William mengembuskan napas lega saat Keyna meninggalkannya karena Sacha mengajak para pengiring pengantin wanita berfoto. Paling tidak, ia bisa menyusun strategi nanti malam. Tentu saja bukan strageti berbohong karena ia memang berjanji untuk selalu jujur pada istrinya. Hanson dan Ferina tampak sedang menemani tamu-tamu. William mengenali kerumunan itu sebagai kumpulan para dokter di rumah sakit. Hanson melingkari lengannya pada bahu Ferina serta sesekali mencium pipi sang istri di depan para sejawatnya. Frederix, Louis dan Cedric duduk di meja bundar yang sama. Mereka terlihat sedang menikmati hidangan. Matanya lalu mencari sosok sang putri. “Apa yang kalian lakukan pada putriku?” desis William. Jaslan yang sedang memangku Princess menoleh. Senyumnya mengembang pada William yang memandang dengan tatapan datar. Sementara Edith yang memangku Edzard bersikap sangat santai. “Princess sedang bermain dengan Edzard,” sahut Jaslan. “Bagiku, kalian tampaknya sedang memaksa putriku berga
Pesta sesi pertama Hanson dan Ferina berakhir. Seluruh tamu beristirahat di kamar masing-masing. Beberapa tamu yang masih muda memilih berjalan-jalan di sekitar resort.Sesi kedua pesta akan diadakan malam hari. Selain untuk memberi kesempatan pada tamu-tamu untuk beristirahat, penyelenggara pesta juga perlu mengubah dekorasi. Pesta malam hari akan diadakan di dalam ruangan.Keyna dan William menyempatkan menjenguk putri mereka. Princess sedang tidur. William mengelus sayang kepala sang putri dan menciuminya.“Jangan diciumi terus, sayang. Nanti Princess terbangun. Ia butuh istirahat untuk pesta nanti malam,” ucap Keyna yang lalu menarik sang suami menjauh dari putri mereka.“Princess tambah cantik dan cerdas. Aku bangga sekali pada putriku,” cetus William.“Dan semakin manja juga.”“Kalau itu biarkan saja. Ia memang harus bergelimang perhatian. Aku tidak masalah.”“Tetapi, akan tidak baik bagi Princess kelak, sayang. Nanti ia akan rapuh dan mudah stress jika di luar tidak mendapatkan
Satu bulan berikutnya, mansion berpesta kembali. Balon-balon hias dan karakter memenuhi halaman mansion. Halaman luas itu juga penuh dengan permainan anak-anak.Tak banyak yang Princess dan si kembar lakukan. Mereka baru berusia satu tahun. Ketiganya baru belajar berjalan beberapa langkah. Namun ketiganya terlihat menikmati suasana.Walaupun ini adalah pesta anak balita, tetapi banyak orang dewasa yang menikmati pesta tersebut. Keluarga Dalton dan Jaslan tertawa-tawa senang saat mereka ikut menaiki carousel. Lalu, ikut melompat-lompat dan tertawa di trampolin."Princess mau main apa lagi?" tanya Louis."Istirahat saja dulu, Lou. Wajah Princess sudah merah begitu," tegur Hanson yang berdiri di dekat Louis bersama Ferina."Minum dulu, yuk, Princess sayang," ajak Ferina sambil mengambil alih Princess dari gendongan Louis."Hu-uh. Aku tidak menyangka pesta anak balita sangat melelahkan."Louis melempar tubuhnya ke salah satu beanbag di taman. Hanson mengikutinya. Mereka memperhatikan anak
William memperhatikan Keyna yang masih menyusui Princess. Balita itu sudah tertidur. Namun begitu, ia belum mau melepas ASI-nya.Akhirnya Keyna bisa menutup dadanya. Princess terlelap masih dengan gaun pestanya. Tampak sekali ia kelelahan.“Baby, aku mau bicara,” ucap William tak sabar.“Ada apa? Sepertinya sejak potong kue tadi, kamu terlihat cemas. Apa ada hubungannya dengan pembicaraan para lelaki di ruang kerja?”William tidak menjawab. Ia meraih tangan istrinya dan keluar dari kamar Princess. Mereka masuk ke kamar utama dan menutup rapat pintunya.Tanpa lama, William segera menceritakan keadaan Louis dan Cedric. Juga mengungkapkan kekhawatirannya apabila Louis dengan tanpa sadar pergi ke pulau seorang diri. Keyna mendengarkan dengan tenang.“Jadi, Chantal Rithland itu sebenarnya memasang perangkap untukmu?”“Kenapa kamu jadi gagal fokus. Ini bukan tentang aku. Ini tentang Louis dan Cedric serta bagaimana car akita untuk mebuat mereka berdua tidak terus-menerus terbayang para pena
"Key," sapa Sacha di telepon."Ya, Cha?""Kapan pulang, sih?""Masih ada lima pasien lagi. Kenapa, Cha?""Duh, aku butuh bantuan nih.""Bantuan apa?""Persiapan sidang skripsi besok. Aku grogi."Sacha sungguh gelisah. Ia butuh orang yang bisa menenangkannya. Sementara Cedric masih sibuk mengajar setah itu praktek.Keyna berusaha menenangkan dengan memberi beberapa saran. Sacha mengangguk lalu menutup telepon. Namun wanita muda cantik itu tau, ia tetap akan merasa gelisah.Lima belas menit berlalu. Sacha yang sedang menatap layar televisi tampak termangu tanpa menonton tayangan di sana. Sesekali ia mengembuskan napas panjang."Kaka." Suara mungil memanggilnya.Sacha menoleh dan melihat Princess di gendongan William. Keduanya masuk ke dalam kamar dan duduk di samping Sacha. Putri kedua William itu tersenyum dan mengusak sayang kepala adiknya."Princess baru pulang kerja, ya?""Iya," jawab Princess sambil mengangguk."Capek?""Iya.""Senang?""Iya.""Princess mandi dulu sama suster, ya,"
Keyna tersenyum bahagia. Putrinya bisa memberikan ketenangan pada kakak-kakaknya yang telah dewasa. Setelah Frederix, Louis, kini Sacha pun tidur memeluk Princess di kamar anak.William menutup perlahan kamar Princess. Pasangan suami-istri itu melangkah ke kamar utama.“Kamu mau langsung tidur?” tanya William.“Belum mengantuk,” jawab Keyna.Tetapi, mereka tetap berbaring di ranjang. Keyna meletakkan kepalanya di dada William. Detak jantung sang suami terdengar jelas di telinganya.“Maaf, tadi aku menyuruhmu pulang cepat. Aku baru tau dari Bastian bahwa kamu sedang rapat.”“Tak masalah. Lagipula, rapat itu kurang maksimal.”“Kenapa?”“Karena aku tidak dapat marah-marah, padahal ada yang ingin aku protes dari para manager itu.”“Tumben kamu tidak bisa marah-marah.”“Princess tidur di pangkuanku. Bagaimana aku bisa marah?”Keyna tergelak. William menceritakan rapatnya di kantor tadi sore. Seperti biasa, Princess selalu ingin ikut namun berakhir tidur sebelum rapat selesai.“Princess tid
Sacha lulus dengan nilai baik.Wanita itu bahkan tidak percaya. Ia menuduh sang Daddy berkompromi dengan para dosen di universitas untuk memberikannya nilai baik.“Sungguh, Dad? Daddy tidak ada sangkut pautnya dengan nilai-nilaiku ini?” tanya Sacha masih tampak tidak percaya.Keyna terkekeh. Sementara William menggeleng entah sudah keberapa kalinya. Sacha terus saja menatap kertas nilai ujiannya.“Lama-lama Daddy bosan mendapat pertanyaanmu, Cha. Kamu memiliki gen cerdas. Kenapa menyangsikan hasil usahamu sendiri?” cetus William.Akhirnya Sacha tersenyum. Ia bangga pada dirinya sendiri. Proses panjang yang ia lalui membuahkan hasil yang baik.“Hari ini mau ke mana, Cha?” tanya Keyna.“Cedric mengajakku pergi ke suatu tempat,” jawab Sacha.“Kalian akan merayakan kelulusanmu?”“Tidak, Dad. Cedric bilang ia akan mengundang keluarga Dalton untuk merayakan kelulusanku sekalian rapat pernikahan kami.”William terdiam. Pernikahan Cedric dan Sacha. Akhirnya hari ini akan datang juga. Sang blil
Meeting masih berlangsung di kantor Frederix. Princess duduk di pangkuannya. Mencoret-coret kertas dan bergumam tak jelas.Tentu saja kelakuan Princess membuat peserta rapat gagal fokus. Mereka tertawa melihat tingkah Princess yang lucu. Hingga Frederix pun berkali-kali mengingatkan bawahannya untuk tidak menggoda adiknya."Princess akan semakin senang jika diperhatikan. Kalian fokus saja pada berkas," cetus Frederix."Keltas. Kakak, keltas," ucap Princess meminta kertas dengan suara cadel."Ssttt ... iya - iya. Ini kertasnya." Dengan sabar Frederix meladeni adiknya."Mau brm brm. Kakak, brm brm." Princess memberikan crayonnya pada Frederix."Gambar mobil?" Frederix menggambar apa yang diminta Princess."Yeayyy ... brm brm."Frederix mengusap sayang kepala Princess. Tak lama kemudian, balita cantik itu mengisap jempol dan menyandarkan tubuh di dada sang kakak. Frederix mengangkat tubuh Princess hingga kepala adiknya yang mengantuk kini berada di bahunya.Sambil terus memimpin rapat, F