekretarisnya. “Rapat akan dilaksanakan pukul 1
“Sial.” Agatha tidak berhenti mengumpat setelah keluar dari ruang penyidikan. “Aku yakin ada yang menyuruhnya untuk membunuhku.” Agatha mengatakannya pada polisi. Namun polisi itu menghela napas dan terlihat lelah. “Kami sudah menyelidikinya. Kami sudah datang ke tempat tinggalnya. Tidak ada tanda-tanda disuruh orang….” “Tidak mungkin.” Agatha menggeleng. “Pasti ada petunjuk… Aku sering diteror. Tidak mungkin kalau dia hanya menyukaiku. aku yakin dia memang punya niat buruk dan disuruh orang lain.” “Tenanglah..” polisi itu hanya menepuh pelan bahu Agatha. Agatha ingin melayangkan protes tapi ia ditarik oleh seseorang. Pengacara Gio. Akhirnya Agatha dan pengacara Gio berada di dalam mobil untuk berbicara. “tidak ada gunanya berbicara pada polisi. Bukti tidak ada. Mereka juga tidak akan menggap kasus ini serius.” Pengacara Gio memberikan dokumen pada Agatha. Agatha membukanya. Melihat isinya sembari dijelaskan. “Pria itu sudah 2 tahun belakangan mengincar wanita c
Agatha pulang. Berjalan gontai masuk ke dalam penthouse. Tadi.. di rumah sakit. Karena dirinya semuanya malah bertengkar. Orang tua Gio memang berpihak padanya. tapi tidak dengan nenek Gio yang begitu membencinya. Tadi di rumah sakit…. “Jangan lakukan hal itu, Mom.” Aluna lagi-lagi menarik margaret agar menjauh dari Agatha. “Gio bukan anak kecil. Dia dewasa dan dia bisa menentukan apa yang dia inginkan. Dia ingin melindungi Agatha. aku sebagai orang tua tidak bisa mencegahnya dan akan mendukungnya.” “Kamu gila? setelah melihat anakmuu sekarat kamu mengatakan hal ini?” tanya Margaret memegang lengan Aluna. “Sadarlah Aluna, Gio ditusuk pria yang mengincar wanita itu.” margaret menatap Agatha begitu benci. Aluna memijjit keningnya. “Jangan membahas hal ini lebih dulu. Kita tunggu Gio..” “Gio tahu apa yang harus dilakukannya.” Margaret menatap Ethan. “Apa yang kamu lakukan?” “Semua keputusan ada di tangan Gio. Aku sebagai orang tua tidak bisa memaksanya. Begitupun
Setelah memberikan pidato, Agatha tidak tahu Gio ke mana. Ia langsung pergi dan mencari pria itu bersama bodyguard yang lain. Tapi tubuhnya langsung kaku ketika melihat Gio yang tertusuk. Gio dibawa ke rumah sakit. Sedangkan penjahat itu sudah ditangkap dan dibawa ke kantor polisi. Agatha tidak bisa berhenti cemas. Ia menunggu Gio di depan ruang ICU. Tubuhnya berlumuran dengan darah… Agatha tidak peduli pada dirinya sendiri. Ia duduk dengan kepala yang menunduk. menunggu berjam-jam Gio yang masih mendapat perawatan oleh dokter. agatha mendongak ketika mendengar suara langkah kaki. Ia melihat kedua orang tua Gio yang baru datang. “Bagaimana keadaannya?” tanya Ethan pada Agatha. “Gio masih dirawat di dalam,” balas Agatha. Ethan menatap Agatha. “Aku yakin kamu sudah tahu kalau kita orang tua Gio. Kami juga sudah tahu kamu kekasih Gio. Kamu bisa jelaskan pada kami bagaimana semuanya bisa terjadi?” Agatha meremas pelan tangannya. Tapi—elusan lembut di bahuny
Semuanya berjalan dengan lancar. Gio yang melindungi Agatha sehingga membuat Agatha benar-benar aman. Namun, Mereka tidak bertemu beberapa hari karena Gio yang ada urusan bisnis di luar negeri. Tapi katanya akan pulang hari ini, entah jam berapa. Agatha berada di dalam mobil—ia sampai di sebuah gedung. Acara yang didatangi adalah sebuah peluncuran produk baru dan peresmian kerja sama antara Harper Advertise dengan brand tersebut. Untuk itu Agatha begitu antusias. Agatha keluar dari mobilnya.. Masuk pelan ke dalam gedung. Ternyata sudah ada beberapa orang yang datang. Semuanya berjalan dengan lancar. Sampai seorang mc menyatakan dengan resmi akan terjalin kerja sama. “Untuk Ibu Agatha waktu dipersilahkan…” Agatha mengangkat micnya. Ia tersenyum ke depan. Namun pandangannya tertuju pada satu pria yang sedang berada di antara orang-orang yang hadir. Pria itu membawa sebuah buket bunga dan tengah tersenyum kepadanya. “Saya Agatha.. saya pemimpin Harper Adve
21++ Memborgol kaki Agatha dengan sisi ranjang. Hingga kedua kaki Agatha terbuka dengan lebar. Agatha benar-benar tidak bisa bergerak. Matanya juga tertutup semuanya gelap. Namun ia menunggu apa yang akan dilakukan pria itu. Gio memasukkan jemarinya ke dalam milik Agatha. menekannya hingga membuat Agatha bergerak gelisah… “Ahh!” Agatha membuka bibirnya. Gio tersenyum miring. “Kau suka?” tanyanya. Agatha mengangguk. “Aku suka..” lirihnya. Gio menggerakkan jarinya maju mundur—menggoda milik Agatha. Agatha tidak bisa menahannya lagi—sampai pelepasannya datang juga. “Ahh!” desah Agatha ketika milik Gio mulai memenuhi miliknya. “Gio ahh!” Gio bergerak menghujam agatha lagi. Tangannya terulur mengusap pipi Agatha… Memasukkan jemarinya ke dalam bibir wanita itu. Gio terus bergerak menghujam Agatha. memenuhi milik wanita itu dengan miliknya terus menerus. Sampai ia menarik borgol di kaki Agatha. Ia mengangkat satu kaki Agatha dan kembali menghujam milik wanita i
21++ “Sayang ahh ohhh!” Gio menekan miliknya ke dalam mulut Agatha. Membuat Agatha terdorong sampai membentur pantry. Tapi untungnya telapak tangannya bergerak dengan cepat melindungi belakang kepala Agatha. Agatha melakukan tugasnya—membuat Gio semakin tergila-gila dengannya. Agatha pastikan, Gio akan semakin menyukainya. “babe..” Gio menggerakkan pinggulnya maju mundur. “Ahh babe… kau nikmat ohh!” Gio menarik Agatha kemudian menyatukan miliknya ke dalam milik Agatha. Menarik satu kaki Agatha—membawanya ke atas. Kemudian pelan-pelan menghujam milik Agatha. Tubuh Agatha terguncang.. kedua dadanya bergerak dengan pergerakan pria itu. Agatha hanya bertopang pada meja pantry sementara Gio yang terus menghujamnya. Gio menarik pinggangnya dan memutar tubuhnya. kembali menghujamnya dari belakang. Salah satu tangannya di bawa ke belakang. Gio memang mengendalikan permainan ini. Tidak berhenti sebelum dirinya puas. Meskipun Agatha kelelahan. Tapi Agatha merutuk or