Bab 54. Berjuang. Evellyn membalikkan tubuh, merangkak di atas tubuh suaminya, menggoda dengan kata-Kata manis, berusaha menghilangkan bayangan entah wanita mana yang bersemayam di kepala lelakinya saat ini. "Tadi udah ngopinya? " tanya Evellyn dengan suara lembut. Arkan terperanjat dia pikir istrinya tertidur. Dengan cepat dia menganggukkan kepala, menjawab pertanyaan wanita di atasnya. Tangan Evellyn mengelus rahang yang ditumbuhi bulu-bulu tipis, setelah itu menuju ke dada bidang, lalu membuka beberapa kancing kaos polo yang dikenakan lelaki di bawahnya dengan perlahan. Jari-jari lentiknya membuka kaos yang melekat di tubuh suaminya, di paksakan bibirnya mengulas senyum, dia redam gejolak cemburu yang menguasai jiwa. Setelah kaos polo berwarna putih itu teronggok, di condongkannya wajah cantiknya menghidu aroma tubuh suaminya. Arkan menggeliat mendapatkan rangsangan dari Evellyn. Tangannya masih dia taruh dibelakang kepalanya, wajahnya sayu menikmati setiap belaian dan cu
Bab 55 . Tanda-tanda."Hallo. Waalaikumsalam.""Alhamdulillah, Baik." "Aku lagi nyantai, lagi nonton tivi bareng pacar." "Nanti juga bakalan ada ko jodohnya, gadis cantik kaya kamu banyak yang antri, kamu nya aja yang milih." Evellyn terus berbincang dengan lawan bicaranya lewat sambungan telpon. "Tau, laahhh....""Ko kamu tau suami aku ganteng. He he he... Kan belum pernah liat?" tangan Evellyn mengelus-elus janggut suaminya yang sedang berbaring di sebelahnya. "Ha ha haaa... Bisa aja kamu." Masih menggenggam ponsel juga berbaring di sebelah suaminya Evellyn terus berbincang, sesekali dia cekikikan."Eve... Buatkan jus." Arkan mencoba memotong pembicaraan istrinya, Arkan berasa jadi obat nyamuk."Sebentar sayang." Evellyn sedikit menjauhkan ponselnya agar suaranya tak terdengar lawan bicaranya.
Siapa?"Sayang aku gak enak badan, aku gak bisa bantu kamu siap-siap," ucap Evellyn masih bergulung di tempat tidur, matanya sayu terlihat jika kurang tidur. Arkan duduk dipinggiran tempat yang menjadi peraduan mereka. Menyentuh kening istrinya."Mau ke dokter? Aku anter, ya!" tanya suami Evellyn. Hanya gelengan yang Evellyn berikan. "Istirahat aja, nanti juga sembuh, cuma sakit kepala doang," ucap Evellyn menaikkan selimut kebatas lehernya. Arkan yang sudah rapih hanya mengangguk, dia menuju kotak penyimpanan obat, meraih minyak angin dan mengoleskan pada kepala kening Evellyn. " Ya sudah, kalo ada apa-apa telpon ya, Dina standby di bawah.""Bi Ningsih sudah datang minta dimasakin yang kamu ingin," ucap Arkan lagi, setelah mendapat jawaban wanitanya ia bergegas pergi. Matahari terus merangkak mengikuti rotasi. Evellyn merenung di balkon panda
Bab 57. Kecurigaan. Evellyn kaget mendapati suaminya sudah duduk di depan televisi sedang menonton acara kesukaannya. Si sponge kuning. "Sayang, kok udah di rumah. Tadi katanya pulang telat," tanya Evellyn merasa bersalah dia menaruh beberapa paper bag doli atas kursi."Sini." Arkan menepuk tempat kosong disebelahnya. "Aku mandi dulu aja deh ya sayang. Bau ini, lelah banget," tanpa menunggu jawaban Arkan wanita berkulit bersih itu tergesa menuju kamar dan membersihkan diri. Setelah bersih dan segar dia menghampiri suaminya yang sudah duduk di pinggir ranjang. "Sini." Arkan merentangkan tangannya, menanti kedatangan Evellyn. Evellyn mendekat dan duduk di pangkuan suaminya. "Ko keramas. Di keringakan dulu sini, " lelaki maskulin itu membangunkan istrinya dari pangkuannya lalu dia mengambil hairdrayer.Evellyn m
ab 51 Bertemu. Dalam beberapa detik Netra mereka saling mengunci tanpa kata. Hingga sebuah suara membuyarkan keterpaduan mereka atas pertemuan yang tiba-tiba.Tok, tok, tok... Suara pintu terdengar diketuk mengembalikan pikiran Azalea si gadis blasteran. Azzalea bergegas menuju pintu dan membukanya "Ada apa ribut-ribut." tanyanya. "Ada penyusup, kamu baik-baik saja? " tanya si pengetuk pintu suaranya berat."Iya aku baik-baik saja," jawab Azalea, dan dengan cepat menutup pintu kembali lalu melangkahkan kaki mencari-cari keberadaan lelaki yang menyusup ke dalam kamarnya.Tirai bergoyang diterpa angin tanda pintu menuju balkon terbuka. Diarahkan kaki menuju pembatas balkon, terlihat seorang lelaki berlari lalu berusaha menaiki pagar pembatas dengan tangkas. Dibelakangnya beberapa orang berlari mengejar, suara anjing menyalak dengan keras. Manik hazel terus
Bab 52. Menceritakan Kegelisahan. Hhuuffft... Martha pun menarik nafas dalam dan menghembuskan perlahan. " Beginilah, kita sebagai istri dari seorang pengusaha sukses harus kuat menghadapi semua ini. Selalu hal ini yang menjadi ujian kita.Martha banyak memberikan wejangan dan masukan. wanita yang juga memiliki suami seorang pengusaha itu sudah banyak makan asam garam atas risiko memiliki seorang suami pengusaha sukses.Sesekali Evellyn menyeka air mata yang tak dapat dibendungnya. " Satu yang harus kamu lakukan saat ini agar tak sakit. " Martha menatap Evellyn. "Bebaskan suami mu, anggap dia bukan suami mu saat dia berada di luar rumah." Evellyn menatap dalam manik mata wanita paruh baya di depannya. Untuk saat ini Dia hanya bisa mengangguk. ***"Bos sekarang perentasi dengan perusahaan Cahaya gemilang, mereka sudah menunggu!! Dan Kau tau siapa yang datang?
Bab 60. Patah Hati. Seorang gadis memacu kudanya dengan cepat, beberapa kali pecut mengenai pantat kuda berwarna hitam yang terlihat begitu gagah, membuat binatang itu terus berlari kencang. Anak-anak panah melesat tepat mengenai sasaran. Giginya bergemelutuk saat mengingat angkuhnya lelaki tampan di hadapannya kemarin. Lelaki tampan dengan aura memikat, memiliki tubuh tinggi atletis. Sang ayah begitu sempurna memberikan arahan pada nya agar si lelaki dapat dengan mudah di dapat, tapi nyatanya si lelaki bermata elang itu begitu setia terhadap pasangannya. Entah apa kelebihan wanita yang mendampinginya, selama ini ia dekati wanita itu tapi tak ada yang special di dalam dirinya. Namun, mengapa lelaki ini begitu setia dan mendamba pada kekasihnya. Bahkan sudah satu tahun lebih menikah wanita ini tak kunjung memberinya keturunan tetap si lelaki memuja istrinya. Kuda dalam kendali Az
61. Tanda-tanda.Langkah kaki perlahan mendekati sesosok tubuh yang sedang mencari-cari sesuatu di dalam ruang kartor Arkan. "Sudah dapat yang dicari? " sebersit suara mengagetkan pemilik tubuh. Terlihat jelas wajahnya mendadak berubah pasi. Netranya menatap tak percaya. Bukankah mereka sudah berangkat lima belas menit yang lalu?, pikir Amira. Langkah kaki si lelaki, mendekati gadis yang dengan perlahan berusaha melangkah mundur. Namun, langkahnya terbentur tembok pembatas, membuatnya terpojok. Bola mata si lelaki menatap tajam netra di hadapannya. Dia raih dagu wanita dihadapannya. Kepalannya di condongkan mendekati wajah si sekretaris. " Sampaikan pada Dad, dia tak akan bisa mengobrak-abrik kerajaan bisnis Tuan Arkan."Netra gadis dihadapan Ervan berkedip khawatir. Ringisan tampak jelas di bibirnya. "Cepat angkat kaki dari sini. " perintah Ervan tegas.