Tentu saja yang terlihat paling panik adalah Louis. Pemuda itu yang duduk di samping Max. Dan ia lah yang sejak tadi mengobrol dengan anak kecil itu."Aku tidak melakukan apa pun," cetus Louis sambil mengangkat tangannya dengan wajah bingung.Armand pun langsung meminta maaf atas perilaku Max. Ia mengangkat anak sulungnya dan berusaha menenangkan dengan menjauhi meja makan. Keluarga Dalton termasuk William yang tidak pernah berinteraksi dengan anak kecil pun ikut cemas."Kak Anna, Max tidak apa-apa?" tanya Keyna saat melihat Anna hanya mengembuskan napas panjang."Tidak apa-apa. Max sekarang suka ngambek kalau disuru melakukan sesuatu yang tidak ia sukai.""Makan sayur?""Salah satunya. Tapi kalau sudah ditenangkan Armand, sebentar lagi akan kembali ceria. Beda kalau sama aku, bisa ngambek seharian.""Hah? Bisa gitu, Kak. Bukannya Max juga nurut sama Kak Anna?""Nurut sih iya. Cuma yang bisa mengembalikan semangat, menasehati dan membujuk yaa cuma Armand. Aku nyerah."Perbincangan ant
Frederix menyeret adiknya menjauh. “Jangan sampai Daddy jantungan melihat aksi aneh-anehmu lagi!”“Apa sih, Kak. Petugasnya bilang aman, kok,” kilah Louis.Keduanya menatap William yang tampak masih serius berbicara pada petugas. Tak lama kemudian William mengangguk pada Louis. Pemuda itu langsung berjingkrang senang. Bahkan sebelum memakai pakaian penyelam, ia mengecup pipi sang Daddy.“Thanks, Dad. Ini pasti akan jadi pengalaman tak terlupakan.”William tersenyum mendapat kecupan dari sang putra bungsu. Keluarga Dalton yang lainnya duduk di depan aquarium besar. Mereka dapat melihat aksi Louis dan hiu dari luar. Keyna mengalungkan tangannya pada lengan William dan menyandarkan kepalanya di lengan atas sang suami. Sambil tetap memandang aquarium, tangan William mengelus tangan sang istri yang memeluknya.“Kenapa kamu izinkan Louis melakukan aksi ini, sih. Bikin khawatir saja,” keluh Keyna.“Kita semua tau, Louis adalah anak yang menyukai tantangan dan alam bebas. Ini kesempatan untuk
Keyna memperlihatkan foto berpigura tersebut kepada keluarga Dalton. Foto yang menampakkan gambar Papa, Mama dan Keyna kecil dengan baju dokter dan stetoskop mainan mengalungi lehernya. William tersenyum dan memeluk istrinya.“Kenangan akan selalu tinggal di hati. Jangan terus disesali, Baby.” William menasehati istrinya yang kembali bersedih.Wanita itu menghapus air matanya dan mengangguk. Ia mengembuskan napas panjang untuk melegakan perasaannya. Lalu, memaksakan sebuah senyum sambil merapikan barang-barang masa kecilnya dan memasukkannya kembali ke kotak.“Kita foto bersama, yuk,” ajak Keyna.Mereka mengatur posisi. Tampak seperti keluarga besar yang kompak. William pun merasakan persaudaraan yang dekat dengan keluarga Armand. Bagaimana tidak? mereka begitu menyatu, tiba-tiba saling terkoneksi.Frederix terlihat nyaman berbincang tentang management rumah sakit bersama Armand. Sacha seperti memiliki kakak perempuan lagi dengan Anna, Max begitu dekat dengan Louis. Sementara ia dan K
Frederix Menatap adik perempuannya yang tertunduk. Sacha tampak masih belum mau menceritakan apa yang terjadi. Kepalanya menggeleng lemah.“Tidak perlu, Kak. Bukan sesuatu yang penting,” cetus Sacha.“Kalau tidak penting, tidak mungkin kamu tiba-tiba kehilangan mood. Padahal saat berangkat kamu sangat bersemangat,” cecar Frederix.“Yakin Kak Fred mau mendengarkan curahan hatiku? Ini masalah perempuan. Kak Fred kan jarang sekali mau tau masalah kami.”Putra sulung keluarga Dalton itu tersenyum. Ia mengakui selama ini hanya sibuk mengurusi pekerjaannya sendiri. Sangat jarang ia membagi perhatian dengan adik-adiknya.Namun, begitu melihat Keyna sangat peduli pada semua anggota keluarga Dalton, hatinya tergerak. Keyna yang bukan satu darah dengan mereka saja begitu sayang dan selalu menunjukkan atensi yang besar pada keluarga Dalton. Mana mungkin ia yang jelas-jelas merupakan anak pertama tidak tau menahu tentang keluarganya sendiri.“Iya, maafkan aku. Selama ini aku hanya sibuk sendiri.
Sacha terdiam mendengar pertanyaan sang kakak. Ia sendiri pernah menanyakan hal tersebut pada diri sendiri. Sayang, jawabannya masih abu-abu."Ya sudah, kalau kamu belum mau menjawab," ucap Frederix penuh pengertian."Masalahnya aku juga belum tau jawabannya apa, Kak.""Mmm ... apa yang kamu suka dari Cedric?"Sacha tersenyum mendapat pertanyaan itu. Ia lalu menjawab dengan lancar. "Cedric itu sopan banget, Kak. Perhatian dan jarang menyentuhku secara fisik .... ""Tapi langsung hatimu yang tersentuh," potong Frederix sambil tergelak."Ouch!" Sedetik kemudian, Frederix mengusap lengannya yang dicubit keras oleh Laura.Mereka lalu saling melirik perangkat komunikasi saat ada notifikasi pesan masuk. Frederix membaca melalui smart watch yang melingkari lengannya."Daddy menanyakan keadaan kita," ucap Frederix."Ini keyna juga mengirim pesan kepadaku," balas Sacha."Daddy bilang Louis demam."Sacha menoleh menatap sang kakak. "Lho? Ada apa dengan Lou?""Keyna bilang hanya kurang istirahat
Hingga malam hari, pesta ulang tahun Frederix belum berakhir. Bahkan malam ini lebih banyak sosialita yang datang. Sacha dan Louis banyak mengundang teman-teman mereka.Meskipun undangan sangat mendadak, tetap saja para sosialita itu hadir. Mereka tidak akan melewatkan kesempatan berkenalan langsung dengan putra sulung keluarga Dalton. Apalagi, lelaki muda yang tampan itu diketahui belum memiliki pasangan."Apa kamu berniat menjodohkan Frederix dengan salah satu temanmu?" tanya Cedric yang juga hadir sebagai tamu undangan.Cedric adalah lelaki yang cerdas. Ia melihat sendiri bagaimana Sacha mengenalkan banyak wanita pada Frederix. Saat ini, kakak Sacha itu pun sedang mengobrol dengan beberapa wanita."Tidak. Keluarga kami tidak percaya dengan perjodohan," jawab Sacha.“Jadi, apa maksudnya kamu mengenalkan Frederix pada teman-temanmu itu?”“Yaaa … siapa tau ada yang berlanjut. Aku hanya membukakan jalan tetapi tidak memaksakan.”Cedric mengangguk mengerti. Mereka berdua duduk di taman
Tanpa merespon pernyataan Cedric, Sacha pergi. Wanita itu memghentak kakinya meninggalkan Cedric yang termangu sendiri. Ia segera menyusul langkah Sacha.Namun terlambat, Sacha sudah berkumpul dengan keluarga Dalton. Cedric masih sungkan berada di sana. Ia memilih duduk bersama tamu-tamu lain."Naah ini baru musik yang lebih manusiawi untuk telinga Daddy," ucap William saat alunan musik lembut terdengar.Keluarga Dalton terkekeh bersama. Sejak tadi, pemain band memang memainkan musik pop kekinian. William mengulurkan tangannya ke arah Keyna."Kita berdansa, Baby?" ajak William.Keyna menyambut tangan tersebut dengan senyum dan anggukan kepala. Keduanya melangkah ke tengah arena dan merapatkan tubuh masing-masing. Kemudian, bergerak pelan mengikuti irama lagu."Frederix terlihat bahagia sekali," ucap Keyna."Syukurlah. Terus terang saja aku tidak pernah memberikan kejutan ulang tahun seperti ini untuknya," balas William."Lalu, saat anak-anakmu ulang tahun, kamu memberikan apa?""Biasa
Semua orang bertepuk tangan. Hanya William saja yang mematung dengan satu tangan melingkari pinggang Keyna. Matanya menatap tajam pada pasangan yang baru saja mengumumkan kebahagiaan mereka.“Ada apa, sayang?” tanya Keyna.“Pasti ada sesuatu di balik pengumuman ini.”“Jangan berprasangka buruk dulu.”“Tidak. Aku yakin baik Sacha maupun Hanson tidak akan melakukan sesuatu yang tidak baik. Hanya saja hubungan mereka ini agak aneh.”“Mereka kan bilang hanya saling ingin mengenal lebih dekat, sayang.”William tidak menjawab lagi. Walaupun sejak awal, ia memang menginginkan Hanson berjodoh dengan putrinya namun ia sadar hubungan mereka akhir-akhir ini tidaklah baik. Jadi, bagaimana mungkin keduanya tiba-tiba mengumumkan kalau mereka berpacaran?“Aku ambil minuman dulu ya, Will. Aku haus,” ucap Keyna.“Sebentar, Baby. Tunggu di sini. Aku saja yang ambilkan.” William mencium pipi Keyna sebelum pergi.Seorang pelayan mengikuti William dengan membawa baki. Bilioner itu meletakkan berbagai minu