Bab 36. Bingung kan?Ervan si lelaki metropolis tersenyum melihat ponselnya. Dua wanita kini dalam genggamannya. Dan dia mencintai kedua wanita ini, mereka saling melengkapi, Ervan yakin jika memiliki mereka berdua hidupnya akan sempurna. Dia berpikir dia tidak selingkuh, dan dia ingin menikahi kedua wanita ini. Toh Ervan pun belum pernah menyentuh kedua wanita ini, Ia ingin menghalalkan kedua nya. Sekarang yang jadi problemnya adalah bagaimana dia akan menyampaikan pada kedua wanita ini. Dan siapa dulu yang akan dia nikahi, mau kah kedua wanita ini dinikahi berbarengan. Dan Ervan sangat yakin kedua wanita ini mau berbagi suami, karna beberapa kali mereka pergi bertiga, sepertinya Indah dan Lirna klop, mereka tertawa dan bercanda saat pergi bertiga. Secara finansial Ervan sudah memikirkan dengan matang, dia membuka beberapa usaha, agar kedua wanitanya bisa terjamin secara finansial, hati pun, Ervan berfikir dia mampu berbuat adil
Bab 37. Jalan-Jalan Ala Rakyat Jelata. Wanita itu mahluk yang paling absurd, pikir Arkan, bahkan yang menurut Arkan bukan masalah akan menajadi masalah untuk Evellyn. dan Ervan menginginkan dua wanita sekaligus. Oh my good... Arkan meraup mukanya, entah apa yang akan terjadi pada sahabatnya nanti, saat keduanya merajuk, Arkan nyengir-nyengir sendiri membayangkan wajah Ervan yang kusut tak bergairah. Oh, no. Jika Ervan seperti itu, siapa yang akan dia andalkan. Arkan mengacak rambutnya frutasi. Dan dia segera tersadar." kenapa Ervan yang mau punya istri dua dia yang pusing," pikir lelaki tampan itu menyadari kebodohannya yang mengurusi urusan orang lain. Sore ini Arkan kembali berada di ruangan yang pernah dia datangi, berbincang bersama seorang wanita cantik berparas ayu, yang memiliki tutur kata lembut. Bahkan si Dokter ayu ini rela mengcancel beberapa janji dengan beberapa pasien begitu Ervan membuat janji dengannya. Arka
Bab 38. Pilih salah satu. Ervan terdiam di parkiran mobil, dari kedua wanita ini siapa dulu yang akan Ia jemput. Kalau dari jarak, lebih dekat rumah Lirna dengan cafe. Namun, dia tak ingin dijemput belakangan."Gak apa aku kerumah Indah dulu, pokoknya aku gak mau di jemput belakangan," Ketus Lirna tadi melalui sambungan telpon. Pun demikian dengan Indah dia tak Ingin di jemput belakangan. " Aku gak mau tau, Pokoknya aku gak mau dijemput belakangan," terdengar nada kesal ditelinga Ervan. Ervan duduk di depan setir dan mengambil gawainya, jari-jarinya lincah mengetikkan sesuatu pada gawai digenggamannya. Setelah selesai dia melajukan mobil, bibirnya terlihat tertarik kebelakang, senyum muncul pada bibirnya. "Ervan Attarazka, tak ada masalah yang tak dapat aku selesaikan," gumamnya bangga.Ervan sampai lebih dulu di tempatnya ingin membawa kedua gadisnya. Lelaki itu sudah menunggu di depan restoran. Ervan mengenakan ja
Bab 39. Kamu pasti bisa. Arkan memindik masuk ke dalam rumah, rupanya Evellyn sedang memasak, tumben belum selesai pikir Arkan. Lelaki tampan itu masih berjalan mendekati wanitanya dengan memindik, terlihat Evellyn mematikan kompor dan mencuci tangannya. Rambutnya diikat cepol, lehernya terekspos indah. Dengan perlahan Arkan melingkarkan tangan nya pada perut ramping istrinya dari belakang dan berkata, " Masak apa, Evee...."Dengan gerakan sigap Evellyn menyikut perut Arkan, gerakan yang beberapa kali Dina ajrkan untuk melindungi diri. Aduuhhh... Lelaki maskulin itu memgerang sedikit memundurkan tubuhnya. Namun, tak jua mengendorkan pelukan."Iiihhhh... Kebiasaan, ngagetin," ucap Evellyn kesal membalikkan badannya dan memukuli Arkan yang pasrah menerima pukulan juga cubitan yang dilayangkan Evellyn. "Seneng ya, kalo aku jantungan, biar bisa cari lagi yang lebih cant-." Evellyn tak dapat melanjutkan ucapannya karna Arkan tak m
Bab 40 Berakhir atau lanjut. "Sayang, aku cuma bercanda, ampuuun, udah adzan nanti kesiangan," Evellyn memberontak menggeleng-gelengkan wajah saat Arkan mencoba menciuminya. Arkan bangun dan membopong istrinya menuju kamar mandi, kebiasaannya sebelum solat selalu mandi pagi.Evellyn meraba bekas luka di bagian perut suaminya ketika menggosok tubuh Arkan."Sayang, kamu terluka." Evellyn mengelus luka tersebut. "Tak apa nanti juga sembuh," ujar Arkan. "Maaf ya, sayang," ucap Evellyn lagi.Setelah selesai melakukan ibadah kepada Tuhannya. Arkan naik lagi keatas tempat tidur." ko tidur lagi? Emang libur? "Sini."Arkan menjentikkan jarinya menyuruh Istrinya mendekat. "Aku mau bikin kopi." Seperti biasa lelaki itu tak ingin di bantah. Arkan diam, memandang istrinya yang sedang melipat mukena.Evellyn seoalah abai pada tatapan suaminya dia berlalu ke arah pintu tetapi dengan sigap Arkan lonc
Bab 41. kejutan jadi petaka.Wanita itu masuk dan duduk di pangkuan suaminya, netranya melirik sesuatu di kolong meja suaminya. "Makan, yuk," ajak Evellyn. Dengan cepat Arkan mengangguk dan pergi keluar kantor. "Sayang tadi ada tamu siapa? " tanya Evellyn saat memasuki lift. "Biasa kolega," jawab Arkan sedikit menekan intonasi bicara agar tak terdeteksi berbohong. Dia mengambil telpon selularnya mengirimkan pesan pada Indah untuk membuang hadiah yang tadi di berikan Allena. "Eve. Kau mau makan apa? " tanya Arkan saat mereka memasuki mobil. "Apa saja," jawab Evellyn acuh. "Makanan jepang mau? " tanya Arkan lagi memastikan sebelum mobil keluar dari area parkir. "Hari ini aku sedang tak ingin makan itu," ucap Evellyn memperhatikan kuku tangannya."Lalu, mau apa? " tanya Arkan lagi, masih mode sabar. "Kan aku bilang apa aja, sayang." Evellyn merangkul suaminya dan menyandarkan kepala di dad
Bab 42. Sama-sama Marah. Evellyn terjingkat mendengar suara Arkan yang menggelegar, baru kali ini dia melihat dan mendengar Arkan marah dengan mengeluarkan suara keras. Wanita berhidung bangir itu memundurkan langkah ketika suaminya melangkah maju mendekatinya dengan tatapan marah. Dengan keras Arkan menarik istrinya ke dalam kamar mandi dan menghapus seluruh make up diwajah istrinya. Bahkan dia tak menghiraukan rintihan istrinya yang mengatakan dia menyakitinya. Hanya tangisan Evellyn yang terdengar, Namun hati lelaki itu seperti mengeras. Tak ada belas kasih. Setelah selesai menghapus riasan wanitanya lelaki tampan yang terlihat begitu marah itu mengganti pakaian istrinya. Arkan pun keluar dari kamar membawa bantal dan selimut setelah memberingkan Evellyn dan menyelimutinya, dia tak habis pikir apa yang ada dipikiran istrinya.Evellyn menangis sepanjang malam, mereka melewati malam dengan perut kosong dan tidur t
Bab 43 Ngedate. "Kayanya kalau rencana kita dijalankan aku harus risaign dari kantor, gak mau aku liat Pak Ervan terus, nanti bukannya dia yang galau jadi aku yang galau, " ucap Indah lesu.Tempat Indah kerja sekarang merupakan perusahaan bonafid, sulit sekali bisa berada di sini, jika Indah memutuskan risain akan kerja di mana? mana ada perusahaan yang menerimanya tanpa alasan, dan tanpa surat keterangan bekerja dengan baik diperusahaan ini, pikir Indah. "Ya sudah kita pikirkan matang-matang dulu," ucap Lirna sebelum memutuskan sambungan telpon. Setelah menyantap makan siang yang disiap kan Indah tadi Evellyn berkemas pulang, sebelum ia pulang Arkan memanggil Indah dan memberi ultimatum jika Allena datang katakan ia tak ingin Allena muncul lagi dihadapan Arkan. Lelaki itu pun menelpon security front office agar tak memperbolehkan Allena masuk ke dalam gedung, dan juga dia menelfon Ervan untuk memberikan peringatan
"Mas gimana keadaan Ervan?" tanya Evellyn. "Baik, sudah lebih baik," "Udah aktif ngantor lagi?" tanya Evellyn penasaran. "Ngapain nanyain Ervan?" tanya Arkan penuh intimidasi. "Aku cuma nanya, Mas. Masa nanya doang nggak boleh?" jawab Evellyn cuek, dia mengalihkan pandangan karna tatapan Arkan yang seperti menguliti. "Begitu aja kesel," ujar Evellyn masih membuang muka. Arkan duduk di sebelah Evellyn. "Nanyain aku aja," ucap Arkan lembut, di dekat telinga Evellyn membuat bulu kuduknya berdiri. "Iisshhh ... Kamu tiap hari liat, perlu di tanyain apa lagi?" jawab Evellyn kesal. "Tiap aku pulang kaya sekarang tanya begini. Mas mau enak-enak nggak? gitu ...." "Iisshhh ... Kamu nggak usah di tanyain pasti minta." jawab Evellyn.
Ervan mengendarai mobil dengan perasaan gelisah, bukan 'kah tadi Aryanti sudah lebih baik, dia meninggalkan Aryanti dalam keadaan baik? Lalu kenapa Dokter mengabarkan Aryanti dalam keadaan kritis. Ervan berlari menuju ruang oprasi, sudah ada seorang perawat yang menunggunya di sana. Ervan menanda tangani berkas dengan cepat, bertanya kenapa bisa Aryanti kembali kritis, tetapi perawat enggan menjawab. "Nanti Dokter penanggung jawab yang akan menjelaskan, Pak,"jawab perawat, gegas masuk ke dalam ruang operasi. Operasi kali ini terbilang lama, setelah Beberapa jam, seorang dokter menghampiri Ervan. "Pak Ervan." Lelaki tampan yang terlihat begitu murung ini mendongak. Bangun dari duduk. Menatap Dokter Eliza. "Alhamdulillah, pasien sudah mendapatkan pertolongan, tetapi kondisinya begitu kritis, semua sudah kami upayakan yang terbaik. Hanya doa kini yang dapat kita lakukan." "Dok, bagaimana bisa kritis kem
"Sebentar lagi kamu bisa pulang, aku nggak akan melakukan yang melanggar undang-undang, Ar." Ervan berkata yakin. Ervan menaruh bekas makan di dekat pintu. "Marni sebentar lagi datang, aku sudah lama nggak ke kantor, aku ke kantor dulu, nggak apa 'kan?" tanya Ervan. "Iya, nggak apa, untung bos baik, boleh kamu cuti," Aryanti tersenyum kecil. "Itulah enaknya," Ervan terkekeh. "Mas cium aku," Aryanti merentangkan tangan, Ervan pun menyambut rentangan tangan wanitanya. Ervan mengecupj wajah Aryanti, tetapi saat Ervan akan melumat bibir Aryanti melengos, aku belum gosok gigi," ucapnya malu. Ervan menahan kepala Aryanti mengecup bibir yang terlihat pucat dan melumat lembut, kehangatan bibir Ervan membuat jantung Aryanti berdetak lebih keras. Kedatangan Marni menghentikan aktifitas mereka. "Maaf, Mbak." Marni kembali
"Sabar ya, Mas semua pasti ada hikmahnya, pasti ada kebaikan di balik semua ini," ucap Evelly saat menjenguk Aryanti. Ervan meyugar rambut kasar, sorot matanya penuh dengan dendam melihat istrinya terbaring, "Kebaikan apa yang di dapat dari kejadian ini?" di dalam hati Ervan terus bertanya. Apalagi setelah mendengar keterangan dokter mungkin telah terjadi tindak pelecahan terhadap Aryanti, karna ada luka lebam di pipi juga bekas ikatan di tangan. Dan ditemukannya sperma saat pertama kali Aryanti di bawa ke Rs. Ervan membekap mulutnya dengan bantal dia barteriak sekencang dia ingin luapkan. "Masss," suara Aryanti menghentikan kegiatan Ervan, lelaki itu menengok pada wanita yang terbaring di ranjang. Ervan melangkah mendekati Aryanti, "Kamu udah bangun Ar?" "Aku di mana? Mas?" tanya Aryanti lemah. "Kamu di Rs. Aku panggil dokter dulu," ucap Ervan, dia membuka pintu memanggil
Ivander mengambil kue bekas gigitan Azalea, lalu memakannya, netra biru itu membola, "Carla benar ini buatanmu?" tanya Ivan tak percaya. "Iya, kalau gak enak, besok aku cari resep yang baru, aku pikir ini sudah enak, teman-teman bilang ini benar-benar enak," Carla berkata pelan. "Tapi ini memang benar-benar enak Carla." Ivan berkata sambil mengambil satu potong lagi. "Bang buruan ngomongnya. Aku udah gak betah," Azalea merajuk manja, melirik pada Carla. Carla memang wanita penghibur, siapapun lelaki yang masuk areanya pasti akan tergoda, tetapi anti baginya menggoda lelaki beristri yang jelas-jelas tak menginginkannya. "Sebentar, sayang," ujad Ivan menggenggam tangan Lea. "Carla semua akan aku atur, mungin tiga hari lagi kamu sudah bisa keluar dari sana," Ivan meyakinkan wanita begincu merah ini. "Tapi, untuk keluarkan aku dari sana, Mr pasti keluar uang banyak, aku harus g
"Bahasa dari mana itu?" tanya Ivan menyungingkan senyum. "Dia bilang sendiri, seneng ya dikejar-kejar jablay kesayangan, bahkan Abang selalu pakai dia." suara Azalea menggebu. "Lea gak usah bahas yang lalu, itu masa kelam abang, malu abang kalo ingat masa itu." Ivan menangkup wajah Azalea. Perlahan melumat bibir yang sedang merajuk. Ivan melakukan perlahan, lembut, lalu menyesap intens. Azlaea mencoba mendorong, berusaha melepas tautan bibirnya, tatapi tangan Ivan kuat memegangi kepala wanita blasteran ini. Masih tak ada respon dari wanitanya, Ivan melepas pagutannya, menatap netra kebiruan Azalea. Kembali mendekatkan bibirnya mengecup lembut lalu menyesap peralahan menjadi lumatan bergairah. Sesekali bibir Azalea merespon menyesap bibir lelaki dihadapan, tetapi egonya lebih besar. Ivander kembali melepas pagutan, "Kenyangin perut bawah dulu aja ya!" Netra biru Ivander mengerling, lelaki ini bangun membuka sabuk tanpa membuka kemeja. Azalea mendegkus kesal, "Masukin kedala
Azalea terbelalalak mendengar penuturan Carla. "Utang apa?" Azalea mengajak Carla masuk ke dalam ruangan Ivander bekerja. Carla menjelaskan semua janji Ivan, selama ini dia menunggu. Tetapi yang di tunggu tak kunjung datang. "Jangan marah pada Mr Ivan, kami hanya partner ranjang, dia tak memiliki perasaan apapun padaku." Bola mata Azalea terbelalak, Carla berkata begitu nyaman, bahwa dia hanya partner ranjang. Tak memikirkan perasaan Azalea kah pelacur satu ini pikir Azalea. "Oke, nanti akan saya sampaikan pada partner ranjang Anda, bahwa Anda mencari Mr Ivan. Sebaiknya Anda pergi sekarang dari ruangan ini!" suara Azalea di tekan, berusaha meredam emosi. "Maaf, tapi itu dulu, sudah lama dia tak menjumpaiku. Maaf 'kan aku jika salah ucap." Carla merasa tak enak dengan reaksi Azalea. "It's oke," ujar Azale, " silahkan pintu ada disebelah sana." Tangan Azalea menjulur menunjuk arah pintu. "Mba, jangan marah, selama ini saya pikir Mr Ivan menyukai saya, karna dia hanya mengg
"Lalu?" "Bos Nathan mau melamar aku, kalo aku gak mau ngawal kakak." Dina berkata pelan. "Emang Nathan belum punya istri?" tanya Evellyn. "Belum kak, tapi dia pria flamboyan," ujar Dina. "Ya siapa tau, kamu perempuan terakhirnya, buktinya dia mau nikahin kamu," ujar Evellyn. "Aku belum yakin kak," ujar Dina lagi. Mereka berbincang selama perjalanan, Evellyn memang tipe orang yang tidak memandang status, asal enak di ajak bicara maka dia akan terus mengorek berita, hitung-hitung olah raga mulut, dari pada bergaul dengan teman-teman istri dari kolega suaminya yang dibicarakan hanya jabatan, kekayaan hingga arisan yang diluar nalar Evellyn. Evellyn terperangah kaget, ketika berkumpul dan mereka melakukan arisan berondog, padahal suami-suami mereka tak kalah tampan dan berwibawa, kenapa mau dengan lelaki yang hanya tampang dan juga entah apa yang di mau para wanita itu. "Din, kita mampir ke superma
Bima masih terus bermain pada tubuh Aryanti, dan berkali-kali pula Aryanti mendapatkan kenikmatan luar biasa. Ingin rasanya mengumpat, tetapi itu terjadi pada tubuhnya. Bima menyeringai penuh kemenangan. Hingga dia menuntaskan hasrat terkutuknya. Bima mengejang panjang. "Ar, rasamu tak pernah berubah, tak salah aku merindukanmu." Bima mengecup pucak kepala Aryanti, masih berada di atas tubuh tergolek tak berdaya. Lelaki ini bangun lalu mengambil pakaian yang tercecer dan memakainya lagi. Melepas sabuk yang mengikat tangan lalu melepas ikatan di mulut Aryanti. Wanita ini tergugu mengerat selimut, kepalanya berputar. "Jangan menagis Ar, tak ada yang tau selain kita berdua, asalkan kamu selalu siap saat aku mau, kamu akan aman." Bima mengecup pundak Aryanti, berbisik ditelinga mengancam."Maksu kamu?" Aryanti menatap Bima sendu matanya bengkak. Bima menunjukkan vidio panas yang barusan dia rekam, ini akan aku edit, seoalah-olah kita melakukan atas dasar suka sama-sama suka." Bima ber