Apa lagi ini? gumam William dalam hati. Kenapa Keyna lebih tau segala sesuatu tentang putra-putrinya hingga ia sendiri merasa tidak memiliki andil? Lelaki itu menaik-turunkan bahu menjawab pertanyaan sang istri.Keyna menceritakan apa yang ia lihat di layar telepon genggam Frederix barusan. Ia menduga Louis saat ini telah memiliki kekasih. Dan Frederix tidak setuju pada hubungan tersebut.William berpikir cepat. Untung saja ia selalu memastikan keamanan putra-putrinya. Bilioner itu langsung menghubungi pengawal."Frederix mungkin tidak setuju karena mempengaruhi kinerja," duga Keyna."Tetapi aku lihat baik Louis maupun Frederix bekerja secara profesional, Baby," kilah William."Iya, sih. Aku juga mengamati begitu." Keyna tampak berpikir keras."Sudahlah. Jangan terlalu dipikirkan. Mereka sudah dewasa, bukan? Biarkan mereka menyelesaikan masalah masing-masing. Aku yakin mereka mampu mencari solusi terbaik."Keyna mengembuskan napas panjang lalu mengangguk. Ia setuju dengan pernyataan W
Kapal layar William tidak besar. Namun, cukup mewah dan sangat bersih. Frederix menikmati kebersamaannya dengan sang Daddy."Aku baru tau Daddy memiliki kapal layar ini.""Daddy baru sadar saat Keyna menyuruh Daddy memanfaatkannya atau ia mengancam akan menjual kapal ini."Tawa Frederix meledak. "Jadi, Keyna yang menemukan harta karun ini? Pasti di deretan aset-aset Daddy yang ia baca.”"Betul sekali.""Aku suka, Dad. Walaupun agak panas, tapi ini cukup menyenangkan dan menenangkan.""Lebih menenangkan dari kemping di hutan?"Frederix menoleh ke samping menatap wajah sang Daddy yang juga sedang mengamatinya. Lelaki muda itu hanya menjawab dengan mengulum senyum."Daddy tau akhir-akhir ini aku senang sekali kemping?""Tau.""Aku sudah menduga. Pengawal Daddy jelas terlihat mengawasiku."William berkilah saat itu ia dan Keyna sangat khawatir. Padahal, ketika itu William ingin cepat mengabari tentang kesuksesan putranya. Dan Frederix tiba-tiba menghilang.Frederix juga mengungkapkan bahw
Mereka tidak melanjutkan perbincangan. Kru kapal sudah menyalakan mesin. Mereka kembali berlayar.William dan Frederix berdiri di samping kru kapal. Pemandangan di sekitar mereka cukup mengejutkan. Banyak nelayan yang terombang-ambing dengan perayu kayu yang hancur.Sang bilioner memerintahkan kru kapal yang lain untuk membantu. Beberapa nelayan akhirnya ditampung di kapal William. Frederix membagikan minuman dan makanan yang tersedia.Sampai di pelabuhan, Cedric dan Louis terlihat berlari-lari menyambut William dan Frederix."Dad, Kak Fred, kalian gak papa?" pekik Louis sangat khawatir.William dan Frederix menjadi shock. Keadaan pelabuhan porak poranda. Banyak yang terluka dan digotong menggunakan tandu. Cedric segera menyeret keduanya ke dalam tenda darurat."Buka pakaian kalian. Cepat."Cedric langsung menggunakan sarung tangan karet. William dan Frederix membuka pakaian mereka dan membiarkan Cedric melakukan pemeriksaan. Dan baru ketika diperiksa, mereka merasakan sakit di bebera
Tak terasa proyek kerjasama perusahaan Frederix dan Belle berakhir. Bisnis mereka sukses menembus pasar internsional. Ucapan selamat berdatangan ke perusahaan Frederix. Namun begitu, sikap Frederix tetap datar dan dingin pada Belle.Tepat seperti dugaan William, berbagai tawaran kerjasama kini banyak didapat Frederix. Apalagi setelah majalah bisnis mengumumkan bahwa dirinya telah berhasil menjadi milyuner muda. Lelaki itu menjadi sangat sibuk.Tidak ada lagi ruang untuk memikirkan perasaannya kepada Belle. Frederix kini semakin menjadi robot. Waktunya hanya digunakan untuk bekerja dan bekerja.“Lou …. “Frederix terdiam melihat pemandangan di ruang kerja Louis.Belle terlihat langsung mengusap matanya. Sepertinya ia sedang menangis. Sementara Louis tampak sedang memberikan perhatian pada wanita di sampingnya.“Hai, Kak Fred. Ada apa?” Louis langsung berdiri menyambut sang kakak.“Nanti saja. Jika urusan kalian telah selesai, kamu ke ruanganku,” cetus Frederix dengan nada datar.Frederi
“Ariana!” sentak Frederix pelan.Ariana membuka mata. Sial! Wanita itu mengumpat dalam hati. Segala ciuman dan sentuhan Frederix itu ternyata hanya khayalan liarnya.“Musiknya sudah berhenti,” ucap Frederix yang melepaskan tangannya dari pinggang Ariana.Dengan santai, Frederix bergabung dengan teman-teman lain yang sedang duduk sambil minum. Mereka langsung memberikan tempat untuk Frederix. Tak lama kemudian, para lelaki berbincang tentang bisnis masing-masing.Hingga kemudian salah seorang teman memberikan kabar gembira. Ia membagikan undangan pernikahan. Dengan bangga mengatakan bahwa akhirnya ia berhasil menemukan cinta dan tidak ingin melepaskannya lagi.“Maaf Fred. Bukan bermaksud membagi fokus antara kesuksesanmu. Masalahnya, kita jarang berkumpul. Jadi, ini saat yang tepat untuk menyebar undangan. Datang, ya,” ucap teman Frederix.“Tak apa. Kamu benar ini saat yang tepat untuk menyebar kebahagiaan. Semoga aku cepat tertular,” jawab Frederix sambil menatap undangan mewah di tan
“Aku tidak mengerti, Lou. Belle mengejar cinta siapa?” tanya Frederix bingung. “Lalu, apa hubungannya dengan kerjasama perusahaan kita?” “Terus-terang, Kak. Aku juga hanya bisa menduga. Belle tidak menceritakan rahasianya. Hanya saja, aku beberapa kali memergokinya sedang termenung dan memikirkan lelaki tersebut.” Frederix hanya mengangguk. Sungguh ia tidak mau tau siapa lelaki itu. Yang jelas ia berpikir, sudah pasti bukan dirinya. Frederix menatap iba pada sang adik. “Jadi, Belle menyukai lelaki lain?” Louis mengangguk. “Aku turut prihatin. Aku juga pernah berada dalam situasimu saat ini. Awalnya memang berat, seterusnya …. “Frederix menjeda kalimatnya. Ia tidak ingin membuat adiknya semakin sedih. “Pasti seterusnya juga akan berat,” Louis mencebik. Seulas senyum diberikan Frederix untuk Louis. “Tidak juga. Buktinya sekarang aku bisa move on dari Ariana.” Louis duduk menyamping menatap sang kakak. “Ceritakan, Kak. Bagaimana pesta bersama Ariana tadi.” Lima belas menit berik
Terdengar dengkuran pelan. Frederix menoleh ke samping, menatap sang adik. Louis ternyata sudah terlelap.Apa Louis mendengar pernyataannya barusan? Gumam Frederix dalam hati.Sepertinya tidak. Frederix mengembuskan napas panjang lalu mulai menutup mata. Sedetik kemudian, ia membuka matanya lalu tersenyum-senyum sendiri.Ini gila. Ternyata ada kemungkinan Belle menyukainya. Kalau benar, aku tidak bertepuk sebelah tangan. Frederix kembali berucap dalam hati.Tapi,bagaimana dengan Louis? Bukankah ia akan bertambah patah hati jika melihat kakak dan wanita yang disukainya menjalin hubungan serius? Ia harus bagaimana sekarang? Semuanya terasa serba tak enak.Entah pukul berapa Frederix tertidur. Ia bermimpi melihat Belle menangis. Tetapi, tangannya tidak dapat meraih wanita cantik tersebut.“Kak. Kak Fred.” Louis menguncang-guncang lengan sang kakak untuk membangunkannya.“Hem?” Frederix membuka setengah matanya. “Apa?”“Sudah jam sembilan. Barusan Keyna menelpon dan menyuruh kita sarapan,
“Lou!” panggil Frederix. Louis menoleh. Frederix berlari menghampirinya. Louis menunggu sang kaka mendekat. “Kenapa, Kak?” “Kamu ada agenda apa hari ini?” “Agenda hari ini?” “Ck, aku sudah lama sekali tidak mendengarmu menjawab dengan pertanyaan. Ternyata kebiasaan itu masih ada,” gerutu Frederix. “Hehe, maaf. Aku belum memiliki agenda apa-apa hari ini. Entahlah, rasanya malas sekali.” “Hmmm … kalau begitu, kamu bisa mengantarku?” Keduanya lalu berbincang sambil berjalan. Mereka menuju kamar Louis. Pemuda itu membuka pintu dan mempersilahkan kakaknya masuk. “Mengantar ke mana, Kak?” “Aku ingin bersenang-senang. Apa usulmu?” “Hah? Maksudnya?” “Kamu pasti tau tempat yang mengasyikkan. Tempat untuk kita menghibur diri.” Louis menatap lelaki di hadapannya dengan dahi berkerut. Bersenang-senang bukanlah kebiasaan Frederix. Kenapa tiba-tiba kakaknya ini ingin hiburan? Tangan Lou