Share

Perjalananan Yang Penuh Cobaan
Perjalananan Yang Penuh Cobaan
Author: Enisa

Bab 1

Author: Enisa
Beberapa waktu lalu, suamiku mengambil cuti tahunan dan mengajakku roadtrip ke Baloi.

Namun, aku sama sekali tak menyangka, perjalanan yang tampaknya biasa saja itu justru membuat kami terjerumus ke dalam jurang yang tak bisa kami lepaskan ….

Malam itu, saat menyetir di jalanan gelap, tiba-tiba ban belakang kami meledak.

Kami menelepon tim bantuan, tapi katanya mereka baru bisa sampai paling cepat dua jam lagi. Sambil menunggu, suamiku menarikku ke pelukannya dan membuka ponsel untuk menonton film dewasa.

Seiring adegan panas di layar, tangan suamiku mulai bergerak nakal.

Kami baru saja menikah, masih dalam masa-masa penuh kemesraan. Aku tahu dia sedang memberi kode.

Saat itu sudah lewat tengah malam dan sudah tidak ada satu pun mobil yang lewat.

Jalanan yang sepi memberikan rasa aman. Aku mengangguk pelan dan duduk di pangkuannya, pinggulku tanpa sadar mulai bergerak.

Tanpa menolaknya, aku pun membiarkan suamiku menarik turun rokku.

Tapi posisi kursi mobil terlalu sempit, tidak leluasa bergerak, jadi kami pun memutuskan pindah ke luar mobil.

Siapa sangka, baru saja kami ke berdiri di belakang mobil dan menyiapkan posisi, tiba-tiba sebuah mobil lain datang dari belakang.

Hanya butuh satu detik, lampu mobil itu langsung menyinari tubuh kami berdua.

Tubuh kami pun terlihat sangat jelas.

Jujur saja, rasa gugup itu pasti ada. Tapi dalam situasi ini, sudah tidak mungkin lagi untuk bersembunyi. Kami hanya bisa pura-pura tak melihat.

Saat melewati kami, pengemudi mobil itu membuka jendela dan mengacungkan jempol.

Dari ekspresinya, jelas terlihat kekaguman dan rasa iri di matanya.

Rasanya … sungguh bergairah.

Setelah kejadian itu, aku dan suami sempat khawatir. Kami tidak tahu apakah mobil itu punya kamera dasbor?

Bagaimana kalau terekam? Lalu disebarkan di internet? Kalau sampai orang yang mengenal kami melihatnya, habislah riwayat.

Beberapa hari setelahnya, aku jadi makin parno dan terus-terusan cek berita online. Untungnya, tak ada informasi apa-apa.

Tapi sejak malam itu, seolah ada saklar dalam diriku yang menyala. Setiap malam, aku selalu memimpikan kejadian itu.

Sensasi tak terkendali itu menorehkan kenangan yang sulit dilupakan dan memunculkan hasrat yang tak bisa kujelaskan.

Saat itu aku belum tahu, semua ini adalah awal dari keterpurukanku.

Orang yang pernah roadtrip, pasti tahu kadang bisa bertemu penjelajah lain dan yang paling sering ditemukan adalah pasangan muda.

Kami juga bertemu satu pasangan muda, si pria bernama Nico dan si perempuan bernama Jane. Mereka tampak sangat serasi.

Terutama Nico, selain ramah dan sopan, tubuhnya juga tinggi dan kekar.

Saat aku membisikkan ke suamiku bahwa Nico sering mencuri pandang ke arah kakiku, suamiku langsung cemburu berat.

Dia menepuk bokongku dan berkata, “Mau kusuruh dia buat temani kamu tidur malam ini?”

Mendengar ucapan suamiku yang kasar dan blak-blakan itu, wajahku langsung memerah. Rasanya seperti semua rahasiaku dibongkar, semua kepura-puraanku juga terbongkar habis.

Tapi aku juga menangkap sesuatu yang berbeda dari sorot mata suamiku, seolah dia tak sekadar bercanda.

Mungkin sebuah keinginan yang tak bisa dijelaskan dengan kata-kata. Saat itu, kami seperti anak-anak yang tak sengaja membuka kotak pandora dan makin lama, semakin larut dalam godaan setan yang tak bisa kami hindari.

Malamnya, Nico mengundang kami makan malam di kamarnya. Aku sudah siap dengan pakaian yang sopan, tapi suamiku menyuruhku mengganti rok yang super mini, nyaris tak menutupi bokong.

Itu pun belum cukup menurutnya. Dia juga memintaku tidak memakai bra.

Aku ragu cukup lama, tapi akhirnya menuruti kata-katanya.

“Sayang, kamu kelihatan sexy banget!” pujinya sambil menatapku dengan penuh kekaguman.

“Aduh … bagaimana aku keluar dengan baju seperti ini? Memalukan sekali ….” ujarku sambil menunduk.

“Justru itu yang aku mau, biar dia lihat betapa sempurnanya tubuh istriku! Lihat boleh, sentuh tidak! Biar dia frustasi!” katanya menggoda.

“Dasar nakal ….” gumamku. Saat melihat diriku di cermin, dengan mata sayu dan wajah merona, aku mulai goyah … bahkan sedikit terbakar gairah.

“Kalau malam ini Nico menggodamu, kamu mau?” bisik suamiku di belakangku sambil membenamkan wajahnya ke leherku dan menghirupnya dalam-dalam, suaranya campur aduk antara mabuk dan gairah.

“Kalau iya … kamu masih akan mencintaiku?” tanyaku pelan, mencoba mengalihkan, meski dalam pikiranku sudah kacau balau.
Continue to read this book for free
Scan code to download App

Related chapters

  • Perjalananan Yang Penuh Cobaan   Bab 2

    “Tentu saja! Aku hanya mau kamu bahagia!”“Tapi kamu juga nggak boleh rugi … kecuali dia mau tukar dengan pacarnya!”Setelah puas bercanda gurau, sebelum keluar kamar, aku tetap memutuskan mengenakan jaket tipis. Suamiku tidak melarang, lagipula kami juga baru saja kenalan dengan mereka.Pintu dibuka oleh Jane, dia mengenakan celana yoga ketat yang memperlihatkan perutnya yang rata dan pinggang mungil yang begitu proporsional. Ditambah dengan wajah cantiknya yang nyaris sempurna, seluruh tubuhnya tampak kencang dan lembut, benar-benar menggambarkan keindahan tubuh anak muda.Kami pun berbasa-basi sebentar. Tiba-tiba, Nico datang membawa beberapa botol anggur merah dan segera mengajak kami duduk.Mulut suamiku sangat manis seolah habis minum madu, terus saja memuji Jane. Entah itu cantiklah, kulitnya muluslah, sampai Jane sendiri jadi kikuk menahan senyum.Karena terbawa suasana, Jane membuka ponselnya dan mulai menunjukkan foto-foto pemandangan yang dia potret selama perjalanan. Jujur

  • Perjalananan Yang Penuh Cobaan   Bab 3

    Meski sudah mempersiapkan diri, tetap saja aku langsung terpancing sampai ke puncak. Dengan tangan gemetar, aku buru-buru menurunkan rok dan duduk kembali di kursi, tak tahu harus berbuat apa.Di seberang meja, Nico dan Jane juga tampak terkejut dengan apa yang baru saja terjadi. Mereka ingin bicara, tapi tak tahu harus mulai dari mana.“Maaf sekali soal tadi, kami benar-benar nggak sengaja lihat foto pribadi Jane. Jangan salah paham, anggap saja … itu sebagai bentuk permintaan maaf kami, ya!” ujar suamiku dengan serius sambil menatap Jane.“Iya! Jane, anggap saja itu permintaan maaf dari kami,” ujarku yang ikut menyahut dengan suara pelan.“Nggak masalah, kak!” ujar Nico yang buru-buru berdiri.“Lagipula kalian juga bukan sengaja. Nggak masalah, lupakan saja, biarlah berlalu,” ucap Jane menimpali dengan wajahnya yang merona, terlihat tersentuh sekaligus gugup.Malam makin larut, kami pun mengakhiri makan malam yang sangat tak biasa itu dan kembali ke kamar sambil menggandeng lengan su

  • Perjalananan Yang Penuh Cobaan   Bab 4

    Tak kusangka, suamiku menolak usulan Nico tanpa basa basi. Seketika, raut wajah Nico menjadi muram, tubuhnya membeku seperti patung.Melihat suasana mulai tak menyenangkan, aku pun segera kembali.Pada saat bersamaan, Jane pun sudah selesai sarapan. Dia sedang asik memainkan ponselnya, entah main permainan apa.Aku tidak tahu apakah Jane tahu apa yang sedang dipikirkan pacarnya itu.Aku hanya bisa menggeleng pelan, merasa kasihan padanya karena punya pacar yang tak bisa dipercaya seperti itu.Ucapan Nico terus terngiang di telingaku, membuatku gelisah dan tak tenang.Saat itu juga, suamiku memanggilku masuk ke kamar.“Ada apa? Kok buru-buru sekali memanggilku balik?”Sebenarnya, aku sudah punya firasat, tapi tetap pura-pura tidak tahu dan menatapnya dengan raut bingung, disertai sedikit helaan napas tak berdaya.Suamiku menutup pintu dan bersandar di belakangnya. Wajahnya serius saat bertanya, “Nico … pernah lakukan sesuatu padamu, nggak?”Mendengar pertanyaannya, ekspresiku langsung b

  • Perjalananan Yang Penuh Cobaan   Bab 5

    Tadinya kami memang berniat tidur lebih awal, tapi baru saja mau rebahan, tiba-tiba terdengar suara ketukan keras di pintu, “Duk duk duk.”Kami saling berpandangan sejenak, lalu suamiku pun asal mengenakan jaket dan pergi membukakan pintu.Begitu pintu terbuka, lagi-lagi Nico muncul di depan kami. Di pelukannya ada beberapa botol alkohol. Wajahnya terlihat merah, kelihatan sudah agak mabuk.Melihat suamiku membuka pintu, dia bertingkah seolah insiden tadi pagi sama sekali tak pernah ada. Tanpa sungkan, dia langsung merangkul bahu suamiku dan berniat masuk ke dalam.“Kak Roy, Jane sudah tidur. Ayo kita bicara berdua.”Melihat Nico seakan bersikeras mau masuk, awalnya aku mau menyuruh suamiku menolaknya. Namun setelah ragu sebentar, aku pun membiarkannya masuk.Lagipula sudah malam terakhir, kupikir dia juga tak berani macam-macam di depan suamiku.Suamiku pun mempersilakannya duduk di ruang tamu.Aku diam-diam membuka pintu kamar sedikit untuk mengintip apa yang mereka bicarakan.Botol

  • Perjalananan Yang Penuh Cobaan   Bab 6

    Sepertinya suamiku sadar kalau terus minum lagi, dia bakal tumbang. Jadi, dia pura-pura sudah tak sadar, lalu menjatuhkan diri ke sofa dan berpura-pura pingsan, sambil terus bergumam tidak jelas.Melihat akting suamiku yang begitu meyakinkan, aku hanya bisa menahan tawa dan menggeleng, “Aduh, memalukan sekali suamiku.”Aku masih mengingat kata-kata suamiku barusan. Saat dia mau tumbang, aku berpindah posisi diam-diam, supaya lebih muda menjebak Nico untuk bertindak dan juga memudahkan aku merekam semuanya.Nico pun melirik suamiku dengan sudut matanya, memastikan dia benar-benar sudah tak sadarkan diri. Begitu yakin, dia mulai menunjukkan watak aslinya.Awalnya, dia mencoba mendekatiku lewat obrolan yang terasa agak aneh, “Kak May, suamimu sudah mabuk begitu, nanti malam pasti harus repot melayaninya, ya.”Mendengar nada ucapannya yang mulai aneh, suamiku diam-diam mengeluarkan ponselnya. Di luar jangkauan pandang Nico, dia menggeser layar, membuka pesan dengan Jane, lalu langsung mene

  • Perjalananan Yang Penuh Cobaan   Bab 7

    Begitu rahasianya terbongkar di depan semua orang, wajah Nico langsung memerah. Dengan gugup, dia menelan ludah, lalu menjawab dengan suara gemetar, “Jangan sembarang menuduhku!”Melihat Nico masih tak menunjukkan penyesalannya, Jane yang sudah naik pitam langsung menamparnya dua kali. Siapa sangka, tubuh sekecil itu ternyata menyimpan tenaga sebesar itu.“Nico, aku bahkan sudah lihat sendiri kamu pegang tangan Kak May, kamu masih nggak mau mengaku?!”Seketika, wajah Nico berubah pucat. Dia bahkan tak berani menatap wajah kami berdua.Sementara Jane malah makin larut dalam emosinya sendiri. Air matanya mulai jatuh, dia pun mulai terisak.“Nico, aku benar-benar kecewa denganmu!”Usai mengatakan itu, Jane langsung pergi sambil mengusap air matanya, tak lupa membanting pintu dengan keras.Nico tampak pucat dan merasa malu. Akhirnya, dia terdiam dalam keheningan yang cukup panjang.Suamiku pelan-pelan menghisap sebatang rokok, lalu menepuk-nepuk abu di atas meja dan berkata dengan nada kec

Latest chapter

  • Perjalananan Yang Penuh Cobaan   Bab 7

    Begitu rahasianya terbongkar di depan semua orang, wajah Nico langsung memerah. Dengan gugup, dia menelan ludah, lalu menjawab dengan suara gemetar, “Jangan sembarang menuduhku!”Melihat Nico masih tak menunjukkan penyesalannya, Jane yang sudah naik pitam langsung menamparnya dua kali. Siapa sangka, tubuh sekecil itu ternyata menyimpan tenaga sebesar itu.“Nico, aku bahkan sudah lihat sendiri kamu pegang tangan Kak May, kamu masih nggak mau mengaku?!”Seketika, wajah Nico berubah pucat. Dia bahkan tak berani menatap wajah kami berdua.Sementara Jane malah makin larut dalam emosinya sendiri. Air matanya mulai jatuh, dia pun mulai terisak.“Nico, aku benar-benar kecewa denganmu!”Usai mengatakan itu, Jane langsung pergi sambil mengusap air matanya, tak lupa membanting pintu dengan keras.Nico tampak pucat dan merasa malu. Akhirnya, dia terdiam dalam keheningan yang cukup panjang.Suamiku pelan-pelan menghisap sebatang rokok, lalu menepuk-nepuk abu di atas meja dan berkata dengan nada kec

  • Perjalananan Yang Penuh Cobaan   Bab 6

    Sepertinya suamiku sadar kalau terus minum lagi, dia bakal tumbang. Jadi, dia pura-pura sudah tak sadar, lalu menjatuhkan diri ke sofa dan berpura-pura pingsan, sambil terus bergumam tidak jelas.Melihat akting suamiku yang begitu meyakinkan, aku hanya bisa menahan tawa dan menggeleng, “Aduh, memalukan sekali suamiku.”Aku masih mengingat kata-kata suamiku barusan. Saat dia mau tumbang, aku berpindah posisi diam-diam, supaya lebih muda menjebak Nico untuk bertindak dan juga memudahkan aku merekam semuanya.Nico pun melirik suamiku dengan sudut matanya, memastikan dia benar-benar sudah tak sadarkan diri. Begitu yakin, dia mulai menunjukkan watak aslinya.Awalnya, dia mencoba mendekatiku lewat obrolan yang terasa agak aneh, “Kak May, suamimu sudah mabuk begitu, nanti malam pasti harus repot melayaninya, ya.”Mendengar nada ucapannya yang mulai aneh, suamiku diam-diam mengeluarkan ponselnya. Di luar jangkauan pandang Nico, dia menggeser layar, membuka pesan dengan Jane, lalu langsung mene

  • Perjalananan Yang Penuh Cobaan   Bab 5

    Tadinya kami memang berniat tidur lebih awal, tapi baru saja mau rebahan, tiba-tiba terdengar suara ketukan keras di pintu, “Duk duk duk.”Kami saling berpandangan sejenak, lalu suamiku pun asal mengenakan jaket dan pergi membukakan pintu.Begitu pintu terbuka, lagi-lagi Nico muncul di depan kami. Di pelukannya ada beberapa botol alkohol. Wajahnya terlihat merah, kelihatan sudah agak mabuk.Melihat suamiku membuka pintu, dia bertingkah seolah insiden tadi pagi sama sekali tak pernah ada. Tanpa sungkan, dia langsung merangkul bahu suamiku dan berniat masuk ke dalam.“Kak Roy, Jane sudah tidur. Ayo kita bicara berdua.”Melihat Nico seakan bersikeras mau masuk, awalnya aku mau menyuruh suamiku menolaknya. Namun setelah ragu sebentar, aku pun membiarkannya masuk.Lagipula sudah malam terakhir, kupikir dia juga tak berani macam-macam di depan suamiku.Suamiku pun mempersilakannya duduk di ruang tamu.Aku diam-diam membuka pintu kamar sedikit untuk mengintip apa yang mereka bicarakan.Botol

  • Perjalananan Yang Penuh Cobaan   Bab 4

    Tak kusangka, suamiku menolak usulan Nico tanpa basa basi. Seketika, raut wajah Nico menjadi muram, tubuhnya membeku seperti patung.Melihat suasana mulai tak menyenangkan, aku pun segera kembali.Pada saat bersamaan, Jane pun sudah selesai sarapan. Dia sedang asik memainkan ponselnya, entah main permainan apa.Aku tidak tahu apakah Jane tahu apa yang sedang dipikirkan pacarnya itu.Aku hanya bisa menggeleng pelan, merasa kasihan padanya karena punya pacar yang tak bisa dipercaya seperti itu.Ucapan Nico terus terngiang di telingaku, membuatku gelisah dan tak tenang.Saat itu juga, suamiku memanggilku masuk ke kamar.“Ada apa? Kok buru-buru sekali memanggilku balik?”Sebenarnya, aku sudah punya firasat, tapi tetap pura-pura tidak tahu dan menatapnya dengan raut bingung, disertai sedikit helaan napas tak berdaya.Suamiku menutup pintu dan bersandar di belakangnya. Wajahnya serius saat bertanya, “Nico … pernah lakukan sesuatu padamu, nggak?”Mendengar pertanyaannya, ekspresiku langsung b

  • Perjalananan Yang Penuh Cobaan   Bab 3

    Meski sudah mempersiapkan diri, tetap saja aku langsung terpancing sampai ke puncak. Dengan tangan gemetar, aku buru-buru menurunkan rok dan duduk kembali di kursi, tak tahu harus berbuat apa.Di seberang meja, Nico dan Jane juga tampak terkejut dengan apa yang baru saja terjadi. Mereka ingin bicara, tapi tak tahu harus mulai dari mana.“Maaf sekali soal tadi, kami benar-benar nggak sengaja lihat foto pribadi Jane. Jangan salah paham, anggap saja … itu sebagai bentuk permintaan maaf kami, ya!” ujar suamiku dengan serius sambil menatap Jane.“Iya! Jane, anggap saja itu permintaan maaf dari kami,” ujarku yang ikut menyahut dengan suara pelan.“Nggak masalah, kak!” ujar Nico yang buru-buru berdiri.“Lagipula kalian juga bukan sengaja. Nggak masalah, lupakan saja, biarlah berlalu,” ucap Jane menimpali dengan wajahnya yang merona, terlihat tersentuh sekaligus gugup.Malam makin larut, kami pun mengakhiri makan malam yang sangat tak biasa itu dan kembali ke kamar sambil menggandeng lengan su

  • Perjalananan Yang Penuh Cobaan   Bab 2

    “Tentu saja! Aku hanya mau kamu bahagia!”“Tapi kamu juga nggak boleh rugi … kecuali dia mau tukar dengan pacarnya!”Setelah puas bercanda gurau, sebelum keluar kamar, aku tetap memutuskan mengenakan jaket tipis. Suamiku tidak melarang, lagipula kami juga baru saja kenalan dengan mereka.Pintu dibuka oleh Jane, dia mengenakan celana yoga ketat yang memperlihatkan perutnya yang rata dan pinggang mungil yang begitu proporsional. Ditambah dengan wajah cantiknya yang nyaris sempurna, seluruh tubuhnya tampak kencang dan lembut, benar-benar menggambarkan keindahan tubuh anak muda.Kami pun berbasa-basi sebentar. Tiba-tiba, Nico datang membawa beberapa botol anggur merah dan segera mengajak kami duduk.Mulut suamiku sangat manis seolah habis minum madu, terus saja memuji Jane. Entah itu cantiklah, kulitnya muluslah, sampai Jane sendiri jadi kikuk menahan senyum.Karena terbawa suasana, Jane membuka ponselnya dan mulai menunjukkan foto-foto pemandangan yang dia potret selama perjalanan. Jujur

  • Perjalananan Yang Penuh Cobaan   Bab 1

    Beberapa waktu lalu, suamiku mengambil cuti tahunan dan mengajakku roadtrip ke Baloi.Namun, aku sama sekali tak menyangka, perjalanan yang tampaknya biasa saja itu justru membuat kami terjerumus ke dalam jurang yang tak bisa kami lepaskan …. Malam itu, saat menyetir di jalanan gelap, tiba-tiba ban belakang kami meledak.Kami menelepon tim bantuan, tapi katanya mereka baru bisa sampai paling cepat dua jam lagi. Sambil menunggu, suamiku menarikku ke pelukannya dan membuka ponsel untuk menonton film dewasa.Seiring adegan panas di layar, tangan suamiku mulai bergerak nakal.Kami baru saja menikah, masih dalam masa-masa penuh kemesraan. Aku tahu dia sedang memberi kode.Saat itu sudah lewat tengah malam dan sudah tidak ada satu pun mobil yang lewat.Jalanan yang sepi memberikan rasa aman. Aku mengangguk pelan dan duduk di pangkuannya, pinggulku tanpa sadar mulai bergerak.Tanpa menolaknya, aku pun membiarkan suamiku menarik turun rokku.Tapi posisi kursi mobil terlalu sempit, tidak lelua

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status