Bab 42. Sama-sama Marah.
Evellyn terjingkat mendengar suara Arkan yang menggelegar, baru kali ini dia melihat dan mendengar Arkan marah dengan mengeluarkan suara keras.Wanita berhidung bangir itu memundurkan langkah ketika suaminya melangkah maju mendekatinya dengan tatapan marah.Dengan keras Arkan menarik istrinya ke dalam kamar mandi dan menghapus seluruh make up diwajah istrinya. Bahkan dia tak menghiraukan rintihan istrinya yang mengatakan dia menyakitinya.Hanya tangisan Evellyn yang terdengar, Namun hati lelaki itu seperti mengeras. Tak ada belas kasih. Setelah selesai menghapus riasan wanitanya lelaki tampan yang terlihat begitu marah itu mengganti pakaian istrinya.Arkan pun keluar dari kamar membawa bantal dan selimut setelah memberingkan Evellyn dan menyelimutinya, dia tak habis pikir apa yang ada dipikiran istrinya.Evellyn menangis sepanjang malam, mereka melewati malam dengan perut kosong dan tidur tBab 43 Ngedate. "Kayanya kalau rencana kita dijalankan aku harus risaign dari kantor, gak mau aku liat Pak Ervan terus, nanti bukannya dia yang galau jadi aku yang galau, " ucap Indah lesu.Tempat Indah kerja sekarang merupakan perusahaan bonafid, sulit sekali bisa berada di sini, jika Indah memutuskan risain akan kerja di mana? mana ada perusahaan yang menerimanya tanpa alasan, dan tanpa surat keterangan bekerja dengan baik diperusahaan ini, pikir Indah. "Ya sudah kita pikirkan matang-matang dulu," ucap Lirna sebelum memutuskan sambungan telpon. Setelah menyantap makan siang yang disiap kan Indah tadi Evellyn berkemas pulang, sebelum ia pulang Arkan memanggil Indah dan memberi ultimatum jika Allena datang katakan ia tak ingin Allena muncul lagi dihadapan Arkan. Lelaki itu pun menelpon security front office agar tak memperbolehkan Allena masuk ke dalam gedung, dan juga dia menelfon Ervan untuk memberikan peringatan
Bab 44 Bagaimana Rasanya? Senja menyapa, mereka pun terlihat lelah. "Kak, Tuan, Terimakasih ya, " ucap Indah saat mobil Arkan melintas."Kenapa mereka belum pulang?" tanya Evellyn pada lelaki tampan di sampingnya. "Belum deal, siapa yang akan diantar pulang duluan," ucap Arkan rileks. "Sini," Arkan menepuk dadanya."Iissshhh, aku berkeringat bau juga," ucap Evellyn risih di suruh mendekati lelakinya. Arkan hanya melirik istrinya, tanpa berkata Evellyn pun beringsut menggeser pantatnya mendekati suaminya, dihirupnya dada suaminya saat kepalanya sudah dia sandarkan pada dada bidang suaminya. Orang kaya biar abis keringetan tetep wangi, monolog Evellyn. Tanpa sadar mereka terlelap, hingga mobil yang mereka tumpangi sudah sampai diparkiran Apartmen. "Tuan," ucap sopir membangunkan tuannya dengan pelan. Arkan mengerjapkan mata, menyadari dia sudah sampai. "Oohh sudah sampai, Pak?""
Bab. 45. Bimbang."Lirna kita harus bicara," ucap Indah lewat sambungan telpon, Indah harus memastikan keputusannya benar."Oohh, oke, lusa kita ketemu di kafe asik jam 6 setelah aku dari kantor," ucap Indah lagi, membuat janji dengan Lirna. "Indah kamu hari ini terlihat tidak bersemangat, ada apa? " tanya Ervan saat wanita yang berprofesi sebagai sekretaris itu membawakannya kopi setelah rapat direksi. "Nggak, kenapa-kenapa, Pak! " jawab Indah lesu. "Makan siang bareng, yuk," ajak Ervan. "Rapatnya 'kan belum selesai Pak, nanti terburu-buru.""Kita makan di kafe bawah, aja," Bujuk Ervan. Netra lelaki tampan itu memandang wanita yang sedang berdiri di hadapannya dengan intens. "Gak usah Pak, nanti dikira kita ada hubungan," ucap Indah dengan suara lirih. "Loh, 'kan kita memang ada hubungan, aku akan segera menikahi kalian," ucap Ervan mantap. In
Bab 46 Yakin. Sore ini Indah menunggu Lirna di Kafe Asyik, ponselnya berdenting, pesan masuk, Lirna mengabarkan terjebak macet, Kota Metropolitan di jam pulang kantor sudah pasti terjadi kemacetan di mana-mana. Penambahan jalanan beraspal 4 jalur tak memberikan efek apapun, karna kendaraan pun bertambah tiap tahunnya, bahkan trotoar tempat pejalan kaki pun tak luput menjadi akses kendaraan roda dua demi menghindari kemacetan yang tak terkendali. Setelah 15 menit menunggu Lirna berjalan dengan tergopoh. Mereka pun bertukar senyum saat bersitatap. "Udah pesen makan belum?" tanya Lirna, yang mendapatkan gelengan kepala dari Indah."Ya udah pesen dulu, aku yang traktir, aku abis dapet uang tip, baru aja landing dari Bali dapet turis dari prancis, ganteng banget, bilangnya masih singgel." Lirna memang supel tanpa di tanya dia akan banyak bercerita, karakternya cocok sebagai tour guide. Indah m
Bab 47. Kehancuran. Hari ini Ervan sibuk menyiapkan makan malam dengan kedua wanitanya."Bos, doain malam ini berhasil, "ucap Ervan pada Arkan. "Sukses, Bro," ucap Arkan dengan senyum simpul. Arkan menunggu Ending lamaran Ervan, sedari dulu Ervan menyukai tantangan menaklukan wanita. Namun, akhirnya kandas saat tau mereka di duakan, alasan Ervan selalu sama dia memacari dua wanita untuk saling melengkapi. Hubungan yang ini, terlama hingga menuju proses lamaran biasanya saat tau mereka didua oleh Ervan, Wanita-wanita itu mengamuk dan meninggalkan Ervan. "Tak usah mengingat masa lalu, Bos, aku tau yang kau pikirkan." Ervan menyesap rokok yang berada dijari tangnnya.Lagi-lagi Arkan hanya tersenyum. "Aku doakan berhasil, kalau gagal terus lah mencoba," ucap Arkan menyemangati sahabatnya. "Kali ini tak mungkin gagal, Bos." dengan percaya dirinya Ervan berkata.
Bab. 48 Baru Tau Rasa. Arkan tertegun melihat penampakan Asisten pribadi plus sahabat dekatnya. "Ada apa dengan Mu kawan? Kurang? modal nikahnya? "Ervan hanya mendengus kesal, Bosnya pasti tau apa yang terjadi pada dirinya."Masalahnya sudah tiga hari kau absen kawan," Arkan memantik roko dan menghisap dalam, dia melempar bungkus rokok ke arah Ervan dan dengan sigap Ervan menangkapnya. Hal yang sama pun dilakukan Ervan. Tak ada percakapan diantara mereka. Arkan meminum kopi kemasan yang disediakan Ervan. "Datangi psikiater agar kau lebih tenang, aku menunggumu di kantor, " ucap Arkan bangkit dan berlalu pergi. ***"Sayang, Indah kemana?" tanya Evellyn, saat ditemuinya orang berbeda yang sedang duduk di meja kerja Indah. "Resign.""Jadi, udah mau nikah mereka bertiga?""Mereka meninggalkan Ervan," jawab Arkan santai. "Ervan sedang tida
Bab 49. Undangan Menjelang terbit matahari mereka sudah bersiap di atas sajadah. Bermunajat mengharapkan ridho dari Tuhan atas hidup yang mereka jalani. "Eve minggu depan kita bulan madu ke dua, siapkan beberapa lembar pakaian. Dan juga siapkan dirimu." pagi ini Arkan masih menggunakan kaos oblong. "Siap, sayang," ucap Evellyn.Setelah makan Arkan mengajak Evellyn duduk dibalkon." kau tak berangkat kerja?""Nggak, aku ada tugas lain hari ini." Arkan menyibak rambut istrinya mendekatkan wajahnya dan mengecup bibir istrinya. "Tugas apa? " tanya Evellyn setelah tautan mereka terlepas. "Menyenangkan istriku yang paling pandai," Arkan membawa Istrinya ke dalam, dan merebahkannya di karpet depan televisi. Dia mulai mencumbu istrinya. "Sayang Bi Ningsih hari ini ada jadwal ke sini." Tanpa aba-aba Arkan kembali membopong istrinya menuju ruang kantornya,
Bab 50. Tergoda. Lelaki maskulin itu terpana melihat seluit tontonan di hadapannya. Dad yang sejak tadi memperhatikan lelaki bernetra tajam di hadapannya tersenyum smirk. Netra Arkan yang tak bekedip melihat tampilan di televisi. Dad yakin lelaki yang cocok untuk putrinya itu akan tertarik pada Azzalea si pewaris tahta."Tuan Arkan. Itu putriku." Suara Dad membuyarkan keterpanaan Arkan si lelaki maskulin.Dengan cepat Arkan mengendalikan dirinya. Menengok ke asal suara. "Istriku membesarkannya dengan baik, dugaanku terhadap istriku ternyata salah. Aku berada di Negri ini bukan tanpa sebab. Dialah tujuannku." Dad menjelaskan maksudnya tanpa di minta. "Lalu apa hubungannya denganku? " tanya Arkan, dengan mode acuh. "PT Cahaya Terang merupakan salah satu dari perusahaan raksasa yang aku miliki di Negri ini, kau sudah membaca proposalnya, bukan?.
"Mas gimana keadaan Ervan?" tanya Evellyn. "Baik, sudah lebih baik," "Udah aktif ngantor lagi?" tanya Evellyn penasaran. "Ngapain nanyain Ervan?" tanya Arkan penuh intimidasi. "Aku cuma nanya, Mas. Masa nanya doang nggak boleh?" jawab Evellyn cuek, dia mengalihkan pandangan karna tatapan Arkan yang seperti menguliti. "Begitu aja kesel," ujar Evellyn masih membuang muka. Arkan duduk di sebelah Evellyn. "Nanyain aku aja," ucap Arkan lembut, di dekat telinga Evellyn membuat bulu kuduknya berdiri. "Iisshhh ... Kamu tiap hari liat, perlu di tanyain apa lagi?" jawab Evellyn kesal. "Tiap aku pulang kaya sekarang tanya begini. Mas mau enak-enak nggak? gitu ...." "Iisshhh ... Kamu nggak usah di tanyain pasti minta." jawab Evellyn.
Ervan mengendarai mobil dengan perasaan gelisah, bukan 'kah tadi Aryanti sudah lebih baik, dia meninggalkan Aryanti dalam keadaan baik? Lalu kenapa Dokter mengabarkan Aryanti dalam keadaan kritis. Ervan berlari menuju ruang oprasi, sudah ada seorang perawat yang menunggunya di sana. Ervan menanda tangani berkas dengan cepat, bertanya kenapa bisa Aryanti kembali kritis, tetapi perawat enggan menjawab. "Nanti Dokter penanggung jawab yang akan menjelaskan, Pak,"jawab perawat, gegas masuk ke dalam ruang operasi. Operasi kali ini terbilang lama, setelah Beberapa jam, seorang dokter menghampiri Ervan. "Pak Ervan." Lelaki tampan yang terlihat begitu murung ini mendongak. Bangun dari duduk. Menatap Dokter Eliza. "Alhamdulillah, pasien sudah mendapatkan pertolongan, tetapi kondisinya begitu kritis, semua sudah kami upayakan yang terbaik. Hanya doa kini yang dapat kita lakukan." "Dok, bagaimana bisa kritis kem
"Sebentar lagi kamu bisa pulang, aku nggak akan melakukan yang melanggar undang-undang, Ar." Ervan berkata yakin. Ervan menaruh bekas makan di dekat pintu. "Marni sebentar lagi datang, aku sudah lama nggak ke kantor, aku ke kantor dulu, nggak apa 'kan?" tanya Ervan. "Iya, nggak apa, untung bos baik, boleh kamu cuti," Aryanti tersenyum kecil. "Itulah enaknya," Ervan terkekeh. "Mas cium aku," Aryanti merentangkan tangan, Ervan pun menyambut rentangan tangan wanitanya. Ervan mengecupj wajah Aryanti, tetapi saat Ervan akan melumat bibir Aryanti melengos, aku belum gosok gigi," ucapnya malu. Ervan menahan kepala Aryanti mengecup bibir yang terlihat pucat dan melumat lembut, kehangatan bibir Ervan membuat jantung Aryanti berdetak lebih keras. Kedatangan Marni menghentikan aktifitas mereka. "Maaf, Mbak." Marni kembali
"Sabar ya, Mas semua pasti ada hikmahnya, pasti ada kebaikan di balik semua ini," ucap Evelly saat menjenguk Aryanti. Ervan meyugar rambut kasar, sorot matanya penuh dengan dendam melihat istrinya terbaring, "Kebaikan apa yang di dapat dari kejadian ini?" di dalam hati Ervan terus bertanya. Apalagi setelah mendengar keterangan dokter mungkin telah terjadi tindak pelecahan terhadap Aryanti, karna ada luka lebam di pipi juga bekas ikatan di tangan. Dan ditemukannya sperma saat pertama kali Aryanti di bawa ke Rs. Ervan membekap mulutnya dengan bantal dia barteriak sekencang dia ingin luapkan. "Masss," suara Aryanti menghentikan kegiatan Ervan, lelaki itu menengok pada wanita yang terbaring di ranjang. Ervan melangkah mendekati Aryanti, "Kamu udah bangun Ar?" "Aku di mana? Mas?" tanya Aryanti lemah. "Kamu di Rs. Aku panggil dokter dulu," ucap Ervan, dia membuka pintu memanggil
Ivander mengambil kue bekas gigitan Azalea, lalu memakannya, netra biru itu membola, "Carla benar ini buatanmu?" tanya Ivan tak percaya. "Iya, kalau gak enak, besok aku cari resep yang baru, aku pikir ini sudah enak, teman-teman bilang ini benar-benar enak," Carla berkata pelan. "Tapi ini memang benar-benar enak Carla." Ivan berkata sambil mengambil satu potong lagi. "Bang buruan ngomongnya. Aku udah gak betah," Azalea merajuk manja, melirik pada Carla. Carla memang wanita penghibur, siapapun lelaki yang masuk areanya pasti akan tergoda, tetapi anti baginya menggoda lelaki beristri yang jelas-jelas tak menginginkannya. "Sebentar, sayang," ujad Ivan menggenggam tangan Lea. "Carla semua akan aku atur, mungin tiga hari lagi kamu sudah bisa keluar dari sana," Ivan meyakinkan wanita begincu merah ini. "Tapi, untuk keluarkan aku dari sana, Mr pasti keluar uang banyak, aku harus g
"Bahasa dari mana itu?" tanya Ivan menyungingkan senyum. "Dia bilang sendiri, seneng ya dikejar-kejar jablay kesayangan, bahkan Abang selalu pakai dia." suara Azalea menggebu. "Lea gak usah bahas yang lalu, itu masa kelam abang, malu abang kalo ingat masa itu." Ivan menangkup wajah Azalea. Perlahan melumat bibir yang sedang merajuk. Ivan melakukan perlahan, lembut, lalu menyesap intens. Azlaea mencoba mendorong, berusaha melepas tautan bibirnya, tatapi tangan Ivan kuat memegangi kepala wanita blasteran ini. Masih tak ada respon dari wanitanya, Ivan melepas pagutannya, menatap netra kebiruan Azalea. Kembali mendekatkan bibirnya mengecup lembut lalu menyesap peralahan menjadi lumatan bergairah. Sesekali bibir Azalea merespon menyesap bibir lelaki dihadapan, tetapi egonya lebih besar. Ivander kembali melepas pagutan, "Kenyangin perut bawah dulu aja ya!" Netra biru Ivander mengerling, lelaki ini bangun membuka sabuk tanpa membuka kemeja. Azalea mendegkus kesal, "Masukin kedala
Azalea terbelalalak mendengar penuturan Carla. "Utang apa?" Azalea mengajak Carla masuk ke dalam ruangan Ivander bekerja. Carla menjelaskan semua janji Ivan, selama ini dia menunggu. Tetapi yang di tunggu tak kunjung datang. "Jangan marah pada Mr Ivan, kami hanya partner ranjang, dia tak memiliki perasaan apapun padaku." Bola mata Azalea terbelalak, Carla berkata begitu nyaman, bahwa dia hanya partner ranjang. Tak memikirkan perasaan Azalea kah pelacur satu ini pikir Azalea. "Oke, nanti akan saya sampaikan pada partner ranjang Anda, bahwa Anda mencari Mr Ivan. Sebaiknya Anda pergi sekarang dari ruangan ini!" suara Azalea di tekan, berusaha meredam emosi. "Maaf, tapi itu dulu, sudah lama dia tak menjumpaiku. Maaf 'kan aku jika salah ucap." Carla merasa tak enak dengan reaksi Azalea. "It's oke," ujar Azale, " silahkan pintu ada disebelah sana." Tangan Azalea menjulur menunjuk arah pintu. "Mba, jangan marah, selama ini saya pikir Mr Ivan menyukai saya, karna dia hanya mengg
"Lalu?" "Bos Nathan mau melamar aku, kalo aku gak mau ngawal kakak." Dina berkata pelan. "Emang Nathan belum punya istri?" tanya Evellyn. "Belum kak, tapi dia pria flamboyan," ujar Dina. "Ya siapa tau, kamu perempuan terakhirnya, buktinya dia mau nikahin kamu," ujar Evellyn. "Aku belum yakin kak," ujar Dina lagi. Mereka berbincang selama perjalanan, Evellyn memang tipe orang yang tidak memandang status, asal enak di ajak bicara maka dia akan terus mengorek berita, hitung-hitung olah raga mulut, dari pada bergaul dengan teman-teman istri dari kolega suaminya yang dibicarakan hanya jabatan, kekayaan hingga arisan yang diluar nalar Evellyn. Evellyn terperangah kaget, ketika berkumpul dan mereka melakukan arisan berondog, padahal suami-suami mereka tak kalah tampan dan berwibawa, kenapa mau dengan lelaki yang hanya tampang dan juga entah apa yang di mau para wanita itu. "Din, kita mampir ke superma
Bima masih terus bermain pada tubuh Aryanti, dan berkali-kali pula Aryanti mendapatkan kenikmatan luar biasa. Ingin rasanya mengumpat, tetapi itu terjadi pada tubuhnya. Bima menyeringai penuh kemenangan. Hingga dia menuntaskan hasrat terkutuknya. Bima mengejang panjang. "Ar, rasamu tak pernah berubah, tak salah aku merindukanmu." Bima mengecup pucak kepala Aryanti, masih berada di atas tubuh tergolek tak berdaya. Lelaki ini bangun lalu mengambil pakaian yang tercecer dan memakainya lagi. Melepas sabuk yang mengikat tangan lalu melepas ikatan di mulut Aryanti. Wanita ini tergugu mengerat selimut, kepalanya berputar. "Jangan menagis Ar, tak ada yang tau selain kita berdua, asalkan kamu selalu siap saat aku mau, kamu akan aman." Bima mengecup pundak Aryanti, berbisik ditelinga mengancam."Maksu kamu?" Aryanti menatap Bima sendu matanya bengkak. Bima menunjukkan vidio panas yang barusan dia rekam, ini akan aku edit, seoalah-olah kita melakukan atas dasar suka sama-sama suka." Bima ber