Akhir minggu ini adalah hari pernikahan Bianca dan Alex. Sebenarnya keluarga Dalton juga mendapat undangan. Dengan berbagai pertimbangan, William akhirnya setuju mereka menghadiri pesta tersebut. Selain karena William memang berhubungan baik dengan Alex dan keluarganya. William juga memiliki niat untuk memperlihatkan Keyna pada keluarga Cedric.Namun begitu, William mengatakan pada putra-putrinya bahwa ia dan Keyna tidak akan menginap. Setelah acara pesta, mereka akan langsung kembali ke mansion mengingat mereka meninggalkan Princess sendirian. Louis tentu saja langsung protes.“Kalau begitu, aku tidak perlu ikut. Aku temani saja Princess. Masa Princess sendirian di mansion?” sungut Louis.“Memang kenapa kalau kita membawa Princess, Dad?” tanya Frederix. “Usia Princess kan sudah hampir dua bulan. Aku rasa ia sudah bisa naik pesawat."“Iya, Dad. Princess ikut saja, ya,” pinta Sacha.Setelah berdiskusi dengan Keyna dan dokter anak, akhirnya Princess diperbolehkan ikut. Semua bernapas le
Bukan hanya masalah profesi, Sacha juga mendapat banyak pertanyaan tentang Keyna. Mereka masih sangsi apa benar Keyna yang barusan mereka lihat adalah wanita yang dulu hampir dinikahi Cedric.“Iya, betul. Itu Keyna yang sama.” Sacha hanya dapat mengulum senyumnya seraya menjawab pertanyaan tersebut.Justru Cedric yang merasa tidak nyaman. Sebenarnya, ia hanya takut, Sacha merasa tersinggung. Walaupun tunangannya tersebut terlihat santai saja.“Tenang. Aku sudah mempersiapkan diri untuk ini,” bisik Sacha saat Cedric mengungkapkan kekhawatirannya.Hingga akhirnya pesta usai, dan mereka kembali ke hotel masing-masing. Keyna dan William benar-benar tidak membuang waktu, mereka langsung kembali ke mansion. Meskipun Louis mendapat kabar bahwa Princess tidak rewel sama sekali mengikuti perjalanan pertamanya keluar kota.Malam harinya, Cedric merencanakan makan malam dengan Sacha dan keluarganya. Sacha mengangguk setuju.“Kalian mau ke mana?” tanya Louis.“Makan malam bersama keluargaku,” jaw
William dan Frederix tergelak. Mereka baru saja mendengar laporan Louis tentang makan malamnya bersama keluarga Cedric. Hanya Keyna saja yang memberikan senyum tipis sambil mengembuskan napas panjang.“Aku mintaa maaf karena tidak bisa menemani Sacha dan Louis, Dad. Padahal aku juga ingin sekali bertemu dan berbincang dengan ayah dan adik Cedric,” ucap Frederix.“Tenang saja, aku mengerti, Fred.” William menepuk bahu sang putra sulung. “Lagipula Louis sudah dapat mewakili kita semua.”“Iya, Lou. Kamu hebat.”“Sindiran yang akan membuat mereka berpikir beribu kali lipat untuk menemuiku.”Frederix dan William memuji Louis. Pemuda itu lalu melanjutkan bagaimana ia menceritakan bahwa Keyna adalah salah satu dokter jantung favorit di kota mereka. Bahkan mengungkapkan jika William telah membangun sebuah rumah sakit jantung.William yangakhirnya sadar lebih dulu istrinya hanya diam tanpa berkomentar apa pun. Lelaki itu menoleh ke samping dan memperhatikan Keyna yang sedang menyesap tehnya p
Hubungan Cedric dan Sacha belum bisa dibilang mulus. Cedric sempat berpikir William akan membaik sikapnya setelah memperbolehkannya berfoto bersama pada pernikahaan Bianca dan Alex. Namun, ternyata ia salah.Beberapa kali William menggagalkan kencannya bersama Sacha. Bilioner itu berkata Sacha kelelahan jika hampir setiap hari berkencan padahal ia kuliah dan bekerja. Cedric mengangguk santun lalu mundur teratur.“Maaf ya, Cha. Aku tadi sudah sampai di mansion, tetapi William tidak mengizinkanku bertemu denganmu,” ucap Cedric yang langsung menelepon tunangannya.“Iya. Keyna sudah memberitahuku,” balas Sacha.“Keyna bilang apa?”“Katanya aku harus sabar. William sedang menguji kita.”Hembusan napas panjang terdengar dari hidung Cedric. Sebenarnya ia sangat ingin menikahi Sacha secepatnya. Namun, mengingat William dengan keras kepala mengajukan syarat, ia mau tak mau menurut.Satu tahun. Waktu yang cukup lama bagi Cedric menunggu Sacha menyelesaikan kuliahnya. Namun begitu, ia sadar Sach
Cedric merawat Louis secara intensif. Apalagi setelah beberapa jam pemuda itu lalu muntah-muntah. Hingga Lluis merasa kehabisan tenaga."Apa tidak ada obat anti muntah?" keluh Louis pada Cedric."Sebaiknya memang kamu muntah, Lou. Agar racun dalam tubuhmu ikut keluar. Hanya hari ini saja kok. Besok sudah tidak muntah lagi," ucap Cedric."Jadi besok aku belum boleh pulang?" sungut Louis."Masih harus diinfus. Kamu kehilangan banyak cairan karena muntah.""Tapi aku kasihan pada Princess. Apalagi ia belum diperbolehkan menjenguk ke rumah sakit, aku jadi rindu padanya." Mata Louis kini berkaca-kaca."Kalau begitu, kita lihat besok, ya. Yang penting kamu harus tetap makan dan minum yang disediakan rumah sakit."Louis hanya mengangguk. Sacha yang sejak tadi mendengar langsung menelepon Keyna. Ibu sambung mereka itu mengatakan bahwa Princess sedang tidur.Namun begitu, Louis ingin tetap melihat adiknya. Akhirnya Keyna meletakkan layar kamera di sebelah putrinya sehingga pemuda itu bisa melih
Sacha menggeleng keras. "Tidak, Dad. Cedric tidak pernah memperlakukanku secara berlebihan. Bahkan saat kami pergi bersama, ia memasang alarm pulang jam sepuluh malam."Sekali lagi, William mengangguk. Sebenarnya ia pun mendapat informasi yang sama dari pengawal Sacha. Sang bilioner hanya ingin mendengar langsung dari sang putri."Bagus. Walaupun kalian sudah bertunangan, Daddy harap kalian tetap bisa menjaga diri terutama kamu. Jaga kehormatan seorang wanita," ucap William."Iya, Dad," janji Sacha.Saat mereka kembali ke ruang perawaran Louis, Frederix sedang bekerja di sofa. William menggeleng samar. Putra sulungnya itu benar-benar persis dirinya. Pekerja keras."Daddy, aku harus kembali ke mansion. Mau bersiap untuk makan malam dengan klien," ujar Frederix saat melihat William masuk."Ok, Daddy ikut kamu.""Cha yang menunggui Louis, ya.""Bilang saja Kak Cha mau pacaran sama Cedric di sini," sindir Louis.Sontak saja Sacha membulatkan matanya kepada Louis. Pemuda itu malah terkekeh
"Hai, Fred."Frederix berjengit pelan. Ia menoleh ke samping. Keyna menghampiri dengan piyama pendeknya."Key? Masih bangun?""Tidak, terbangun tepatnya. Princes masih terjaga satu kali setiap malam untuk menyusu, lalu biasanya setelah itu aku lapar.""Oh. Jadi kamu mau makan sekarang? Bastian sudah masuk kamar.""Iya, tak apa. Aku makan buah saja."Keyna membuka kulkas. Mengambil anggur, apel dan pisang. Memotong-motong buah tersebut lalu mencampurnya dengan yogurt."Kamu sendiri? Kenapa masih bangun? Baru pulang?""Iya. Baru selesai makan malam dengan klien.""Lancar?""Lancar. Hanya saja aku cukup terkejut dengan keputusan CEO-nya yang memberikan proyek besar ini untuk diserahkan pada putrinya.""Oh ya? Bagaimana ceritanya?"Secara garis besar Frederix menceritakan pertemuannya dengan Philippe dan Belle. Keyna merasakan ada nada tertekan setiap kali lelaki itu menyebut nama Belle. Namun, ia mengabaikan perasaan itu."Semoga saja Belle adalah wanita yang cepat belajar sehingga proye
Di dalam ruang perawatan Louis, Frederix merasa seperti nyamuk. Belle dan adiknya bertukar cerita. Louis memang pemuda yang ramah dan mudah bergaul sehingga bisa langsung akrab dengan Belle.Tidak ingin mengganggu keduanya, Frederix pamit untuk ke kafe. Di sana, ia melihat Cedric dan Sacha. Tampaknya mereka juga sedang berdiskusi serius.Frederix akhirnya memilih kafe lain. Ia juga tidak ingin mengganggu kebersamaan Cedric dan Sacha. Lelaki itu duduk sendiri di pojok kafe.Beberapa saat kemudian."Tuan Fred," panggil Belle.Frederix menoleh. Tak sadar ia telah lama meninggalkan Belle di kamar perawatan Louis. Lelaki itu melirik arlojinya, ternyata sudah lebih dari satu jam ia duduk sendirian di kafe."Ya? Sudah selesai?" tanya Frederix."Sudah. Kita harus kembali ke kantor, bukan? Lagipula sudah ada Nona Sacha yang menunggui Louis."Frederix mengangguk. "Kamu sudah berkenalan juga dengan Sacha?""Sebenarnya aku sudah mengenal Sacha dari sosial media. Tapi ternyata aslinya sangat ramah