Sebuah restoran yang terletak di tengah kota. Rata-rata dikunjungi oleh kalangan atas. Di salah satu bangku terisi oleh beberapa orang yang sepertinya membicarakan hal yang penting. Ethan duduk di samping seorang perempuan cantik yang senantiasa tersenyum. Perempuan cantik yang menggunakan dress berwarna maroon. “Senang sekali akhirnya bisa berkumpul setelah sekian lama,” ucap Harianto. “Senang melihat Ethan yang semakin sukses memimpin perusahaan.” Menatap Ethan dengan bangga. Peter Winston, ayah Ethan mengangguk. “Benar, Ethan sangat cerdas mengelola perusahaan.” Ethan hanya tersenyum mendapat pujian dari ayah dan calon mertuanya. “Dia sangat mempesona,” ucap Grace. Menatap Ethan dengan penuh cinta. “Maka dari itu aku sangat menyukainya.” Grace mengusap punggung tangan Ethan pelan. Sambil tersenyum manis. Namun yang dilakukan Ethan hanya tersenyum tipis. Dengan pelan ia menarik tangannya agar jatuh dari jangkauan Grace. “Sebelum membicarakan hubungan kalian, lebih b
Aluna menunduk—berusaha menutupi wajahnya dengan rambut. Aluna mendongak saat ada satu tangan yang terulur untuk membantunya. “Kau bisa bangun?” Aluna sempat mematung setelah tahu siapa yang mengulurkan tangan padanya. Grace, ya wanita yang menjadi tunangan Ethan. Sedangkan Ethan masih duduk di bangku dengan tenang tanpa melihatnya sedikitpun. “Terima kasih.” Aluna bangkit. Menatap makanannya yang sudah berserakan di lantai. Sayang sekali harus terjatuh, padahal ia sudah menunggu makanannya sangat lama. “Nona maafkan saya.” Seorang pelayan menunduk merasa bersalah. “Ah ya!” Aluna mengangguk. “Aku akan mengganti makanan yang aku jatuhkan.” Aluna mengambil dompetnya. Aluna yag berantakan. Gugup sekali sampai kesusahan mengambil sebuah kartu di dalam dompetnya. Sial! Aluna merasa dirinya benar-benar menyedihkan. Grace tersenyum. “Biar aku saja.” memberikan kartu kreditnya pada seorang pelayan. “Kau baik-baik saja?” tanyanya. Aluna mengangguk. “Aku baik-baik saja.”
Grace kembali ke bangku di mana masih ada orang tuanya dan orang tua Ethan. “Siapa wanita tadi? Terlihat sangat berantakan.” Komentar Margaret pada wanita yang terjatuh tadi. “Kamu terlalu baik Grace.” Grace tersenyum. “Dia terlihat kebingungan, aku berusaha membantunya aunty.” Celia menyentuh bahu putrinya. “Grace memang seperti itu. Dia mudah sekali kasihan pada orang lain. Dia juga tidak pernah pilih-pilih berteman dengan siapapun. Itu yang selalu aku kawatirkan. Aku takut dia berteman dengan orang yang salah.” “Grace sangat cocok menjadi bagian keluarga Winston. Pintar, cantik dan baik hati. Ethan, kamu jangan terlalu lama menggantung Grace,” ucap Peter pada putranya. “Biarlah dulu tidak masalah. Lagipula mereka masih muda,” balas Harianto. Padahal dari awal, Ethan sudah menunjukkan ketidaksukaannya pada acara ini. namun, mereka semua yang ada di tempat ini seolah buta. Mereka mengabaikan semua penolakan dan pemberontakan yang dilakukannya. ~~Ketika pintu terbuka, Aluna la
Maksud Aluna makan di luar adalah makan di depan sebuah minimarket. Mereka berada di bangku depan sebuah minimarket. Untungnya di depan hotel ada satu minimarket yang buka 24 jam. Aluna dengan banyak snack yang memenuhi meja. Ethan yang hanya duduk diam sambil menyesap rokok. “Kau berbicara apa saja dengan Grace?” Ethan menghembuskan asap rokoknya ke atas. “Dia tahu aku bekerja di Winston. Aku hanya takut dia tahu kita…” lirih Aluna. Alis Ethan terangkat satu. “Memangnya kalau tahu kenapa?” “Hubungan kalian..” Aluna ragu untuk mengatakannya. “Aku takut membuat hubungan kalian hancur.” Ethan justru tergelak. “Tidak ada kehancuran dari hubungan yang tidak pernah dimulai.” “Kalian terlihat serasi.” Aluna tersenyum. “Kalian cocok bersama. Grace sangat cantik dan kau—kamu, kamu juga tampan.” Ethan tersenyum miring. “Jadi sekarang kau mengakui aku tampan.” Mengangguk dengan percaya diri. “Thanks Aluna. Aku tampan dari dulu asal kau tahu.” Menatap Aluna. “Grace dan aku hanya
Ethan meremas pinggang Aluna. “Jika kau rindu denganku yang dulu aku bisa menunjukkannya.” Aluna menggeleng dengan gugup. “Tidak usah. Aku suka kamu yang baik seperti ini.” “Aku hanya takut kau jatuh cinta denganku yang baik seperti ini.” Ethan tersenyum miring. Mengambil ciuman cepat di leher Aluna sebelum kembali duduk tegak seperti tidak terjadi apa-apa. Aluna menghela nafas. “Jika kamu tahu aku tidak memberitahukan perbuatan kalian, kenapa kamu tetap membuliku?” tanyanya. “Karena aku ingin. Aku bosan dan aku butuh hiburan. Itu kenapa aku menjadikanmu bahan bulian." Ethan menatap Aluna dari samping. “Tapi bukankah itu tidak termasuk bulian? Aku hanya menyuruhmu. Aku tidak pernah menyakitimu.” Aluna mengernyit. Mendadak snack yang terlihat lezat untuk dimakan, terasa hambar. Aluna terdiam sebentar. “Pembuli tidak akan merasakan apa yang dirasakan korbannya,” lirihnya. Waktu itu 7 tahun yang lalu. Aluna seperti seenggok sampah. Tidak ada orang yang mau mendekat ataupun be
“Gak perlu.” Tegas Ethan. Mendorong tubuh Bobby sampai terjungkal dan hampir tercebur ke dalam kolam. “Ethan anjingg!!” marah-marah Bobby. Ethan menunduk—menempelkan bibirnya dengan bibir Aluna. Memberikan gadis itu nafas buatan hingga Aluna tersedak dan mengeluarkan air. Aluna menepuk pelan dadanya. Tubuhnya menggigil. Aluna hanya dapat melihat Ethan yang berada di hadapannya. “Drama.” Ethan melepaskan Aluna. Aluna meneteskan air mata. Dirinya hampir mati dan Ethan bilang dirinya drama? Ethan pergi bersama teman-temannya meninggalkan Aluna. Sebelum itu ada laki-laki yang mendekatinya. “Sudah jangan menangis. Minum susumu saja.” Bobby memberikan susu itu pada Aluna. “Ethan yang menyelamatkanmu. Dia sebenarnya tidak terlalu jahat.” Aluna hanya diam saja. Menatap susu yang ditaruh Bobby di depannya. Aluna sesenggukan dengan tangisnya. Tubuhnya menggigil—pada akhirnya dirinya sendirian. Bersama dengan penderitaannya yang sekaan tidak pernah ada habisnya. Ingatan it
“Aku tidak tahu kau asisten Ethan.” Grace mengulurkan tangan. “Aku Grace, tunangan Ethan.” Aluna tidak tahu apapun tentang kehadiran Grace sekarang. Wanita cantik itu sekarang berdiri di hadapannya sambil mengulurkan tangan. Aluna menyambut uluran tangan Grace. “Aluna, Miss.” “Kenapa kemarin kau ada di restoran yang sama dengan Ethan?” pertanyaan Grace yang penuh selidik.Deg!Pikiran Aluna mendadak kosong. “Sa-saya.. ada pekerjaan sebentar miss.”Tak lama Grace mengangguk. “Ethan memang sibuk. Pantas saja dikejar karyawannya.” “Karena kita sering bertemu. Mungkin kita bisa berteman.”Berteman? Bagaimana bisa?! Jerit Aluna dalam hati. Aluna tersenyum canggung. “Tapi saya seperti ini, Miss—” Aluna menggeleng. “Maksud saya, saya hanya pegawai. Saya tidak pantas berteman dengan anda.” Grace mengernyit—tubuhnya maju ke depan. Dengan kedua tangan yang bertopang pada meja. “Aku tidak masalah berteman dengan siapapun.” Grace mundur. “Apa kau tidak ingin berteman denganku?” Grace men
Setelah terjadi kesalahpahaman yang ambigu itu—Grace dan Ethan berada di ruangan. Karena tujuan utama Grace memang itu, menemui Ethan tunangannya! Tapi entah bagaimana malah merumpi dengan Aluna. “Katakan tujuanmu apa?” tanya Ethan duduk di sofa dengan santai. Tanpa mau memandang Grace sedikitpun. “Sebagai perayaan ulang tahunmu, aku ingin jalan-jalan ke pantai. Kita juga harus menginap. Aku sudah menyewa Vila dan memberitahu teman-temanmu. Aku menyuruh mereka datang. Pokoknya kita harus ke sana.” “Apa?” Ethan mengernyit. “Kau melakukannya tanpa sepengetahuanku?” Grace mendongak. “Untuk merayakan ulang tahunmu, Ethan. Selama ini kau tidak pernah merayakan ulang tahunmu dengan benar.” “Sekarang kita harus merayakannya dengan benar.” Ethan menatap tajam Grace. “Siapa yang memberimu ijin untuk melakukannya?” “Siapa yang bilang mau?” tanyanya semakin tajam. “Ta-tapi Ethan, kita harus melakukan banyak hal supaya bisa saling menyukai.” Grace bangkit. Grace mengambil