William memperhatikan Keyna yang masih menyusui Princess. Balita itu sudah tertidur. Namun begitu, ia belum mau melepas ASI-nya.Akhirnya Keyna bisa menutup dadanya. Princess terlelap masih dengan gaun pestanya. Tampak sekali ia kelelahan.“Baby, aku mau bicara,” ucap William tak sabar.“Ada apa? Sepertinya sejak potong kue tadi, kamu terlihat cemas. Apa ada hubungannya dengan pembicaraan para lelaki di ruang kerja?”William tidak menjawab. Ia meraih tangan istrinya dan keluar dari kamar Princess. Mereka masuk ke kamar utama dan menutup rapat pintunya.Tanpa lama, William segera menceritakan keadaan Louis dan Cedric. Juga mengungkapkan kekhawatirannya apabila Louis dengan tanpa sadar pergi ke pulau seorang diri. Keyna mendengarkan dengan tenang.“Jadi, Chantal Rithland itu sebenarnya memasang perangkap untukmu?”“Kenapa kamu jadi gagal fokus. Ini bukan tentang aku. Ini tentang Louis dan Cedric serta bagaimana car akita untuk mebuat mereka berdua tidak terus-menerus terbayang para pena
"Key," sapa Sacha di telepon."Ya, Cha?""Kapan pulang, sih?""Masih ada lima pasien lagi. Kenapa, Cha?""Duh, aku butuh bantuan nih.""Bantuan apa?""Persiapan sidang skripsi besok. Aku grogi."Sacha sungguh gelisah. Ia butuh orang yang bisa menenangkannya. Sementara Cedric masih sibuk mengajar setah itu praktek.Keyna berusaha menenangkan dengan memberi beberapa saran. Sacha mengangguk lalu menutup telepon. Namun wanita muda cantik itu tau, ia tetap akan merasa gelisah.Lima belas menit berlalu. Sacha yang sedang menatap layar televisi tampak termangu tanpa menonton tayangan di sana. Sesekali ia mengembuskan napas panjang."Kaka." Suara mungil memanggilnya.Sacha menoleh dan melihat Princess di gendongan William. Keduanya masuk ke dalam kamar dan duduk di samping Sacha. Putri kedua William itu tersenyum dan mengusak sayang kepala adiknya."Princess baru pulang kerja, ya?""Iya," jawab Princess sambil mengangguk."Capek?""Iya.""Senang?""Iya.""Princess mandi dulu sama suster, ya,"
Keyna tersenyum bahagia. Putrinya bisa memberikan ketenangan pada kakak-kakaknya yang telah dewasa. Setelah Frederix, Louis, kini Sacha pun tidur memeluk Princess di kamar anak.William menutup perlahan kamar Princess. Pasangan suami-istri itu melangkah ke kamar utama.“Kamu mau langsung tidur?” tanya William.“Belum mengantuk,” jawab Keyna.Tetapi, mereka tetap berbaring di ranjang. Keyna meletakkan kepalanya di dada William. Detak jantung sang suami terdengar jelas di telinganya.“Maaf, tadi aku menyuruhmu pulang cepat. Aku baru tau dari Bastian bahwa kamu sedang rapat.”“Tak masalah. Lagipula, rapat itu kurang maksimal.”“Kenapa?”“Karena aku tidak dapat marah-marah, padahal ada yang ingin aku protes dari para manager itu.”“Tumben kamu tidak bisa marah-marah.”“Princess tidur di pangkuanku. Bagaimana aku bisa marah?”Keyna tergelak. William menceritakan rapatnya di kantor tadi sore. Seperti biasa, Princess selalu ingin ikut namun berakhir tidur sebelum rapat selesai.“Princess tid
Sacha lulus dengan nilai baik.Wanita itu bahkan tidak percaya. Ia menuduh sang Daddy berkompromi dengan para dosen di universitas untuk memberikannya nilai baik.“Sungguh, Dad? Daddy tidak ada sangkut pautnya dengan nilai-nilaiku ini?” tanya Sacha masih tampak tidak percaya.Keyna terkekeh. Sementara William menggeleng entah sudah keberapa kalinya. Sacha terus saja menatap kertas nilai ujiannya.“Lama-lama Daddy bosan mendapat pertanyaanmu, Cha. Kamu memiliki gen cerdas. Kenapa menyangsikan hasil usahamu sendiri?” cetus William.Akhirnya Sacha tersenyum. Ia bangga pada dirinya sendiri. Proses panjang yang ia lalui membuahkan hasil yang baik.“Hari ini mau ke mana, Cha?” tanya Keyna.“Cedric mengajakku pergi ke suatu tempat,” jawab Sacha.“Kalian akan merayakan kelulusanmu?”“Tidak, Dad. Cedric bilang ia akan mengundang keluarga Dalton untuk merayakan kelulusanku sekalian rapat pernikahan kami.”William terdiam. Pernikahan Cedric dan Sacha. Akhirnya hari ini akan datang juga. Sang blil
Meeting masih berlangsung di kantor Frederix. Princess duduk di pangkuannya. Mencoret-coret kertas dan bergumam tak jelas.Tentu saja kelakuan Princess membuat peserta rapat gagal fokus. Mereka tertawa melihat tingkah Princess yang lucu. Hingga Frederix pun berkali-kali mengingatkan bawahannya untuk tidak menggoda adiknya."Princess akan semakin senang jika diperhatikan. Kalian fokus saja pada berkas," cetus Frederix."Keltas. Kakak, keltas," ucap Princess meminta kertas dengan suara cadel."Ssttt ... iya - iya. Ini kertasnya." Dengan sabar Frederix meladeni adiknya."Mau brm brm. Kakak, brm brm." Princess memberikan crayonnya pada Frederix."Gambar mobil?" Frederix menggambar apa yang diminta Princess."Yeayyy ... brm brm."Frederix mengusap sayang kepala Princess. Tak lama kemudian, balita cantik itu mengisap jempol dan menyandarkan tubuh di dada sang kakak. Frederix mengangkat tubuh Princess hingga kepala adiknya yang mengantuk kini berada di bahunya.Sambil terus memimpin rapat, F
Keluarga Dalton berdiri di depan bangunan besar. Mereka berjalan ke pintu utama. Cedric langsung menyambut di depan pintu."Terima kasih kedatangannya. Silahkan masuk," ucap Cedric dengan tulus.Lelaki tampan itu mengangguk santun pada William. Cedric masih sangat sungkan pada calon mertuanya itu. Walaupun akhir-akhir ini ia sudah jarang sekali menerima sindiran pedas.Sacha menggendong Princess. Mengajak keluarganya berkeliling. Mereka sampai pada dinding dengan pigura berisi sampul bagian depan majalah-majalah mode yang memajang foto Sacha."Wah, keren, Cha. Sudah banyak juga kamu menjadi cover majalah, ya," cetus Keyna sambil memperhatikan satu persatu foto di dinding."Ini tidak semua aku pajang, Key," balas Cedric."Kenapa? Bagus, lho.""Aku menyeleksinya karena ada beberapa foto yang menggunakan pakaian terbuka," cebik Frederix.Keyna terkekeh dan mengangguk mengerti. Ia juga protes pada Sacha yang pernah membuat foto berpakaian seksi. Sacha hanya menyeringai dan mengatakan itu
Jika pesta pernikahan Hanson dan Ferina kemarin bertabur banyak dokter, pesta pernikahan Sacha dihadiri banyak sosialita, model, artis, dan selebriti lokal maupun internasional.Eddie bekerja keras membuat tim pengamanan untuk keluarga Dalton. Setiap telepon genggam diberi perekat pada kameranya. Tidak ada yang boleh mengabadikan pernikahan kecuali photographer pilihan.Tentu saja banyak selebriti yang mengeluh. Namun tim keamanan tidak bergeming. Apalagi di surat undangan jelas tertera larangan memfoto.Sacha berdandan sangat cantik. Gaun berbahan brokat halus di bagian atas melekat pas di tubuh. Bagian bawah bertumpuk bahan satin yang mewah dan sedikit bercahaya.Cedric pun tampil menawan. Stelan tuxedo dipadu dasi pilihan Sacha. Matanya sejak pagi berair menantikan detik-detik pengesahan pernikahannya."Cantik banget sih, Cha," puji Keyna."Kamu selalu bilang begitu. Aku gugup sekali, Key." Sacha menggenggam tangan Keyna erat-erat.Tangan itu dingin. Keyna tersenyum simpul. Lalu be
Edzard yang sedang menarik Princess dan Jasmine terpaku di tempat. Ia melepaskan pegangan kedua tangannya lalu menoleh menatap William. Anak sulung Jaslan itu menurut kala William melambaikan tangan untuk memberi kode agar Edzard mendatanginya.William membungkuk saat Edzard menghampiri. Dada putra sulung Jaslan itu naik turun dengan napas memburu karena berlarian. William segera mengangkat dan memangku Edzard.Edzard paling tinggi di antara Princess dan Jasmine. Langkahnya sudah lebih stabil. Bicaranya juga cenderung jelas, tidak cadel seperti adik-adiknya."Lihat adik-adikmu, Edzard. Bayangkan kalau mereka jatuh. Kasihan, bukan?"Edzard memandang Princess dan Jasmine."Lagipula jika salah satu dari kalian jatuh, pasti akan ada orang dewasa yang marah karena kalian tidak berhati-hati. Ini bukan tempat untuk berlarian," cetus William lagi.Edzard mengangguk mengerti. William mengelus sayang kepala anak lelaki yang telah ia anggap sebagai putranya sendiri. Edzard pun tampak menurut pad