Setelah saling bercerita, mereka membereskan perlengkapan makan bersama. Keyna kembali takjub pada suaminya. Meskipun William seorang bilioner, tetapi ia tidak sungkan mengerjakan pekerjaan rumah tangga.Seperti saat ini, ia sedang mencuci piring dan perlengkapan memasak yang baru saja mereka gunakan. Keyna membantu sambil sesekali bercanda dengan suaminya. Tubuh bagian atas William yang tidak tertutup pakaian basah oleh cipratan air cuci piring.“Kenapa kamu jahil sekali, Baby?” William mendengus geli.“Karena aku suka sekali menjahilimu,” canda Keyna.“Terserah. Yang jelas, sekarang kita harus mandi. Ayo!” William menyeret tangan istrinya masuk ke kamar mandi.Kamar mandi itu pun memiliki jendela besar. Pemandangan di luar terlihat jelas. Keyna langsung merasa risih.“Bagaimana jika ada orang yang lewat? Mereka bisa melihat kita mandi, dong?”“Tenang saja, Baby. Kaca ini mirip de
“Hai, Dad.”“Kami membawakan makanan.”“Juga pakaian.”Frederix, Sacha dan Louis berdiri di depan pintu dengan senyum di wajah masing-masing. Mereka memperlihatkan barang-barang yang mereka bawa. William menyambut putra-putrinya dengan membalas senyum mereka.“Masuklah.” William melebarkan pintu agar ketiga anaknya dapat masuk ke dalam.Keyna berdiri canggung. Ia mengamati Frederix, Sacha dan Louis yang melenggang santai dan langsung masuk menuju ruang makan. Mereka berbincang seperti tidak ada Keyna di sana. Akhirnya, wanita itu memilih masuk ke dalam kamar.Meja makan langsung penuh dengan berbagai makanan dan minuman. Louis bercerita bahwa mereka mendapatkan signal dari mobil sport Daddynya di tempat ini. Frederix lalu memutuskan mengajak adik-adiknya untuk menyusul.“Terima kasih,” ucap William pada ketiga anaknya. “Kebetulan Daddy dan Keyna sudah sarapan barusan.”Saat itulah, William sadar bahwa Keyna tidak ada di sekelilingnya. Dadanya mulai berdebar kencang. Ia mengamati sofa
“Selamat datang kembali, Nyonya Dalton,” ucap Bastian dengan sikap hormat.Keyna tersenyum. “Terima kasih, Bastian.”“Saya sudah menyiapkan semua barang-barang Tuan dan Nyonya di kamar utama di lantai dua.”“Terima kasih, Bas.” William menepuk bahu Bastian saat akan melewatinya.Kamar yang ditempati Keyna dan William merupakan kamar paling besar di mansion. Ruang kerja William kini menyatu dengan dalam satu ruangan tersebut. Bastian mengatur sesuai dengan permintaan Tuan Besarnya.“Suka? Atau ada yang mau kamu rubah design kamarnya?” tanya William.“Besar sekali, Will. Kamar ini seluas rumahku, lho.”William terkekeh. “Itu karena aku menggabungkan dua ruangan menjadi satu. Lihat, itu ruang kerjaku. Karena saat aku bekerja, aku juga tidak ingin jauh darimu.”Mendengar pernyataan William, Keyna langsung menghambur masuk ke dalam pelukan suaminya.
Sacha memandang Keyna dengan tatapan terharu. Wanita yang baru saja masuk ke kehidupan keluarganya begitu perhatian. Hingga rela belajar keras untuk merawat Daddy dan adiknya.“Terima kasih, ya, Key. Kamu benar-benar wanita yang baik hati,” puji Sacha dengan tulus.“Tidak perlu berterima kasih. Aku merasa memiliki kewajiban untuk membantu menjaga kesehatan William dan Louis juga keluarga Dalton.”“Akh … aku jadi sedih.”“Eh, kenapa?”“Hiks, hiks, karena aku dulu sangat kasar padamu. Aku sangat menyesal!” Sacha melirih sambil terisak.William segera memeluk putrinya. Sama seperti Sacha, bahkan ia sendiri pun belum memaafkan dirinya karena membiarkan Keyna pergi. Apalagi semakin hari, Keyna semakin meperlihatkan kebaikan hatinya.“Sudah, Cha. Tuhan memang begitu padaku. Aku selalu diberi tantangan berat dulu sebelum menggapai kebahagiaan. Yang penting, sekarang aku bahagia bersama kalian,” tutur Keyna.William lalu memperhatikan dua wanita yang disayanginya saling berpelukan. Keyna meng
“Penyakit mental apa?” Keyna semakin penasaran.“Narcissistic Disorder.”Keyna termenung. Gangguan narsistik adalah perilaku di mana penderitanya menginginkan semua orang kagum kepadanya. Tidak memiliki empati pada orang lain. Penderita narsistik hanya mencintai dirinya sendiri.“Dahlia sangat senang menjadi pusat perhatian. Semakin lama perilakunya semakin narsis. Saat hamil, semua orang kembali memujinya. Apalagi Fred lahir dengan wajah yang sangat tampan. Perhatian kembali ia dapatkan karena berhasil melahirkan bayi rupawan.”Dengan wajah serius Keyna mendengarkan. William melanjutkan cerita bahwa setelah itu, Dahlia menginginkan anak perempuan. Tentu hanya ingin semua orang kembali kagum padanya. Sacha lahir dan ia kembali mendapatkan pujian berlimpah.“Aku sama sekali tidak sadar tentang perilaku tersebut. Menurutku wajar saja wanita senang dipuji. Namun, lama-kelamaan, perilaku itu akhirnya mempengaruhi kehidupanku dan anak-anak.”“Bagaimana itu bisa mempengaruhi kalian?”“Dahli
Sampai di ruang makan, Frederix dan Sacha sudah menunggu. Kedua putra dan putri William tersebut sudah berpakaian rapi. Mereka memang selalu beraktifitas pagi hari.“Pagi, Dad,” sapa Sacha seraya mencium pipi William.“Pagi, Cha. Jam berapa pemotretanmu?”“Jam sepuluh, Dad.”“Semoga lancar pemotretannya ya, Cha,” cetus Keyna.“Hehe … terima kasih, Key.”“Dad, bisa tolong baca laporanku sebentar?” tanya Fred.William mengangguk. Ia meletakkan cangkir tehnya dan menerima berkas dari putra sulungnya. Sesaat kemudian kedua lelaki beda generasi itu berdiskusi tentang bisnis perusahaan mereka.“Bagus, Fred. Daddy yakin, klienmu akan tertarik.”“Sebenarnya banyak yang kurang setuju dengan proposal ini, Dad. Karena menurut mereka harga yang aku tawarkan terlalu tinggi.”“Produk dan jasa yang baik memang memiliki harga tinggi. Jika ada klien yang keberatan, berarti klien itu memang bukan pasaran dari produkmu. Tenang saja. Daddy mendukung proposal itu. Kamu membuat itu sendiri?”“Sejujurnya, K
“Aku hanya belum terbiasa dengan mobil balap listrik itu, Dad,” sanggah Louis.Mereka berada dalam ruang pribadi pembalap. Pelatih, manager serta promotor Louis seketika sibuk. Mereka langsung mengobservasi kendaraan yang digunakan Louis.“Kalau belum terbiasa, mengapa langsung menyetirnya dengan kecepatan sangat tinggi?” William menaikkan alisnya.“Memang aku harus mencoba kecepatan maksimalnya. Dad.”“Tapi itu berbahaya sekali. Mobil itu bisa panas, lalu terbakar.”Louis terdiam. Dugaan Daddy memang ada benarnya. Ia lalu memilih tidak berkomentar lagi pada pernyataan Daddynya yang sedang emosi.“Keyna, temani Louis. Aku mau bicara dengan timnya lebih dulu.” William segera keluar dari ruang pribadi pembalap.Keyna terkesiap. William memanggil namanya. Bukan panggilan sayang seperti yang selalu ia ucapkan. Lagi-lagi, wanita itu merasa sedih.Namun begitu, Keyna tidak m
Makan malam hari ini dipenuhi cerita tentang latihan Louis. Fred dan Sacha terlihat terkejut mendengar mobil balap yang dikendarai adiknya berasap tebal saat digunakan. Mereka menggelengkan kepala dengan raut wajah khawatir."Untung saja kesehatan Daddy sudah membaik sehingga tidak kambuh sakit jantungnya.""Bagaimana dengan jantungmu? Aman?"Fred dan Sacha saling mengungkapkan rasa khawatir. Louis menenangkan dengan berkata bahwa kejadian tersebut sudah biasa terjadi di sirkuit. Ia juga berkata jantungnya saat ini baik-baik saja."Benar jantungnya tidak apa-apa setelah mengalami kejadian tak terduga itu?" Sacha bertanya pada Keyna."Aku langsung mengecek detak nadi dan jantung Louis. Aman," balas Keyna."Syukurlah." Sacha dan Fred menyahut bersamaan."Daddy tidak apa-apa?" Fred bertanya pada William."Daddy marah-marah pada timku." Louis mengadu.Fred tersenyum menanggapi pernyataan Louis. "Aku yakin begitu.""Daddy hanya memastikan bahwa timmu mengecek segala persiapan kendaraan yan