Share

Bab 2

Penulis: Enisa
“Tentu saja! Aku hanya mau kamu bahagia!”

“Tapi kamu juga nggak boleh rugi … kecuali dia mau tukar dengan pacarnya!”

Setelah puas bercanda gurau, sebelum keluar kamar, aku tetap memutuskan mengenakan jaket tipis.

Suamiku tidak melarang, lagipula kami juga baru saja kenalan dengan mereka.

Pintu dibuka oleh Jane, dia mengenakan celana yoga ketat yang memperlihatkan perutnya yang rata dan pinggang mungil yang begitu proporsional. Ditambah dengan wajah cantiknya yang nyaris sempurna, seluruh tubuhnya tampak kencang dan lembut, benar-benar menggambarkan keindahan tubuh anak muda.

Kami pun berbasa-basi sebentar. Tiba-tiba, Nico datang membawa beberapa botol anggur merah dan segera mengajak kami duduk.

Mulut suamiku sangat manis seolah habis minum madu, terus saja memuji Jane. Entah itu cantiklah, kulitnya muluslah, sampai Jane sendiri jadi kikuk menahan senyum.

Karena terbawa suasana, Jane membuka ponselnya dan mulai menunjukkan foto-foto pemandangan yang dia potret selama perjalanan. Jujur saja, hasil jepretannya lumayan bagus, foto-fotonya seperti potongan surga dunia.

Aku tanpa sadar terus menggulir layar, terpukau melihat setiap fotonya. Suamiku juga mengangguk, memberikan komentar.

Tiba-tiba, sebuah foto pribadinya muncul di layar!

Dalam gambar itu, Jane sedang berpose gaya doggy sambil menoleh ke belakang dengan tatapan menggoda. Yang paling mengejutkan, dia tak mengenakan apapun. Nico berdiri di belakangnya sambil foto dengan ekspresi puas.

Jane yang sedang mengambil lauk menyadari perubahan ekspresi kami, dia pun penasaran dan mendekat melihat layar.

Begitu menyadari foto pribadinya terpampang jelas di hadapan kami, wajah Jane langsung memerah.

Dia reflek menutup wajahnya dan merebahkan tubuh ke atas meja.

Dia pun bergumam kesal pada Nico, “Bukannya kamu sudah hapus semua foto itu? Kok masih ada satu? Malunya!”

Nico langsung panik, buru-buru mendekat untuk menenangkan Jane. Aku juga ikut meminta maaf.

Namun, suamiku malah terlihat tenang, sambil mengangkat botol anggur merah, lalu berkata santai, “Usiaku lebih tua dari kalian, sebagai kakak aku mau bicara sedikit, kalian nggak keberatan, ‘kan?”

Jane masih menunduk, tapi mulai tenang dan tak membantah.

Aku tahu, orang paling membuat Jane malu saat ini … adalah suamiku.

Karena dia lawan jenis dan tadi sudah melihat habis seluruh tubuh Jane.

“Jujur, aku sangat paham dengan kalian, karena kami juga pernah mengambil foto-foto seperti itu. Bahkan … kepergok orang asing pas lagi di jalan,” cerita suamiku sambil menatap ke arahku.

Aku jadi gelisah, rasanya ada gejolak aneh, seperti ingin membuang air kecil.

“Apa yang terjadi?” tanya Nico yang lebih penasaran dibanding Jane.

Suamiku meminum sedikit anggur merah dan mulai menceritakan kejadian waktu kami kepergok mobil lain saat sedang bermesraan di luar mobil.

Nico pun terlihat menelan ludah berkali-kali.

Matanya berpindah-pindah dari suamiku ke arahku, terlihat penuh pertanyaan tapi segan.

Sementara itu, tatapan Jane semakin sayu, larut dalam ceritanya.

“Kak May, kamu nggak takut waktu lampu mobil itu menyinari kalian?” tanya Jane dengan malu, tapi penuh rasa ingin tahu.

Aku tidak tahu harus menjawab apa. Akhirnya, aku menyembunyikan wajahku di dada suamiku, pura-pura malu, sambil melirik reaksi pasangan muda itu.

Semakin lama pembicaraan berlangsung, suasana di ruangan pun terasa berubah. Seolah ada hawa aneh yang melayang di udara.

Jane seolah mendalami peran dalam cerita, tubuhnya mulai gelisah, sesekali menggeliat kecil. Dengan pipi merona, dia terus bertanya pertanyaan aneh-aneh.

Tatapan Nico ke arah suamiku pun berubah, seolah menyiratkan sesuatu yang hanya bisa dipahami sesama pria yang telah berpengalaman.

“Kak Roy, boleh ceritakan lebih banyak nggak? Aku masih mau dengar,” katanya pada suamiku.

Melihat kesempatan yang tepat, suamiku pun tersenyum dan makin menjadi.

Dia menegakkan tubuhku, tangannya melingkar di pinggangku, sambil berkata, “Sebenarnya … di balik rok ini, dia nggak pakai apa-apa.”

Nico terpaku, matanya membelalak menatapku, tak bisa berkata apa-apa.

“Nggak percaya?” tanya suamiku langsung menarik rokku ke bawah dan tubuhku pun terbuka sepenuhnya di depan mereka ….
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terkait

  • Perjalananan Yang Penuh Cobaan   Bab 3

    Meski sudah mempersiapkan diri, tetap saja aku langsung terpancing sampai ke puncak. Dengan tangan gemetar, aku buru-buru menurunkan rok dan duduk kembali di kursi, tak tahu harus berbuat apa.Di seberang meja, Nico dan Jane juga tampak terkejut dengan apa yang baru saja terjadi. Mereka ingin bicara, tapi tak tahu harus mulai dari mana.“Maaf sekali soal tadi, kami benar-benar nggak sengaja lihat foto pribadi Jane. Jangan salah paham, anggap saja … itu sebagai bentuk permintaan maaf kami, ya!” ujar suamiku dengan serius sambil menatap Jane.“Iya! Jane, anggap saja itu permintaan maaf dari kami,” ujarku yang ikut menyahut dengan suara pelan.“Nggak masalah, kak!” ujar Nico yang buru-buru berdiri.“Lagipula kalian juga bukan sengaja. Nggak masalah, lupakan saja, biarlah berlalu,” ucap Jane menimpali dengan wajahnya yang merona, terlihat tersentuh sekaligus gugup.Malam makin larut, kami pun mengakhiri makan malam yang sangat tak biasa itu dan kembali ke kamar sambil menggandeng lengan su

  • Perjalananan Yang Penuh Cobaan   Bab 4

    Tak kusangka, suamiku menolak usulan Nico tanpa basa basi. Seketika, raut wajah Nico menjadi muram, tubuhnya membeku seperti patung.Melihat suasana mulai tak menyenangkan, aku pun segera kembali.Pada saat bersamaan, Jane pun sudah selesai sarapan. Dia sedang asik memainkan ponselnya, entah main permainan apa.Aku tidak tahu apakah Jane tahu apa yang sedang dipikirkan pacarnya itu.Aku hanya bisa menggeleng pelan, merasa kasihan padanya karena punya pacar yang tak bisa dipercaya seperti itu.Ucapan Nico terus terngiang di telingaku, membuatku gelisah dan tak tenang.Saat itu juga, suamiku memanggilku masuk ke kamar.“Ada apa? Kok buru-buru sekali memanggilku balik?”Sebenarnya, aku sudah punya firasat, tapi tetap pura-pura tidak tahu dan menatapnya dengan raut bingung, disertai sedikit helaan napas tak berdaya.Suamiku menutup pintu dan bersandar di belakangnya. Wajahnya serius saat bertanya, “Nico … pernah lakukan sesuatu padamu, nggak?”Mendengar pertanyaannya, ekspresiku langsung b

  • Perjalananan Yang Penuh Cobaan   Bab 5

    Tadinya kami memang berniat tidur lebih awal, tapi baru saja mau rebahan, tiba-tiba terdengar suara ketukan keras di pintu, “Duk duk duk.”Kami saling berpandangan sejenak, lalu suamiku pun asal mengenakan jaket dan pergi membukakan pintu.Begitu pintu terbuka, lagi-lagi Nico muncul di depan kami. Di pelukannya ada beberapa botol alkohol. Wajahnya terlihat merah, kelihatan sudah agak mabuk.Melihat suamiku membuka pintu, dia bertingkah seolah insiden tadi pagi sama sekali tak pernah ada. Tanpa sungkan, dia langsung merangkul bahu suamiku dan berniat masuk ke dalam.“Kak Roy, Jane sudah tidur. Ayo kita bicara berdua.”Melihat Nico seakan bersikeras mau masuk, awalnya aku mau menyuruh suamiku menolaknya. Namun setelah ragu sebentar, aku pun membiarkannya masuk.Lagipula sudah malam terakhir, kupikir dia juga tak berani macam-macam di depan suamiku.Suamiku pun mempersilakannya duduk di ruang tamu.Aku diam-diam membuka pintu kamar sedikit untuk mengintip apa yang mereka bicarakan.Botol

  • Perjalananan Yang Penuh Cobaan   Bab 6

    Sepertinya suamiku sadar kalau terus minum lagi, dia bakal tumbang. Jadi, dia pura-pura sudah tak sadar, lalu menjatuhkan diri ke sofa dan berpura-pura pingsan, sambil terus bergumam tidak jelas.Melihat akting suamiku yang begitu meyakinkan, aku hanya bisa menahan tawa dan menggeleng, “Aduh, memalukan sekali suamiku.”Aku masih mengingat kata-kata suamiku barusan. Saat dia mau tumbang, aku berpindah posisi diam-diam, supaya lebih muda menjebak Nico untuk bertindak dan juga memudahkan aku merekam semuanya.Nico pun melirik suamiku dengan sudut matanya, memastikan dia benar-benar sudah tak sadarkan diri. Begitu yakin, dia mulai menunjukkan watak aslinya.Awalnya, dia mencoba mendekatiku lewat obrolan yang terasa agak aneh, “Kak May, suamimu sudah mabuk begitu, nanti malam pasti harus repot melayaninya, ya.”Mendengar nada ucapannya yang mulai aneh, suamiku diam-diam mengeluarkan ponselnya. Di luar jangkauan pandang Nico, dia menggeser layar, membuka pesan dengan Jane, lalu langsung mene

  • Perjalananan Yang Penuh Cobaan   Bab 7

    Begitu rahasianya terbongkar di depan semua orang, wajah Nico langsung memerah. Dengan gugup, dia menelan ludah, lalu menjawab dengan suara gemetar, “Jangan sembarang menuduhku!”Melihat Nico masih tak menunjukkan penyesalannya, Jane yang sudah naik pitam langsung menamparnya dua kali. Siapa sangka, tubuh sekecil itu ternyata menyimpan tenaga sebesar itu.“Nico, aku bahkan sudah lihat sendiri kamu pegang tangan Kak May, kamu masih nggak mau mengaku?!”Seketika, wajah Nico berubah pucat. Dia bahkan tak berani menatap wajah kami berdua.Sementara Jane malah makin larut dalam emosinya sendiri. Air matanya mulai jatuh, dia pun mulai terisak.“Nico, aku benar-benar kecewa denganmu!”Usai mengatakan itu, Jane langsung pergi sambil mengusap air matanya, tak lupa membanting pintu dengan keras.Nico tampak pucat dan merasa malu. Akhirnya, dia terdiam dalam keheningan yang cukup panjang.Suamiku pelan-pelan menghisap sebatang rokok, lalu menepuk-nepuk abu di atas meja dan berkata dengan nada kec

  • Perjalananan Yang Penuh Cobaan   Bab 1

    Beberapa waktu lalu, suamiku mengambil cuti tahunan dan mengajakku roadtrip ke Baloi.Namun, aku sama sekali tak menyangka, perjalanan yang tampaknya biasa saja itu justru membuat kami terjerumus ke dalam jurang yang tak bisa kami lepaskan …. Malam itu, saat menyetir di jalanan gelap, tiba-tiba ban belakang kami meledak.Kami menelepon tim bantuan, tapi katanya mereka baru bisa sampai paling cepat dua jam lagi. Sambil menunggu, suamiku menarikku ke pelukannya dan membuka ponsel untuk menonton film dewasa.Seiring adegan panas di layar, tangan suamiku mulai bergerak nakal.Kami baru saja menikah, masih dalam masa-masa penuh kemesraan. Aku tahu dia sedang memberi kode.Saat itu sudah lewat tengah malam dan sudah tidak ada satu pun mobil yang lewat.Jalanan yang sepi memberikan rasa aman. Aku mengangguk pelan dan duduk di pangkuannya, pinggulku tanpa sadar mulai bergerak.Tanpa menolaknya, aku pun membiarkan suamiku menarik turun rokku.Tapi posisi kursi mobil terlalu sempit, tidak lelua

Bab terbaru

  • Perjalananan Yang Penuh Cobaan   Bab 7

    Begitu rahasianya terbongkar di depan semua orang, wajah Nico langsung memerah. Dengan gugup, dia menelan ludah, lalu menjawab dengan suara gemetar, “Jangan sembarang menuduhku!”Melihat Nico masih tak menunjukkan penyesalannya, Jane yang sudah naik pitam langsung menamparnya dua kali. Siapa sangka, tubuh sekecil itu ternyata menyimpan tenaga sebesar itu.“Nico, aku bahkan sudah lihat sendiri kamu pegang tangan Kak May, kamu masih nggak mau mengaku?!”Seketika, wajah Nico berubah pucat. Dia bahkan tak berani menatap wajah kami berdua.Sementara Jane malah makin larut dalam emosinya sendiri. Air matanya mulai jatuh, dia pun mulai terisak.“Nico, aku benar-benar kecewa denganmu!”Usai mengatakan itu, Jane langsung pergi sambil mengusap air matanya, tak lupa membanting pintu dengan keras.Nico tampak pucat dan merasa malu. Akhirnya, dia terdiam dalam keheningan yang cukup panjang.Suamiku pelan-pelan menghisap sebatang rokok, lalu menepuk-nepuk abu di atas meja dan berkata dengan nada kec

  • Perjalananan Yang Penuh Cobaan   Bab 6

    Sepertinya suamiku sadar kalau terus minum lagi, dia bakal tumbang. Jadi, dia pura-pura sudah tak sadar, lalu menjatuhkan diri ke sofa dan berpura-pura pingsan, sambil terus bergumam tidak jelas.Melihat akting suamiku yang begitu meyakinkan, aku hanya bisa menahan tawa dan menggeleng, “Aduh, memalukan sekali suamiku.”Aku masih mengingat kata-kata suamiku barusan. Saat dia mau tumbang, aku berpindah posisi diam-diam, supaya lebih muda menjebak Nico untuk bertindak dan juga memudahkan aku merekam semuanya.Nico pun melirik suamiku dengan sudut matanya, memastikan dia benar-benar sudah tak sadarkan diri. Begitu yakin, dia mulai menunjukkan watak aslinya.Awalnya, dia mencoba mendekatiku lewat obrolan yang terasa agak aneh, “Kak May, suamimu sudah mabuk begitu, nanti malam pasti harus repot melayaninya, ya.”Mendengar nada ucapannya yang mulai aneh, suamiku diam-diam mengeluarkan ponselnya. Di luar jangkauan pandang Nico, dia menggeser layar, membuka pesan dengan Jane, lalu langsung mene

  • Perjalananan Yang Penuh Cobaan   Bab 5

    Tadinya kami memang berniat tidur lebih awal, tapi baru saja mau rebahan, tiba-tiba terdengar suara ketukan keras di pintu, “Duk duk duk.”Kami saling berpandangan sejenak, lalu suamiku pun asal mengenakan jaket dan pergi membukakan pintu.Begitu pintu terbuka, lagi-lagi Nico muncul di depan kami. Di pelukannya ada beberapa botol alkohol. Wajahnya terlihat merah, kelihatan sudah agak mabuk.Melihat suamiku membuka pintu, dia bertingkah seolah insiden tadi pagi sama sekali tak pernah ada. Tanpa sungkan, dia langsung merangkul bahu suamiku dan berniat masuk ke dalam.“Kak Roy, Jane sudah tidur. Ayo kita bicara berdua.”Melihat Nico seakan bersikeras mau masuk, awalnya aku mau menyuruh suamiku menolaknya. Namun setelah ragu sebentar, aku pun membiarkannya masuk.Lagipula sudah malam terakhir, kupikir dia juga tak berani macam-macam di depan suamiku.Suamiku pun mempersilakannya duduk di ruang tamu.Aku diam-diam membuka pintu kamar sedikit untuk mengintip apa yang mereka bicarakan.Botol

  • Perjalananan Yang Penuh Cobaan   Bab 4

    Tak kusangka, suamiku menolak usulan Nico tanpa basa basi. Seketika, raut wajah Nico menjadi muram, tubuhnya membeku seperti patung.Melihat suasana mulai tak menyenangkan, aku pun segera kembali.Pada saat bersamaan, Jane pun sudah selesai sarapan. Dia sedang asik memainkan ponselnya, entah main permainan apa.Aku tidak tahu apakah Jane tahu apa yang sedang dipikirkan pacarnya itu.Aku hanya bisa menggeleng pelan, merasa kasihan padanya karena punya pacar yang tak bisa dipercaya seperti itu.Ucapan Nico terus terngiang di telingaku, membuatku gelisah dan tak tenang.Saat itu juga, suamiku memanggilku masuk ke kamar.“Ada apa? Kok buru-buru sekali memanggilku balik?”Sebenarnya, aku sudah punya firasat, tapi tetap pura-pura tidak tahu dan menatapnya dengan raut bingung, disertai sedikit helaan napas tak berdaya.Suamiku menutup pintu dan bersandar di belakangnya. Wajahnya serius saat bertanya, “Nico … pernah lakukan sesuatu padamu, nggak?”Mendengar pertanyaannya, ekspresiku langsung b

  • Perjalananan Yang Penuh Cobaan   Bab 3

    Meski sudah mempersiapkan diri, tetap saja aku langsung terpancing sampai ke puncak. Dengan tangan gemetar, aku buru-buru menurunkan rok dan duduk kembali di kursi, tak tahu harus berbuat apa.Di seberang meja, Nico dan Jane juga tampak terkejut dengan apa yang baru saja terjadi. Mereka ingin bicara, tapi tak tahu harus mulai dari mana.“Maaf sekali soal tadi, kami benar-benar nggak sengaja lihat foto pribadi Jane. Jangan salah paham, anggap saja … itu sebagai bentuk permintaan maaf kami, ya!” ujar suamiku dengan serius sambil menatap Jane.“Iya! Jane, anggap saja itu permintaan maaf dari kami,” ujarku yang ikut menyahut dengan suara pelan.“Nggak masalah, kak!” ujar Nico yang buru-buru berdiri.“Lagipula kalian juga bukan sengaja. Nggak masalah, lupakan saja, biarlah berlalu,” ucap Jane menimpali dengan wajahnya yang merona, terlihat tersentuh sekaligus gugup.Malam makin larut, kami pun mengakhiri makan malam yang sangat tak biasa itu dan kembali ke kamar sambil menggandeng lengan su

  • Perjalananan Yang Penuh Cobaan   Bab 2

    “Tentu saja! Aku hanya mau kamu bahagia!”“Tapi kamu juga nggak boleh rugi … kecuali dia mau tukar dengan pacarnya!”Setelah puas bercanda gurau, sebelum keluar kamar, aku tetap memutuskan mengenakan jaket tipis. Suamiku tidak melarang, lagipula kami juga baru saja kenalan dengan mereka.Pintu dibuka oleh Jane, dia mengenakan celana yoga ketat yang memperlihatkan perutnya yang rata dan pinggang mungil yang begitu proporsional. Ditambah dengan wajah cantiknya yang nyaris sempurna, seluruh tubuhnya tampak kencang dan lembut, benar-benar menggambarkan keindahan tubuh anak muda.Kami pun berbasa-basi sebentar. Tiba-tiba, Nico datang membawa beberapa botol anggur merah dan segera mengajak kami duduk.Mulut suamiku sangat manis seolah habis minum madu, terus saja memuji Jane. Entah itu cantiklah, kulitnya muluslah, sampai Jane sendiri jadi kikuk menahan senyum.Karena terbawa suasana, Jane membuka ponselnya dan mulai menunjukkan foto-foto pemandangan yang dia potret selama perjalanan. Jujur

  • Perjalananan Yang Penuh Cobaan   Bab 1

    Beberapa waktu lalu, suamiku mengambil cuti tahunan dan mengajakku roadtrip ke Baloi.Namun, aku sama sekali tak menyangka, perjalanan yang tampaknya biasa saja itu justru membuat kami terjerumus ke dalam jurang yang tak bisa kami lepaskan …. Malam itu, saat menyetir di jalanan gelap, tiba-tiba ban belakang kami meledak.Kami menelepon tim bantuan, tapi katanya mereka baru bisa sampai paling cepat dua jam lagi. Sambil menunggu, suamiku menarikku ke pelukannya dan membuka ponsel untuk menonton film dewasa.Seiring adegan panas di layar, tangan suamiku mulai bergerak nakal.Kami baru saja menikah, masih dalam masa-masa penuh kemesraan. Aku tahu dia sedang memberi kode.Saat itu sudah lewat tengah malam dan sudah tidak ada satu pun mobil yang lewat.Jalanan yang sepi memberikan rasa aman. Aku mengangguk pelan dan duduk di pangkuannya, pinggulku tanpa sadar mulai bergerak.Tanpa menolaknya, aku pun membiarkan suamiku menarik turun rokku.Tapi posisi kursi mobil terlalu sempit, tidak lelua

Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status