"Biad*p, para pemberontak sial*n!! kapan kalian akan menangkap mereka? kalau kejadian hari ini diketahui Pangeran, maka aku dan keturunanku akan habis!!" Deni sedang menemui pembunuh bayaran dari klan Raksamerta. "Tuan, kami sudah tau siapa mereka, tinggal menjebak mereka saat beraksi saja! jika langsung menghukum tanpa adanya alasan, maka hanya akan merusak kembali citramu!" jelas Geri, Ketua dari klan Raksamerta. "Kau bisa memerintahkan anak buahmu untuk menyembunyikan harta-hartamu, sebagian kita letakkan dirumah mereka!! jadi kita punya alasan untuk menghukum mereka, bagaimana?" tanya Geri lagi. Senyum licik Deni mengembang, ia sangat suka rencana yang Geri ajukan, ia akan membuat para pemberontak itu habis tak bersisa. 'Tuan Muda, manusia sampah yang bergelar Walikota ini akan menjebak rakyat tak bersalah!' Lilia kembali mengirim laporan kepada Rama. 'Menjebak rakyat tak bersalah? Bagaimana caranya?' tanya Rama lagi. 'Dia akan mengirim orang untuk meletakkan harta-hartan
"Ada apa pagi-pagi ribut? apakah ada yang hilang?" Rama mencoba berakting pagi ini, padahal semua harta ada di dalam kotak penyimpanannya. "Tuan Muda, apa kau melihat sesuatu yang aneh tadi malam?" tanya Sersan Fatih, ia tau Rama paham maksudnya. Rama menggeleng dengan wajah yang polos, "Aku tidak melihat hal aneh apapun tadi malam, bahkan aku bisa tidur dengan nyenyak setelah berjalan-jalan!" seru Rama dengan wajah riang. Tidak ada yang mencurigainya selain Sersan Fatih, kalau saja tidak melihat bakat unik Rama, mungkin Sersan Fatih tidak akan mencurigai Rama, namun jika itu memang Rama, apa yang membuatnya melakukan pencurian harta di rumah Walikota, bukankah Rama ini orang yang mudah dalam mencari uang? "Sersan Fatih, tidak sopan menanyakan itu!" kata Pangeran Baskara, Sersan Fatih langsung menunduk dan meminta maaf. "Memangnya apa yang terjadi? apakah ada yang kehilangan sesuatu?" tanya Rama lagi, ia memang berniat memprovokasi Deni. "Aku sudah dirampok!! aku yakin pasti p
"Aku hanya bisa memberikan ini untukmu, aku tak bisa membantumu lebih banyak, kami harus segera kembali!" ujar Pangeran Baskara, ia memberikan Deni 2 batang emas. 2 batang emas termasuk banyak, tapi harta Deni yang hilang berkali-kali lipat lebih banyak. Membuat Deni menangis tersedu-sedu jika mengingat itu, ia bersyukur setidaknya Pangeran masih berbaik hati kepadanya dengan memberikan 2 batang emas. "Pangeran, terima kasih..." sungut Deni dengan ekspresi muram. "Jangan bersedih, kau masih bisa mengumpulkan harta, tapi ingatlah satu hal, lakukan hal yang baik agar tidak ada yang berniat jahat padamu!" pesan Pangeran Baskara, Deni menganggukkan kepalanya, tangannya masih dalam genggaman Pangeran Baskara. "Baiklah Pangeran..." ujar Deni mencoba untuk ceria. "Kalau begitu kami pergi dulu, nanti jika kau datang ke pusat kerajaan, aku juga akan menjamumu dengan baik!" Pangeran menepuk-nepuk genggaman tangan Deni. Deni senang mendengar itu, meski harta hilang ia tak bisa mendapatkan
Rombongan Rama dan Pangeran sampai di pusat kota Jawali, ketika memasuki gerbang kota, terlihat hingar bingar pusat kota yang sangat ramai. Rama bahkan tak menyangka jika pusat kota di jaman ini akan seramai ini, terlebih di malam hari. "Kak Fatta, apa kita boleh berjalan-jalan nanti?" tanya Alan, ia baru kali ini mendatangi pusat kota, begitu pula Fatta. "Tentu saja, kita harus membeli oleh-oleh nanti!!" seru Fatta ikut bersemangat. Meski merasa bangsa Mamarika lebih maju, Xiao Wang Li tetap merasa takjub melihat pusat kota dari Kerajaan Bamaraya. Banyak pedagang malam hari, penginapan-penginapan, rumah makan, hiburan malam lampu lampion, antraksi para jenaka dan masih banyak lagi. Terlebih rumah hiburan malam yang dipenuhi para pejabat, para pelajar hingga warga biasa. Para gisaeng juga terlihat anggun dan cantik. "Aku akan membeli permen gula-gula dan baju untuk istriku!" kata Eko matanya berbinar melihat keramaian kota. "Aku juga harus membawa oleh-oleh!!" sahut Bani juga t
Sersan Fatih memperlihatkan plakat milikinya,ia juga memberitahu kasim jikalau Pangeran Baskara ingin menemui Raja. "Raja sedang tidak enak badan, apakah harus sekarang bertemunya?" tanya Kasim Ketua, Kasim yang bernama Broto itu memiliki perawakan yang sedang, berwajah tenang dan bijak. "Harus sekarang, ada hal penting yang perlu Pangeran sampaikan!" lapor Sersan Fatih, terlihat Kasim Broto menghela napas dan masuk ke dalam kediaman Raja. Tidak berapa lama ia mempersilahkan Pangeran Baskara masuk, tetapi ketika Rama, Raka dan Amarta akan ikut masuk Kasim Broto melarangnya. "Jangan larang mereka masuk, merekalah orang-orang penting yang harus bertemu Raja!!" ucap Pangeran dengan sorot mata yang tajam. "Aku mengenal Tuan Penasehat Pertahanan dan Menteri Keuangan, tapi Tuan Muda ini siapa?" tanya Kasim Broto, sudah menjadi tugasnya sebagai abdi setia untuk melindungi Raja dari orang yang tidak di kenal. "Rama Adipati, Raja langsung yang ingin bertemu dengannya perihal senjata
"Sekarang apa yang ingin kau katakan? sudah tidak ada satupun penjaga!" desak Raja Pramana. "Lilia, kau ada disini?" tanya Rama, Lilia yang sedari tadi mengikutinya terlihat bingung. 'Tuan Muda, aku disini!!' Lilia masih menjawabnya lewat telepati. Raja Pramana bahkan terlihat bingung karena Rama bicara sendiri, ia jadi penasaran dengan apa Rama bicara, atau hanya sekedar omong kosong Rama agar dia percaya. "Muncullah Lilia!" perintah Rama. Dan, "Wush!!" Lilia muncul di antara Rama dan Raja Pramana, Lilia terlihat indah dengan kilau siripnya yang terkena cahaya, mata birunya begitu indah dan anggun. "Kau memperlihatkanku pada Raja ini Tuan Muda?" tanya Lilia dengan sedikit desisan pada tiap katanya. Raja tertegun dan terjatuh melihat Lilia yang begitu besar, meski tidak terlalu menakutkan tetap saja melihat Naga pertama kali akan membuat siapapun syok bukan kepalang. "Lilia, kau boleh pergi..." kata Rama lagi. Namun Lilia tidak Terima, ia mendekat kearah Raja Pramana
"Bapak!! Ibu!!" Rama masuk ke dalam rumah dengan terburu-buru. "Rama, nak... kau baru datang?" ibu Sri langsung menyambut hangat putranya itu, begitu pula pak Bima. "Pak, bu!! tidak ada waktu, kumpulkan semua warga desa, pak Joko dan timnya juga, kalian harus berlindung di bunker, akan ada badai salju!!" jelas Rama. "Badai salju? apakah sangat parah? tanya Jaya. Rama mengangguk, ia lalu mengeluarkan Alan, Eko dan Bani dari kotak penyimpanan. Pandu yang mendengar jadi ikut gelisah mengkhawatirkan keluarga dan warga perkemahan. "Kak Rama, bagaimana dengan keluargaku?" tanya Pandu dengan sorot wajah gelisah. "Kalian bisa membantu Pandu untuk menjemput mereka?" tanya Rama lagi. "Tentu bisa!!" sahut Jaya. "Baiklah, kalau begitu cepat bergerak!! aku akan melihat kedaaan bunker terlebih dahulu!!" kata Rama, ia lalu memasuki bunker. Melihat stok makanan-minuman, keamanan generator dan fungsi lainnya. Generator di bangunan atas juga Rama periksa, perapian menyala dengan baik.
"Varia, mengapa hanya 1/4 rohmu yang menjaga gunung Krakatau ini? Eh, apa kau menjalin kontrak?" tanya Naga Ketua, begitu melihat Lilia sudah mencapai tahap pendewasaan dan Varia adalah nama Lilia sebelum menjalin kontrak. "Manusia itu menolongku, aku harus membayar hutang budi, jadi aku menjalin kontrak dengannya Ketua, sekarang namaku Lilia." hormat Lilia begitu bertemu Ketua Naga. Ketua Naga menatap Lilia bangga. "Panggil aku kakek jika kita hanya berdua Lilia, kau adalah Naga penjaga sekaligus Naga petarung, jarang ada Naga dengan 2 tugas sepertimu, jadi aku bangga ketika kau menjalin kontrak! ingatlah prinsip Naga, hutang budi harus dibayar!"Kata Ketua Naga, ia mendekatkan kepala nya ke kepala Lilia, suatu menyala ketika kepala Naga mereka bersentuhan. Lilia mendapat restu dari Ketua Naga, kini warna Lilia ada corak biru muda berkilapnya, di dekat mata ke pipi. Lilia naik ke tahap Legendaris jika diberi restu menjalin kontrak dengan manusia. "Kakek, terima kasih telah membe