Keyna memperlihatkan foto berpigura tersebut kepada keluarga Dalton. Foto yang menampakkan gambar Papa, Mama dan Keyna kecil dengan baju dokter dan stetoskop mainan mengalungi lehernya. William tersenyum dan memeluk istrinya.“Kenangan akan selalu tinggal di hati. Jangan terus disesali, Baby.” William menasehati istrinya yang kembali bersedih.Wanita itu menghapus air matanya dan mengangguk. Ia mengembuskan napas panjang untuk melegakan perasaannya. Lalu, memaksakan sebuah senyum sambil merapikan barang-barang masa kecilnya dan memasukkannya kembali ke kotak.“Kita foto bersama, yuk,” ajak Keyna.Mereka mengatur posisi. Tampak seperti keluarga besar yang kompak. William pun merasakan persaudaraan yang dekat dengan keluarga Armand. Bagaimana tidak? mereka begitu menyatu, tiba-tiba saling terkoneksi.Frederix terlihat nyaman berbincang tentang management rumah sakit bersama Armand. Sacha seperti memiliki kakak perempuan lagi dengan Anna, Max begitu dekat dengan Louis. Sementara ia dan K
Frederix Menatap adik perempuannya yang tertunduk. Sacha tampak masih belum mau menceritakan apa yang terjadi. Kepalanya menggeleng lemah.“Tidak perlu, Kak. Bukan sesuatu yang penting,” cetus Sacha.“Kalau tidak penting, tidak mungkin kamu tiba-tiba kehilangan mood. Padahal saat berangkat kamu sangat bersemangat,” cecar Frederix.“Yakin Kak Fred mau mendengarkan curahan hatiku? Ini masalah perempuan. Kak Fred kan jarang sekali mau tau masalah kami.”Putra sulung keluarga Dalton itu tersenyum. Ia mengakui selama ini hanya sibuk mengurusi pekerjaannya sendiri. Sangat jarang ia membagi perhatian dengan adik-adiknya.Namun, begitu melihat Keyna sangat peduli pada semua anggota keluarga Dalton, hatinya tergerak. Keyna yang bukan satu darah dengan mereka saja begitu sayang dan selalu menunjukkan atensi yang besar pada keluarga Dalton. Mana mungkin ia yang jelas-jelas merupakan anak pertama tidak tau menahu tentang keluarganya sendiri.“Iya, maafkan aku. Selama ini aku hanya sibuk sendiri.
Sacha terdiam mendengar pertanyaan sang kakak. Ia sendiri pernah menanyakan hal tersebut pada diri sendiri. Sayang, jawabannya masih abu-abu."Ya sudah, kalau kamu belum mau menjawab," ucap Frederix penuh pengertian."Masalahnya aku juga belum tau jawabannya apa, Kak.""Mmm ... apa yang kamu suka dari Cedric?"Sacha tersenyum mendapat pertanyaan itu. Ia lalu menjawab dengan lancar. "Cedric itu sopan banget, Kak. Perhatian dan jarang menyentuhku secara fisik .... ""Tapi langsung hatimu yang tersentuh," potong Frederix sambil tergelak."Ouch!" Sedetik kemudian, Frederix mengusap lengannya yang dicubit keras oleh Laura.Mereka lalu saling melirik perangkat komunikasi saat ada notifikasi pesan masuk. Frederix membaca melalui smart watch yang melingkari lengannya."Daddy menanyakan keadaan kita," ucap Frederix."Ini keyna juga mengirim pesan kepadaku," balas Sacha."Daddy bilang Louis demam."Sacha menoleh menatap sang kakak. "Lho? Ada apa dengan Lou?""Keyna bilang hanya kurang istirahat
Hingga malam hari, pesta ulang tahun Frederix belum berakhir. Bahkan malam ini lebih banyak sosialita yang datang. Sacha dan Louis banyak mengundang teman-teman mereka.Meskipun undangan sangat mendadak, tetap saja para sosialita itu hadir. Mereka tidak akan melewatkan kesempatan berkenalan langsung dengan putra sulung keluarga Dalton. Apalagi, lelaki muda yang tampan itu diketahui belum memiliki pasangan."Apa kamu berniat menjodohkan Frederix dengan salah satu temanmu?" tanya Cedric yang juga hadir sebagai tamu undangan.Cedric adalah lelaki yang cerdas. Ia melihat sendiri bagaimana Sacha mengenalkan banyak wanita pada Frederix. Saat ini, kakak Sacha itu pun sedang mengobrol dengan beberapa wanita."Tidak. Keluarga kami tidak percaya dengan perjodohan," jawab Sacha.“Jadi, apa maksudnya kamu mengenalkan Frederix pada teman-temanmu itu?”“Yaaa … siapa tau ada yang berlanjut. Aku hanya membukakan jalan tetapi tidak memaksakan.”Cedric mengangguk mengerti. Mereka berdua duduk di taman
Tanpa merespon pernyataan Cedric, Sacha pergi. Wanita itu memghentak kakinya meninggalkan Cedric yang termangu sendiri. Ia segera menyusul langkah Sacha.Namun terlambat, Sacha sudah berkumpul dengan keluarga Dalton. Cedric masih sungkan berada di sana. Ia memilih duduk bersama tamu-tamu lain."Naah ini baru musik yang lebih manusiawi untuk telinga Daddy," ucap William saat alunan musik lembut terdengar.Keluarga Dalton terkekeh bersama. Sejak tadi, pemain band memang memainkan musik pop kekinian. William mengulurkan tangannya ke arah Keyna."Kita berdansa, Baby?" ajak William.Keyna menyambut tangan tersebut dengan senyum dan anggukan kepala. Keduanya melangkah ke tengah arena dan merapatkan tubuh masing-masing. Kemudian, bergerak pelan mengikuti irama lagu."Frederix terlihat bahagia sekali," ucap Keyna."Syukurlah. Terus terang saja aku tidak pernah memberikan kejutan ulang tahun seperti ini untuknya," balas William."Lalu, saat anak-anakmu ulang tahun, kamu memberikan apa?""Biasa
Semua orang bertepuk tangan. Hanya William saja yang mematung dengan satu tangan melingkari pinggang Keyna. Matanya menatap tajam pada pasangan yang baru saja mengumumkan kebahagiaan mereka.“Ada apa, sayang?” tanya Keyna.“Pasti ada sesuatu di balik pengumuman ini.”“Jangan berprasangka buruk dulu.”“Tidak. Aku yakin baik Sacha maupun Hanson tidak akan melakukan sesuatu yang tidak baik. Hanya saja hubungan mereka ini agak aneh.”“Mereka kan bilang hanya saling ingin mengenal lebih dekat, sayang.”William tidak menjawab lagi. Walaupun sejak awal, ia memang menginginkan Hanson berjodoh dengan putrinya namun ia sadar hubungan mereka akhir-akhir ini tidaklah baik. Jadi, bagaimana mungkin keduanya tiba-tiba mengumumkan kalau mereka berpacaran?“Aku ambil minuman dulu ya, Will. Aku haus,” ucap Keyna.“Sebentar, Baby. Tunggu di sini. Aku saja yang ambilkan.” William mencium pipi Keyna sebelum pergi.Seorang pelayan mengikuti William dengan membawa baki. Bilioner itu meletakkan berbagai minu
Keputusan bulat telah diambil. Hanson akan melakukan tindakan operasi untuk memperbaiki kinerja jantung Louis. Semua dilakukan lebih cepat karena Louis masih muda sehingga masa penyembuhan akan lebih cepat. Lagipula, menurut Hanson, mau tak mau, nantinya Louis memang harus dioperasi.Keluarga Dalton menunggu di depan ruang operasi. Kali ini Keyna tidak ikut menemani Louis. Meskipun pemuda itu langsung memberengut saat tau ibu sambungnya tidak diperbolehkan masuk.“Jadi sekarang nyawaku tergantung padamu?” Louis mencebik kesal pada Hanson.“Tidak. Nyawamu milik Tuhan. Aku hanya membantu merawat organ tubuhmu,” jawab Hanson singkat.“Berapa lama operasinya?”“Kalau lancar dua jam.”“Kalau tidak?”“Yaa … tidak tentu. Tergantung masalahnya, kenapa tidak berjalan lancar.”“Kau benar-benar dokter kacau!” desis Louis.Hanson tersenyum. Sudah berbaring di ranjang operasi saja, Louis masih bisa protes padanya. Entahlah bagaimana nasibnya jika ia jadi menikah dengan Sacha. Mungkin keluarga Dalt
Sacha balas menatap Cedric. Ia tidak percaya pada apa yang didengarnya. Mengapa tiba-tiba Cedric berkata bahwa ia adalah seseorang yang istimewa?“Orang yang termasuk istimewa itu adalah kekasih, tunangan, suami atau istri. Kalau kita kan hanya teman biasa. Jadi, tidak ada yang istimewa,” sanggah Sacha.Cedric mengulum senyum. Ia paham maksud Sacha. Tetapi, sebelum memperbaiki diri, ia tidak akan mengutarakan perasaannya.“Buatku seorang teman juga istimewa. Apalagi, kamu adalah satu-satunya teman wanitaku.”“Masa, sih?”“Iya, aku tidak memiliki teman wanita sebelum ini.”Saat mereka masih berbincang, tiba-tiba Frederix muncul. “Kenapa kalian berduaan? Di mana Hanson?”“Oh, tadi Hanson ada panggilan darurat.”“Pantas saja teleponnya tidak aktif. Louis sudah bangun. Ia mengeluh nyeri di bagian dada. Keyna sudah berangkat kuliah,” jelas Frederix.“Mari, kubantu periksa.” Cedric segera berdiri. “Apa kalian sudah memberitahu suster jaga?”“Sudah. Menurut suster itu karena obat biusnya sud