Sacha mendongak dan memberengut menatap sang Daddy. “Kami memang sudah berjauhan, Dad. Cedric kan sedang dalam pendidikan. Kami sudah lama tidak bertemu.”“Maksud Daddy, bertemu secara virtual melalui alat komunikasi.”Sacha memberikan telepon genggamnya. “Ini, Daddy cek saja sendiri. Cha nggak pernah berkomunikasi dengan Cedric sejak berbulan-bulan lalu.”“Tidak perlu.” William menolak menerima telepon genggam putrinya. “Kalau Daddy mau tau, Daddy sudah mencari informasi tentang kedekatan kalian.”“Berarti Daddy tau dong, Cha nggak pernah berhubungan lagi dengan Cedric.”“Tidak. Daddy tidak mencari tau. Keyna melarang Daddy untuk menyelidikinya.”Sacha terdiam. Ia kembali merebahkan kepalanya di lengan atas William. Hatinya sudah bertekad untuk membalas apa yang Cedric lakukan.*****Di rumah sakit, Hanson dan Keyna bertemu di ruang dokter. Mereka sempat berbincang sedikit. Keyna mengatakan apa yang ia bicarakan semalam dengan William.“Aku sudah menduga begitu. Kak Will pasti tidak
Sacha menikmati kehidupan barunya sebagai mahasiswi. Dengan cepat, ia memiliki banyak teman. Materi perkuliahan yang cukup padat tidak menyurutkan semangat wanita cantik itu.Sementara itu, saat akhir pekan, mereka bersiap ke luar kota. Sebelumnya, Sacha melakukan pemotretan. Keyna dan William selalu berusaha untuk hadir dan mendukung kegiatan Sacha."Cha, cantik banget ya, sayang," ucap Keyna sambil mengusap-usap perutnya. "Semoga bayi ini bisa secantik kakaknya.""Bagaimana kalau bayinya lelaki dan ia sejahil Kak Louis?" canda William.Keyna mendelik sewot. "Wajahnya boleh setampan Louis, tetapi semoga saja sifat jahilnya tidak.""Kita tidak akan pernah tau sampai bayi ini lahir," kekeh William seraya mengelus perut Keyna. "Tetapi, yang terpenting kamu dan bayi sehat.""Aamiin."Pasangan suami-istri itu kembali mengamati pemotretan yang dilakukan Sacha. Tema yang diusung kali ini adalah pakaian mahasiswa dari brand kekinian.William lalu mengernyit tak suka saat ia melihat putrinya
Beberapa jam kemudian, William, Keyna dan Sacha sudah bertemu dengan Frederix dan Louis. Mereka makan malam dengan akrab. Louis tampak takjub melihat perut Keyna yang telah terlihat membesar.“Cepat sekali perkembangannya. Apa bayinya besar?” tanya Louis.“Tidak. Berat bayi normal. Hanya mommynya saja yang banyak makan jadi memang melebar,” jawab Keyna.Louis terkekeh. Pemuda itu mengamati wajah Keyna. Ibu sambungnya memang terlihat lebih chubby. Namun, tetap cantik dan malah terlihat lebih segar.“Tapi wajahmu jadi terlihat lebih berseri dan bersinar lho, Key,” puji Louis.“Itu yang dinamakan aura kecantikan ibu hamil,” cetus William sambil mengusap lembut punggung sang istri.“Bagaimana dengan aura ketampanan bapak siaga?” canda Louis pada sang Daddy.William tersenyum mendapat perhatian dari putranya. “Daddy semakin membaik. Tenang saja.”“Sudah tidak muntah-muntah, Dad.” Kali ini Frederix yang bertanya.“Masih. Hanya sudah mulai berkurang.”Keyna lalu menceritakan gejala yang dial
Tanpa menoleh lagi ke belakang, Cedric bergegas keluar dari restoran. Ia menancapkan kakinya pada pedal gas mobil dalam-dalam. Hatinya terbakar emosi mengetahui keluarga benar-benar serius menjodohkannya kembali dengan seorang wanita.Mobil Cedric memasuki sebuah gedung apartemen. Langkah-langkah panjang membawanya sebuah pintu. Tak sabar, Cedric menekan bel dan menunggu seseorang membukakan pintu untuknya.“Kak Cedric?”Cedric masuk tanpa menyapa adiknya yang membuka dan melebarkan pintu.“Mana Papa?”“Mana Belinda?”Kedua adik kakak itu saling melemparkan pertanyaan. Hingga ayah mereka muncul dari salah satu ruangan.“Oh, ada Cedric. Bukankah Carol bilang kamu sedang kencan dengan Belinda?” ucap Hendrick seraya mendekati putra-putrinya.Cedric mendelik kesal pada Carol. Ia lalu meminta ayah dan adiknya duduk bersama. Mereka duduk berhadapan.“Aku minta kalian tidak lagi menjodohkanku dengan sembarang wanita,” ucap Cedric pada Hendrick dan Carol.Kedua orang di depan Cedric terlihat
Keyna berdandan sangat cantik. Baju hamil terusan tepat di atas lutut, sepatu heels rendah dan tas kerja dari brand kenamaan dunia menyempurnakan penampilannya. Rambutnya selalu terurai indah, wajah Keyna berpoles make up tipis.“Apa kamu sadar bahwa kamu tambah cantik?” William memeluk istrinya dari belakang dan ikut menatap cermin di depan mereka.Keyna hanya tersenyum simpul. “Benar kata banyak orang, ya.”“Apa?”“Uang banyak bisa merubah penampilan orang.”William menggeleng. “Kamu cantik sejak dulu, bahkan sebelum memiliki banyak uang.”“Tapi, karena uang banyak, aku bisa membeli skincare, ke salon untuk perawatan, membeli pakaian dan aksesori bagus yang menunjang penampilan,” kilah Keyna.“Merawat diri dan berpenampilan tidak harus mahal, Baby. Buktinya saat kamu belum mampu membeli skincare kamu sudah cantik, sehingga seorang bilioner memaksamu untuk mengikat pernikahan,” cetus William.Keyna tergelak geli. Wanita hamil itu merapatkan tubuhnya dan melingkari tangannya ke leher
“Kamu tidak apa-apa, sayang?” tanya Keyna pada William.“Tidak. Hanya muntah satu kali. Jangan khawatir,” jawab William sambil mengelus punggung Keyna untuk menenangkan istrinya.“Ya sudah. Kamu pulang saja sekarang. Istirahat di mansion. Aku yang akan menunggui Sacha di sini.”“Oh, tidak boleh. Kamu tidak akan nyaman tidur di sini,” tolak William.“Aku sudah biasa di rumah sakit, sayang. Tidak apa-apa kok.”“Tapi, kamu sedang hamil. Aku saja yang menunggui Sacha.”Berbagai pertimbangan dikemukan William. Walaupun keduanya agak berat berpisah, namun akhirnya mereka setuju, William yang akan menginap di rumah sakit untuk menemani Sacha. Sebelum pulang, Keyna memeriksa kesehatan suaminya terlebih dahulu.“Kalau sulit tidur kamu telepon aku, ya,” cetus Keyna.“Aku akan sulit tidur karena tidak memelukmu, Baby.”Keyna terdiam. Ia sedang memeriksa tekanan darah dan denyut nadi sang suami. Setelah selesai, wanita hamil itu membereskan perlengkapan kedokterannya.“Apa aku juga menginap saja?
Bukannya menjawab, Hanson malah meledakkan tawanya. Tangannya yang sejak tadi membelai rambut Sacha kini menarik rambut tersebut. Sacha memegangi kepalanya yang sakit sambil memberengut.“Saking frustasinya kamu sampai melamarku, heh? Kita baru saja putus, masa tiba-tiba menikah?” balas Hanson.“Habisnya aku lelah.”“Lelah menanggung rindu?”Sacha tidak menjawab. Ia malah memainkan jari-jari Hanson. Wanita itu memang bercanda saja saat melontarkan pertanyaan yang ia tau jawabannya sangat tidak memungkinkan bagi Hanson untuk mengatakan iya.“Atau kamu sedang latihan melamar Cedric?”“Ngaco!”“Eh, ada lho wanita yang melamar pria.”“Tetapi, yang jelas bukan aku.”“Lalu, apa yang barusan kamu lakukan?”“Iseng!”Hanson kembali tergelak. Ia mengambil telepon genggamnya yang tadi ia letakkan di meja nakas. Lalu, mengotak-ngatiknya sebentar, kemudian memberikannya pada Sacha.“Lihatlah, ini. Siapa tau bisa sedikit mengurangi rasa penasaran dan rindumu,” tukas Hanson.Telepon genggam Hanson k
William menggeser korden saat mendengar Sacha telah selesai berbicara pada teleponnya. Bilioner itu tersenyum dan langsung menghampiri sisi ranjang. Tangannya mengelus sayang kepala sang putri.“Hai, Cha. Habis bicara dengan siapa?”“Mmm … teman Sacha, Dad.”“Oh, mau menjengukmu ke sini?”“Tidak. Ia hanya menanyakan kabar saja.”“Hmm … Cedric, ya?”Kepala Sacha mengangguk takut-takut.“Kamu bilang kalian tidak pernah saling bertukar kabar?”“Baru kali ini Cedric menelepon karena mendapat berita aku sakit, Dad,” kilah Sacha.“Oh.” William menjawab singkat.“Mana Keyna, Dad?” Sacha berusaha mengalihkan perbincangan.“Keyna sedang mengurus kepulanganmu di loket administrasi dan berbicara dengan dokter yang menanganimu.”“Maaf, aku jadi merepotkan Daddy dan Keyna.”William menggeleng. Tangannya kembali mengelus kepala Sacha. Menenangkan putrinya bahwa baik ia dan Keyna sama sekali tidak merasa direpotkan oleh Sacha.Beberapa saat kemudian dua orang pelayan masuk ke dalam ruang perawatan.