Bab 57. Kecurigaan.
Evellyn kaget mendapati suaminya sudah duduk di depan televisi sedang menonton acara kesukaannya. Si sponge kuning."Sayang, kok udah di rumah. Tadi katanya pulang telat," tanya Evellyn merasa bersalah dia menaruh beberapa paper bag doli atas kursi."Sini." Arkan menepuk tempat kosong disebelahnya."Aku mandi dulu aja deh ya sayang. Bau ini, lelah banget," tanpa menunggu jawaban Arkan wanita berkulit bersih itu tergesa menuju kamar dan membersihkan diri.Setelah bersih dan segar dia menghampiri suaminya yang sudah duduk di pinggir ranjang."Sini." Arkan merentangkan tangannya, menanti kedatangan Evellyn.Evellyn mendekat dan duduk di pangkuan suaminya."Ko keramas. Di keringakan dulu sini, " lelaki maskulin itu membangunkan istrinya dari pangkuannya lalu dia mengambil hairdrayer.Evellyn mab 51 Bertemu. Dalam beberapa detik Netra mereka saling mengunci tanpa kata. Hingga sebuah suara membuyarkan keterpaduan mereka atas pertemuan yang tiba-tiba.Tok, tok, tok... Suara pintu terdengar diketuk mengembalikan pikiran Azalea si gadis blasteran. Azzalea bergegas menuju pintu dan membukanya "Ada apa ribut-ribut." tanyanya. "Ada penyusup, kamu baik-baik saja? " tanya si pengetuk pintu suaranya berat."Iya aku baik-baik saja," jawab Azalea, dan dengan cepat menutup pintu kembali lalu melangkahkan kaki mencari-cari keberadaan lelaki yang menyusup ke dalam kamarnya.Tirai bergoyang diterpa angin tanda pintu menuju balkon terbuka. Diarahkan kaki menuju pembatas balkon, terlihat seorang lelaki berlari lalu berusaha menaiki pagar pembatas dengan tangkas. Dibelakangnya beberapa orang berlari mengejar, suara anjing menyalak dengan keras. Manik hazel terus
Bab 52. Menceritakan Kegelisahan. Hhuuffft... Martha pun menarik nafas dalam dan menghembuskan perlahan. " Beginilah, kita sebagai istri dari seorang pengusaha sukses harus kuat menghadapi semua ini. Selalu hal ini yang menjadi ujian kita.Martha banyak memberikan wejangan dan masukan. wanita yang juga memiliki suami seorang pengusaha itu sudah banyak makan asam garam atas risiko memiliki seorang suami pengusaha sukses.Sesekali Evellyn menyeka air mata yang tak dapat dibendungnya. " Satu yang harus kamu lakukan saat ini agar tak sakit. " Martha menatap Evellyn. "Bebaskan suami mu, anggap dia bukan suami mu saat dia berada di luar rumah." Evellyn menatap dalam manik mata wanita paruh baya di depannya. Untuk saat ini Dia hanya bisa mengangguk. ***"Bos sekarang perentasi dengan perusahaan Cahaya gemilang, mereka sudah menunggu!! Dan Kau tau siapa yang datang?
Bab 60. Patah Hati. Seorang gadis memacu kudanya dengan cepat, beberapa kali pecut mengenai pantat kuda berwarna hitam yang terlihat begitu gagah, membuat binatang itu terus berlari kencang. Anak-anak panah melesat tepat mengenai sasaran. Giginya bergemelutuk saat mengingat angkuhnya lelaki tampan di hadapannya kemarin. Lelaki tampan dengan aura memikat, memiliki tubuh tinggi atletis. Sang ayah begitu sempurna memberikan arahan pada nya agar si lelaki dapat dengan mudah di dapat, tapi nyatanya si lelaki bermata elang itu begitu setia terhadap pasangannya. Entah apa kelebihan wanita yang mendampinginya, selama ini ia dekati wanita itu tapi tak ada yang special di dalam dirinya. Namun, mengapa lelaki ini begitu setia dan mendamba pada kekasihnya. Bahkan sudah satu tahun lebih menikah wanita ini tak kunjung memberinya keturunan tetap si lelaki memuja istrinya. Kuda dalam kendali Az
61. Tanda-tanda.Langkah kaki perlahan mendekati sesosok tubuh yang sedang mencari-cari sesuatu di dalam ruang kartor Arkan. "Sudah dapat yang dicari? " sebersit suara mengagetkan pemilik tubuh. Terlihat jelas wajahnya mendadak berubah pasi. Netranya menatap tak percaya. Bukankah mereka sudah berangkat lima belas menit yang lalu?, pikir Amira. Langkah kaki si lelaki, mendekati gadis yang dengan perlahan berusaha melangkah mundur. Namun, langkahnya terbentur tembok pembatas, membuatnya terpojok. Bola mata si lelaki menatap tajam netra di hadapannya. Dia raih dagu wanita dihadapannya. Kepalannya di condongkan mendekati wajah si sekretaris. " Sampaikan pada Dad, dia tak akan bisa mengobrak-abrik kerajaan bisnis Tuan Arkan."Netra gadis dihadapan Ervan berkedip khawatir. Ringisan tampak jelas di bibirnya. "Cepat angkat kaki dari sini. " perintah Ervan tegas.
Bab 55. Marah. Dad menggebrak meja terlihat jelas kemarahan di wajahnya. " Dia memang tangguh. Tapi Dad tak mungkin kalah oleh anak kemarin sore," ucapnya nyalang. "Dan aku heran, putriku dan istrinya masih cantik anakku, pandai, smart, brengsek sekali dia menolak putriku." sekali lagi Dad menggebrak meja di hadapannya. "Dan kau bodoh sekali tak bisa menembus proyek-proyek mereka, bahkan semua orang-orang kita sudah tak ada satu pun di dalam kantor mereka." Dad menunjuk Ivander dengan ekspresi marah. Ivander hanya menunduk mendapati Bosnya marah besar. " kalau kau tak bisa menyelesaikan urusan di sini sebaiknya kau pulang ke Negri asalmu." Dad masih berteriak. Baru kali ini Dad dipermalukan sedemikian rupa oleh seorang anak muda. Awalnya ia yakin sekali jika Arkan akan tertarik dengan penawarannya. Dan siapa tak ingin kekuasaan yang dimiliki Dad. Bahkan penguasa Negri dapat dia taklukkan,
Bab 56. Dad mencari sejuta cara untuk menghancurkan Arkan. Di ruangan rahasia seorang lelaki tua sedang berdiskusi secara serius dengan asistennya. "Oke, semua yang sudah kita rencanakan gagal. Tak masalah karna ada plane B. Untuk plane B tak boleh gagal, karna jika gagal...." Dad menghentikan ucapannya tangannya mengetuk-ngetuk meja. Ivander menatap bosnya dengan seksama menanti kelanjutan ucapan dari lelaki tua di hadapannya. Dad mengambil cerutu dan menyalakannya. Perlahan dia hisap cerutu mahal itu. "Kalau sampai gagal aku akan mengaku kalah dan meninggalkan Negri ini, aku akan membawa keluargaku untuk tinggal di Negriku." Dad berkata mantap. Ivander membelalakan mata seolah tak percaya dengan ucapan lelaki di hadapannya. "Lalu semua perusahaan mu?" tanya Ivander. "Kita pikirkan nanti untuk masalah ini, " jawab Dad penuh penekanan.
Bab 64. Masih morning sicknees.Siang merambat, terik bersinar menyiram bumi memberikan hawa panas menyengat. Rumah megah dengan arsitektur belanda bernuansa putih terasa sepi. Tok. Tok. Tok.... Pintu di ketuk dari luar. " Eve... Ini Ibu!! kamu tidur? " tanya ibu mertua Evellyn masih berada di luar pintu. Wanita di dalam kamar perlahan membuka pintu "Nggak bu, " jawabnya lesu. "Eh ada Mbak Maura, " Evellyn berkata lirih melihat Maura juga berada di depan pintu. "Tadi ibu panggil Maura, habis kamu keliatan gak bergairah," ucap Amelia tersenyum lembut. Mendengar mertuanya perhatian Evellyn tersenyum senang. " Yuk masuk. " Setelah Evellyn berbaring di ranjang Maura melakukan pemeriksaan. "Semua bagus kok. Tante gak usah khawatir, di awal kehamilan memang seperti ini, bahkan ada yang lebih parah har
Bab 65 Aneh. Lagi dan lagi wanita berhidung Bangir ini memuntahkan semua isi perutnya. Setelah selesai, Amelia memapah menantunya menuju sofa. " Ya Allah Eve... Kenapa sampe begini. Ini minum dulu obat penghilang mual yang tadi di resep Maura. " Amelia memberikan obat berukuran kecil berwarna putih pada Evellyn. Dengan cepat wanita yang sedang dilanda masa nyidam itu meminum obat berwarna putih pemberian Amelia."Bik buatkan susu hangat biar badannya gak dingin begini." ucap Amelia pada Bik Sum yang sedang melintas. Beberapa saat kemudian wanita tua itu datang dengan segelas susu."Nak, minum dulu susu hangatnya," Evellyn menggeleng, sungguh saat ini perutnya bergejolak. Namun, Amelia memaksa yang pada akhirnya dengan terpaksa Evellyn meminum susu tersebut. Lalu kejadian serupa terulang lagi Evellyn berlari ke dalam kamar mandi dan memuntahkan susu tadi. Melihat kejad
"Mas gimana keadaan Ervan?" tanya Evellyn. "Baik, sudah lebih baik," "Udah aktif ngantor lagi?" tanya Evellyn penasaran. "Ngapain nanyain Ervan?" tanya Arkan penuh intimidasi. "Aku cuma nanya, Mas. Masa nanya doang nggak boleh?" jawab Evellyn cuek, dia mengalihkan pandangan karna tatapan Arkan yang seperti menguliti. "Begitu aja kesel," ujar Evellyn masih membuang muka. Arkan duduk di sebelah Evellyn. "Nanyain aku aja," ucap Arkan lembut, di dekat telinga Evellyn membuat bulu kuduknya berdiri. "Iisshhh ... Kamu tiap hari liat, perlu di tanyain apa lagi?" jawab Evellyn kesal. "Tiap aku pulang kaya sekarang tanya begini. Mas mau enak-enak nggak? gitu ...." "Iisshhh ... Kamu nggak usah di tanyain pasti minta." jawab Evellyn.
Ervan mengendarai mobil dengan perasaan gelisah, bukan 'kah tadi Aryanti sudah lebih baik, dia meninggalkan Aryanti dalam keadaan baik? Lalu kenapa Dokter mengabarkan Aryanti dalam keadaan kritis. Ervan berlari menuju ruang oprasi, sudah ada seorang perawat yang menunggunya di sana. Ervan menanda tangani berkas dengan cepat, bertanya kenapa bisa Aryanti kembali kritis, tetapi perawat enggan menjawab. "Nanti Dokter penanggung jawab yang akan menjelaskan, Pak,"jawab perawat, gegas masuk ke dalam ruang operasi. Operasi kali ini terbilang lama, setelah Beberapa jam, seorang dokter menghampiri Ervan. "Pak Ervan." Lelaki tampan yang terlihat begitu murung ini mendongak. Bangun dari duduk. Menatap Dokter Eliza. "Alhamdulillah, pasien sudah mendapatkan pertolongan, tetapi kondisinya begitu kritis, semua sudah kami upayakan yang terbaik. Hanya doa kini yang dapat kita lakukan." "Dok, bagaimana bisa kritis kem
"Sebentar lagi kamu bisa pulang, aku nggak akan melakukan yang melanggar undang-undang, Ar." Ervan berkata yakin. Ervan menaruh bekas makan di dekat pintu. "Marni sebentar lagi datang, aku sudah lama nggak ke kantor, aku ke kantor dulu, nggak apa 'kan?" tanya Ervan. "Iya, nggak apa, untung bos baik, boleh kamu cuti," Aryanti tersenyum kecil. "Itulah enaknya," Ervan terkekeh. "Mas cium aku," Aryanti merentangkan tangan, Ervan pun menyambut rentangan tangan wanitanya. Ervan mengecupj wajah Aryanti, tetapi saat Ervan akan melumat bibir Aryanti melengos, aku belum gosok gigi," ucapnya malu. Ervan menahan kepala Aryanti mengecup bibir yang terlihat pucat dan melumat lembut, kehangatan bibir Ervan membuat jantung Aryanti berdetak lebih keras. Kedatangan Marni menghentikan aktifitas mereka. "Maaf, Mbak." Marni kembali
"Sabar ya, Mas semua pasti ada hikmahnya, pasti ada kebaikan di balik semua ini," ucap Evelly saat menjenguk Aryanti. Ervan meyugar rambut kasar, sorot matanya penuh dengan dendam melihat istrinya terbaring, "Kebaikan apa yang di dapat dari kejadian ini?" di dalam hati Ervan terus bertanya. Apalagi setelah mendengar keterangan dokter mungkin telah terjadi tindak pelecahan terhadap Aryanti, karna ada luka lebam di pipi juga bekas ikatan di tangan. Dan ditemukannya sperma saat pertama kali Aryanti di bawa ke Rs. Ervan membekap mulutnya dengan bantal dia barteriak sekencang dia ingin luapkan. "Masss," suara Aryanti menghentikan kegiatan Ervan, lelaki itu menengok pada wanita yang terbaring di ranjang. Ervan melangkah mendekati Aryanti, "Kamu udah bangun Ar?" "Aku di mana? Mas?" tanya Aryanti lemah. "Kamu di Rs. Aku panggil dokter dulu," ucap Ervan, dia membuka pintu memanggil
Ivander mengambil kue bekas gigitan Azalea, lalu memakannya, netra biru itu membola, "Carla benar ini buatanmu?" tanya Ivan tak percaya. "Iya, kalau gak enak, besok aku cari resep yang baru, aku pikir ini sudah enak, teman-teman bilang ini benar-benar enak," Carla berkata pelan. "Tapi ini memang benar-benar enak Carla." Ivan berkata sambil mengambil satu potong lagi. "Bang buruan ngomongnya. Aku udah gak betah," Azalea merajuk manja, melirik pada Carla. Carla memang wanita penghibur, siapapun lelaki yang masuk areanya pasti akan tergoda, tetapi anti baginya menggoda lelaki beristri yang jelas-jelas tak menginginkannya. "Sebentar, sayang," ujad Ivan menggenggam tangan Lea. "Carla semua akan aku atur, mungin tiga hari lagi kamu sudah bisa keluar dari sana," Ivan meyakinkan wanita begincu merah ini. "Tapi, untuk keluarkan aku dari sana, Mr pasti keluar uang banyak, aku harus g
"Bahasa dari mana itu?" tanya Ivan menyungingkan senyum. "Dia bilang sendiri, seneng ya dikejar-kejar jablay kesayangan, bahkan Abang selalu pakai dia." suara Azalea menggebu. "Lea gak usah bahas yang lalu, itu masa kelam abang, malu abang kalo ingat masa itu." Ivan menangkup wajah Azalea. Perlahan melumat bibir yang sedang merajuk. Ivan melakukan perlahan, lembut, lalu menyesap intens. Azlaea mencoba mendorong, berusaha melepas tautan bibirnya, tatapi tangan Ivan kuat memegangi kepala wanita blasteran ini. Masih tak ada respon dari wanitanya, Ivan melepas pagutannya, menatap netra kebiruan Azalea. Kembali mendekatkan bibirnya mengecup lembut lalu menyesap peralahan menjadi lumatan bergairah. Sesekali bibir Azalea merespon menyesap bibir lelaki dihadapan, tetapi egonya lebih besar. Ivander kembali melepas pagutan, "Kenyangin perut bawah dulu aja ya!" Netra biru Ivander mengerling, lelaki ini bangun membuka sabuk tanpa membuka kemeja. Azalea mendegkus kesal, "Masukin kedala
Azalea terbelalalak mendengar penuturan Carla. "Utang apa?" Azalea mengajak Carla masuk ke dalam ruangan Ivander bekerja. Carla menjelaskan semua janji Ivan, selama ini dia menunggu. Tetapi yang di tunggu tak kunjung datang. "Jangan marah pada Mr Ivan, kami hanya partner ranjang, dia tak memiliki perasaan apapun padaku." Bola mata Azalea terbelalak, Carla berkata begitu nyaman, bahwa dia hanya partner ranjang. Tak memikirkan perasaan Azalea kah pelacur satu ini pikir Azalea. "Oke, nanti akan saya sampaikan pada partner ranjang Anda, bahwa Anda mencari Mr Ivan. Sebaiknya Anda pergi sekarang dari ruangan ini!" suara Azalea di tekan, berusaha meredam emosi. "Maaf, tapi itu dulu, sudah lama dia tak menjumpaiku. Maaf 'kan aku jika salah ucap." Carla merasa tak enak dengan reaksi Azalea. "It's oke," ujar Azale, " silahkan pintu ada disebelah sana." Tangan Azalea menjulur menunjuk arah pintu. "Mba, jangan marah, selama ini saya pikir Mr Ivan menyukai saya, karna dia hanya mengg
"Lalu?" "Bos Nathan mau melamar aku, kalo aku gak mau ngawal kakak." Dina berkata pelan. "Emang Nathan belum punya istri?" tanya Evellyn. "Belum kak, tapi dia pria flamboyan," ujar Dina. "Ya siapa tau, kamu perempuan terakhirnya, buktinya dia mau nikahin kamu," ujar Evellyn. "Aku belum yakin kak," ujar Dina lagi. Mereka berbincang selama perjalanan, Evellyn memang tipe orang yang tidak memandang status, asal enak di ajak bicara maka dia akan terus mengorek berita, hitung-hitung olah raga mulut, dari pada bergaul dengan teman-teman istri dari kolega suaminya yang dibicarakan hanya jabatan, kekayaan hingga arisan yang diluar nalar Evellyn. Evellyn terperangah kaget, ketika berkumpul dan mereka melakukan arisan berondog, padahal suami-suami mereka tak kalah tampan dan berwibawa, kenapa mau dengan lelaki yang hanya tampang dan juga entah apa yang di mau para wanita itu. "Din, kita mampir ke superma
Bima masih terus bermain pada tubuh Aryanti, dan berkali-kali pula Aryanti mendapatkan kenikmatan luar biasa. Ingin rasanya mengumpat, tetapi itu terjadi pada tubuhnya. Bima menyeringai penuh kemenangan. Hingga dia menuntaskan hasrat terkutuknya. Bima mengejang panjang. "Ar, rasamu tak pernah berubah, tak salah aku merindukanmu." Bima mengecup pucak kepala Aryanti, masih berada di atas tubuh tergolek tak berdaya. Lelaki ini bangun lalu mengambil pakaian yang tercecer dan memakainya lagi. Melepas sabuk yang mengikat tangan lalu melepas ikatan di mulut Aryanti. Wanita ini tergugu mengerat selimut, kepalanya berputar. "Jangan menagis Ar, tak ada yang tau selain kita berdua, asalkan kamu selalu siap saat aku mau, kamu akan aman." Bima mengecup pundak Aryanti, berbisik ditelinga mengancam."Maksu kamu?" Aryanti menatap Bima sendu matanya bengkak. Bima menunjukkan vidio panas yang barusan dia rekam, ini akan aku edit, seoalah-olah kita melakukan atas dasar suka sama-sama suka." Bima ber