Keluarga Dalton berdiri di depan bangunan besar. Mereka berjalan ke pintu utama. Cedric langsung menyambut di depan pintu."Terima kasih kedatangannya. Silahkan masuk," ucap Cedric dengan tulus.Lelaki tampan itu mengangguk santun pada William. Cedric masih sangat sungkan pada calon mertuanya itu. Walaupun akhir-akhir ini ia sudah jarang sekali menerima sindiran pedas.Sacha menggendong Princess. Mengajak keluarganya berkeliling. Mereka sampai pada dinding dengan pigura berisi sampul bagian depan majalah-majalah mode yang memajang foto Sacha."Wah, keren, Cha. Sudah banyak juga kamu menjadi cover majalah, ya," cetus Keyna sambil memperhatikan satu persatu foto di dinding."Ini tidak semua aku pajang, Key," balas Cedric."Kenapa? Bagus, lho.""Aku menyeleksinya karena ada beberapa foto yang menggunakan pakaian terbuka," cebik Frederix.Keyna terkekeh dan mengangguk mengerti. Ia juga protes pada Sacha yang pernah membuat foto berpakaian seksi. Sacha hanya menyeringai dan mengatakan itu
Jika pesta pernikahan Hanson dan Ferina kemarin bertabur banyak dokter, pesta pernikahan Sacha dihadiri banyak sosialita, model, artis, dan selebriti lokal maupun internasional.Eddie bekerja keras membuat tim pengamanan untuk keluarga Dalton. Setiap telepon genggam diberi perekat pada kameranya. Tidak ada yang boleh mengabadikan pernikahan kecuali photographer pilihan.Tentu saja banyak selebriti yang mengeluh. Namun tim keamanan tidak bergeming. Apalagi di surat undangan jelas tertera larangan memfoto.Sacha berdandan sangat cantik. Gaun berbahan brokat halus di bagian atas melekat pas di tubuh. Bagian bawah bertumpuk bahan satin yang mewah dan sedikit bercahaya.Cedric pun tampil menawan. Stelan tuxedo dipadu dasi pilihan Sacha. Matanya sejak pagi berair menantikan detik-detik pengesahan pernikahannya."Cantik banget sih, Cha," puji Keyna."Kamu selalu bilang begitu. Aku gugup sekali, Key." Sacha menggenggam tangan Keyna erat-erat.Tangan itu dingin. Keyna tersenyum simpul. Lalu be
Edzard yang sedang menarik Princess dan Jasmine terpaku di tempat. Ia melepaskan pegangan kedua tangannya lalu menoleh menatap William. Anak sulung Jaslan itu menurut kala William melambaikan tangan untuk memberi kode agar Edzard mendatanginya.William membungkuk saat Edzard menghampiri. Dada putra sulung Jaslan itu naik turun dengan napas memburu karena berlarian. William segera mengangkat dan memangku Edzard.Edzard paling tinggi di antara Princess dan Jasmine. Langkahnya sudah lebih stabil. Bicaranya juga cenderung jelas, tidak cadel seperti adik-adiknya."Lihat adik-adikmu, Edzard. Bayangkan kalau mereka jatuh. Kasihan, bukan?"Edzard memandang Princess dan Jasmine."Lagipula jika salah satu dari kalian jatuh, pasti akan ada orang dewasa yang marah karena kalian tidak berhati-hati. Ini bukan tempat untuk berlarian," cetus William lagi.Edzard mengangguk mengerti. William mengelus sayang kepala anak lelaki yang telah ia anggap sebagai putranya sendiri. Edzard pun tampak menurut pad
"Princess sama aku saja ya, Dad," ucap Louis."Mau ke mana?""Lihat band di depan panggung.""Ya sudah. Hati-hati, Lou.""Iya. Ayo, Princess. Kita nyanyi-nyanyi.""Mo nyinyi.""Nyanyi," ralat Louis.Keyna datang dengan piring di tangannya. Wanita itu meletakkan di depan sang suami. Mereka makan berdua sambil bercakap-cakap santai.Setelah makan, keduanya bergabung kembali dengan para tamu. William mengajak Keyna mengobrol dengan para pebisnis. Perbincangan mereka malah sekitar konsultasi kesehatan dengan Keyna.Lalu, Keyna mengajak William berbincang dengan sekumpulan dokter. Sang bilioner diajak berdiskusi tentang jaminan kesehatan para petugas kesehatan juga pasien. William memberikan tanggapan sesuai kapasitasnya."Kenapa semua orang jadi bicara kesehatan?" bisik William."Karena banyak dokter kompeten di ruangan ini.""Di sini juga banyak pebisnis handal, tetapi mereka lebih senang banyak bertanya tentang penyakit padamu."Keyna terkekeh. "Mungkin mereka bosan dengan rutinitas men
Satu tahun kemudian.Hari ini adalah hari pertama Princess akan masuk sekolah. Keyna memilih sekolah pendidikan usia dini untuk mengasah sosialisasi dan motorik putrinya."Nah selesai. Princess sudah siap ke sekolah," ujar Sacha.Keyna mengamati putrinya. Princess mengenakan celana panjang sport bermerk, crop top dan jaket dengan brand yang sama dengan celananya. Tas ransel mungil keluaran butik kenamaan anak-anak.Belum lagi wajah Princess yang mengkilat. Setelah memilihkan pakaian Princess, Sacha juga mendandani dengan membubuhkan pelembab dan sunscreen ke wajah adiknya. Balita cantik itu jadi tampil sangat modis."Cha, apa ini tidak berlebihan? Princess jadi seperti mau pemotretan majalah," ucap Keyna.Sacha menggeleng keras. "Tidak berlebihan. Mana mungkin aku mendandani adikku asal-asalan."Keyna mengembuskan napas berat. Wanita itu akhirnya mengangguk. Lalu, menyisiri rambut Princess dan mengikatnya di sisi kiri dan kanan."Kita sarapan dulu, ya. Daddy sudah menunggu di meja mak
Belle pulang ke kampung halamannya untu persiapan melahirkan. Frederix tidak bisa mencegah keinginan sang istri. Pasalnya mereka jadi harus menjalankan hubungan jarak jauh untuk sementara waktu.“Aku sedih lho kita harus berjarak jauh, sayang,” ungkap Frederix sambil mengamati istrinya yang sedang mengepak koper.“Hanya sementara, sayang.”“Tetap saja bagiku tidak menyenangkan. Aku membutuhkanmu dalam segala hal pria membutuhkan wanita.”Belle berhenti dari kegiatannya. Wanita cantik itu duduk di samping sang suami yang sedang memberengut. Tangannya meraih tangan Frederix dan mengecupnya dalam-dalam.“Apa kamu tidak mengerti keinginanku? Aku ingin ada Mama yang membantuku di detik-detik terakhirku untuk melahirkan.”Tidak ada balasan dari Frederix. Mereka telah membahas ini berkali-kali sejak usia kandungan Belle memasuki semester tiga. Tadinya, ia berharap Mama Belle lah yang datang berkunjung, bukan Belle yang harus pulang ke kampung halaman.Tapi ternyata tidak semudah itu. Selain
Beda Ferina, beda pula dengan Sacha. Putri kedua William itu malah menunda kehamilan. Sacha merasa belum siap mengasuh anak.Masalahnya lagi, banyak kontrak pemotretan yang masih belum selesai. Sacha juga baru membangun pabrik untuk produk kosmetiknya. Cedric pun masih disibukkan dengan jadwal mengajar dan praktek."Cedric sebenarnya ingin cepat memiliki anak, tapi ia mengerti kesibukanku," ucap Sacha saat Keyna menanyakan alasan menunda kehamilan."Ya sudah. Yang penting kalian sepakat," ujar Keyna."Iya. Setelah kontrak-kontrakku selesai, aku mungkin akan berhenti menjadi model. Cedric sangat setuju.""Kamu mau berhenti menjadi model?" ulang Keyna. "Kenapa sampai berhenti?""Tidak seratus persen berhenti. Mungkin hanya melakukan pemotretan produk tertentu saja. Terutama untuk produk kosmetikku."Sacha menjelaskan bahwa itu merupakan salah satu usahanya untuk mengurangi kegiatan. Ia ingin saat hamil nanti, ia sudah tidak terlalu sibuk. Sehingga ia dan Cedric dapat menikmati kehamilan
William baru akan menutup pintu kamar mandi, saat Keyna memanggilnya. Lelaki tampan itu keluar. Keyna menunjuk Princess yang sudah tertidur sambil memeluk boneka.Perlahan, Keyna bergeser hingga ke tepi ranjang. Wanita itu lalu bangkit dan menghampiri William. Sambil memberi kode dengan menempelkan jari telunjuk ke bibir, Keyna menyeret suaminya ke sofa.“Kita lanjutkan yang tadi,” bisik Keyna dengan nada menggoda.William mengangkat alis. Matanya melirik Princess di ranjang, sebelum mengikuti sang istri. Ia duduk dengan memangku Keyna.“Kamu yakin Princess sudah tertidur lelap?”“Hu-uh.”Mulut mereka menyatu dengan gairah menggebu seperti sebelumnya, tetapi kali ini lebih lembut dan perlahan. William mengerang penuh hasrat dan membenamkan wajah di lekukan leher Keyna. Tangannya tak henti bergerilya liar.Dengan terampil, William melepas kemeja tidur Keyna. Terburu, membuka seluruh pakaiannya hingga keduanya kini polos tanpa penutup tubuh. William menggumamkan kekagumannya saat meliha