"Hahaha ... Menyerahlah Ketua. Jika kau menyerah, kami mungkin akan membiarkanmu tetap hidup."
Saat ini tampak seorang pria berjubah hitam dengan surai panjang peraknya tengah berdiri angkuh sambil melihat ke arah pemuda lain yang sedang berdiri di atas sebuah atap rumah. Pemuda lain itu mengenakan jas hitam panjang dan tudung merah yang melilit kepalanya. Matanya melirik kesana kemari seolah-olah sedang mencari jalan keluar dari tempat itu. Dialah Xie Tianlan, ketua mafia dari negara x yang paling disegani. 'Sialan' Tianlan merutuki kesialannya hari ini dan mendengus. Tidak ada jalan keluar. Semua area ini sudah dikelilingi oleh array yang membuatnya tidak bisa lari kemanapun. Dia meraih tudung merahnya dan menyeringai. "Hei kau," panggilnya. Pria bersurai perak yang memang sedari tadi hanya melihat kearah Tianlan sedikit mengernyitkan alisnya. "Kau tau apa ini kan, pengkhianat?" Ucap Tianlan sambil terkekeh kecil seraya memainkan sebuah remote di tangannya. "Ck, sial." Pria bersurai perak itu menggertakkan giginya dan berbalik. Dia mulai memfokuskan seluruh kekuatannya ke kakinya untuk bisa bergerak dengan cepat. Namun ternyata usahanya tidak sebanding dengan kecepatan Tianlan yang saat ini sudah berada tepat di belakangnya dan menahan tubuhnya. Pria bersurai perak itu berusaha melepaskan diri dengan menyerang Tianlan. Ia berusaha membuat Tianlan lengah tetapi sepertinya usahanya sia-sia. Jelas perbedaan kekuatan mereka adalah penyebab utamanya. Tianlan kembali mengunci pergerakan pria perak itu dan berbisik. "Jika aku mati hari ini di sini. Maka akan kupastikan bahwa aku tidak akan mati sendirian. Harus ada satu nyawa lain yang mengikutiku, atau jiwaku tidak akan tenang dan menghantui setiap orang yang merencanakan semua konspirasi ini." Setelah Tianlan mengucapkan itu, dia mengangkat sebelah tangannya yang menggenggam remote. Dia mengarahkan remote itu ke wajah sang pria perak dan mulai meletakkan jarinya di atas tombol merah. "Jangan tekan!" Teriak pria bersurai perak. Namun seolah-olah tuli, Tianlan tidak memperdulikan ocehan pria itu dan menekan tombolnya. *Tit* *BOOMM* Sementara itu di sisi lain ... Beberapa orang berpakaian seragam tampak berdiri mengelilingi tubuh seorang pemuda yang saat ini tergeletak tak berdaya di tanah. "Dia sudah mati?" Salah satu dari mereka angkat bicara. "Sepertinya sudah ... Ayo pergi." "Hiss. Sayang sekali, nasibnya benar-benar sial hari ini." Salah satu pemuda berjongkok dan mendekati tubuh ringkih yang sudah tak bernyawa di tanah. "Tapi kurasa ... Dia buta." "Aku tidak peduli, apa kau lupa kita diperintahkan untuk apa? Jika ada yang melihat ... Bunuh," Ucap pria lainnya yang sedari tadi hanya diam, "Ayo kembali ke Sekte," lanjutnya. "Baik." Keadaan kembali hening saat orang-orang itu pergi. Pemuda yang tergeletak tak berdaya di tanah beberapa saat yang lalu, perlahan mulai bergerak. Dia dengan susah payah bangun dari posisi berbaringnya dan menyenderkan tubuhnya di salah satu pohon. 'Ugh, dimana aku?' Dia melihat sekeliling dan baru menyadari bahwa saat ini dia berada di tengah hutan. 'Kenapa- aku ada di hutan?-' "Ugh." Tiba-tiba dia mencengkram kepalanya dan meringis. Sekelebat ingatan tiba-tiba berputar di kepalanya yang menyebabkan rasa sakit dan pening bercampur menjadi satu, membuatnya kembali menjatuhkan tubuhnya ke tanah. Tubuh ini adalah milik pemuda desa yang memiliki nama yang sama dengannya. Xie Tianlan. Anak laki-laki ke-3 dari Kepala Desa. Diabaikan sejak kecil karena keadaannya yang buta dan tidak bisa berkultivasi. Bukan hanya warga desa yang selalu menindas dan menghinanya, bahkan keluarganya sendiri tidak henti-hentinya merendahkan dan melecehkannya. Dia mati karena masuk ke hutan dan dibunuh oleh beberapa murid Sekte yang mengira bahwa dia melihat sesuatu yang seharusnya tidak ia lihat. Tapi bagaimana dia bisa melihat sesuatu itu dengan keadaannya yang buta? Seharusnya orang-orang itu melihat dulu kan keadaannya? Bagaimana bisa mereka membunuh tanpa pandang bulu seperti itu? Apakah sesuatu itu sangat penting sampai-sampai mereka harus membunuh seseorang secara acak untuk tutup mulut? "Sialan, kenapa bisa begini?" Baru saat itulah Tianlan menyadari bahwa ternyata dia bisa melihat. Seharusnya dia buta bukan? Hanya jiwanya yang berpindah bukan raganya, jadi seharusnya dia juga ikut buta karena mata ini adalah milik tubuh ini. "Ah, ini semua membuatku pusing." Seru Tianlan sambil mengacak-acak rambutnya frustasi. "Ck, Baiklah Baiklah. Seharusnya aku bersyukur karena diberikan kesempatan untuk kembali hidup." Dengan tenaganya yang masih tersisa, Tianlan berusaha berdiri dan mulai berjalan meninggalkan hutan. Untuk sekarang dia akan kembali ke rumah Kepala Desa. Setidaknya dia memiliki tempat tinggal sementara di dunia antah barantah ini. Dia harus melihat situasi di dunia ini terlebih dahulu sebelum memulai hidup barunya di sini.Setelah menempuh Jarak yang sebenarnya tidak terlalu jauh, Tianlan akhirnya sampai ke rumah Kepala Desa. Tanpa membuang waktu, dia langsung melangkahkan kakinya ke dalam mansion dan masuk ke kamarnya. Untungnya dia memiliki ingatan pemilik asli tubuh ini, jadi dia bisa beradaptasi di lingkungan ini dengan cepat. Tianlan melihat sekeliling kamar dan mulai menelusuri ruangan itu. Dia membuka salah satu tirai yang ternyata sebuah kamar mandi. Karena tubuhnya terasa lengket dan pakaiannya juga sangat kotor, Tianlan memutuskan untuk membersihkan dirinya terlebih dahulu sebelum beristirahat. Dia menyiapkan air terlebih dahulu sebelum menanggalkan pakaiannya satu persatu. Dia masuk ke dalam bak kayu berukuran besar yang sudah penuh dengan air dan mulai membersihkan dirinya. "Haah ... Segar." Tianlan melihat pantulan dirinya di air. Dia baru menyadari bahwa tubuh ini memiliki wajah yang cantik, bahkan terlalu cantik untuk seorang pemud
Karena penasaran, Tianlan melompat dari dahan pohon dan berjalan mengikuti suara. Seiring dengan langkah yang dia ambil, suara-suara itu terdengar semakin jelas. Tianlan melompat lagi ke atas salah satu dahan pohon dan melihat ke jalan kecil yang kini dipenuhi oleh orang-orang yang sedang beradu kekuatan. Tianlan mengunyah apel yang ia bawa beberapa saat yang lalu dan menonton pertarungan dengan serius. "Hati-hati! Lindungi pangeran dan Tuan Putri! Bantuan akan segera datang!" Seorang pria dengan pakaian khas prajurit yang melekat di tubuhnya, terlihat tengah menggenggam sebuah pedang dan mengayunkannya ke sana kemari. Tianlan memperhatikan teknik pedang yang digunakan oleh pria itu. Gerakan yang pria itu gunakan masih terlihat acak, namun akurat. Ayunan pedangnya sangat tegas dan terarah. Sepertinya kultivasi tubuhnya sudah mencapai tingkat tubuh emas, Kultivasi qi pria itu juga tidak bisa dibilang rendah. (Qi > Spiritual Energy of Heaven
Tianlan menyimpan uang-uangnya di kamar dan memutuskan untuk sedikit merilekskan tubuhnya dengan berjalan-jalan di sekitar mansion."Darimana saja kau?" Suara familiar terdengar dari belakang tubuhnya.Tianlan tahu suara itu, itu pasti suara ayah dari pemilik asli tubuh ini.Kepala Desa Dang, (Bei Li). Pria ini hanya tahu menggertak dan merendahkan, dia tidak peduli dengan Tianlan dan bahkan dia malah ikut menindasnya.Tianlan mengendikkan bahunya dan memilih untuk mengabaikannya."Anak tidak tahu malu, berani sekali kau mengacuhkanku." Bei Li mendekati Tianlan dan mencengkram tangannya.Tianlan yang merasa risih menepis tangan Bei Li dengan kasar sambil berdecih, "Tangan kotor tidak diperkenankan untuk menyentuhku.""Kau anak tidak berguna.""Dan anak tidak berguna ini adalah anakmu.""Anak? Hahaha ... Kau hanyalah-""Suamiku, seseorang ingin bertemu denganmu." Seorang wanita dengan kipas di tangannya tampak berj
Tianlan melangkahkan kakinya memasuki area dapur. Di atas meja yang terletak tepat di sebelah pintu masuk dapur, tersedia bermacam-macam hidangan.Tianlan mendekati meja dan duduk di salah satu kursi. Dia melihat makanan yang tersedia satu persatu dan tersenyum puas. Karena sepertinya keluarga ini tidak akan memberinya makan. Maka Tianlan akan lebih dulu menghabiskan makanannya."Hambar." Tianlan mengunyah makanannya dengan ekpresi pahit. Tapi karena dia lapar dan hanya ini satu-satunya makanan yang ada sini, maka Tianlan akan dengan berat hati menghabiskan semua makanan ini, lagipula dia ingin mengerjai keluarga ini.Saat tengah asyik makan, Tiba-tiba Tianlan mendengar suara yang sepertinya berasal dari halaman belakang dapur. Tianlan penasaran dan dengan cepat menghabiskan makanannya lalu mengikuti asal suara.Saat dia sampai di halaman belakang, tanpa sengaja matanya melihat adegan yang tidak sepantasnya ia lihat."Sial." Tianlan mengumpat dan m
'Apa-apaan ini?' Kenapa hati Tianlan terasa sakit saat mendengar lontaran hinaan-hinaan itu? Kenapa rasanya seperti ada yang mengendalikan perasaannya? *Tak tak tak* Hakim yi menghentikan kebisingan dengan memukul meja menggunakan sebuah kayu. Dia menatap Tianlan beserta seluruh Keluarga Bei dan mulai berbicara, "Xie Tianlan ... Tuduhan kepadamu bukanlah kasus ringan, Tuan Bei mengatakan uangnya telah dicuri selama beberapa tahun terakhir. Jadi hukuman yang kau dapatkan jika dinyatakan bersalah akan sangat berat. Sekarang, apakah ada pembelaan darimu?" Tianlan hanya diam tanpa menyanggah ucapan Hakim yi sedikitpun, seolah-olah dia tidak mendengarkan semua tuduhan yang diluncurkan padanya. Entah kenapa dia tidak bisa bicara sedikitpun, hatinya terasa sakit dan sepertinya itu bukan atas kehendaknya. Tianlan tidak pernah merasa seperti ini sebelumnya. Namun sekarang, semuanya terasa berbeda. 'Apa karena tubuh ini.' "A-Tian, jawabl
*Kemarin malam*"Tapi ... ."Hening sejenak."Apa kalian tahu hukuman bagi pencuri di desa ini?" Bei Li kembali melanjutkan ucapannya kemudian menatap Bei Yuan dan anak-anaknya.Bei yan mengunyah makanannya dan menjawab, "Cambuk 1000 kali?""Benar." Bei Li menjawab dengan antusias, "Tubuh Tianlan sangat lemah karena tidak bisa berkultivasi. Jika kita membuatnya menjadi seorang pencuri di mata orang-orang. Maka hukuman cambuk akan di dapatkan olehnya. Tubuhnya tidak akan bisa menahan hukuman itu dan dia akan mati."Yang lainnya menatap Bei Li dengan ekpresi yang sama. Mereka terkejut sekaligus senang, itu adalah cara yang bagus untuk menyingkirkan seseorang."Ya, Ya. Kau sangat pintar suamiku. Jika kita berhasil membuatnya mati, maka orang-orang itu tidak akan datang lagi kesini untuk mengganggu kita." Setelah mengatakan itu, Bei Yuan tertawa diikuti oleh Bei Li dan yang lainnya yang ada di ruangan itu."Oh." Sebuah gumaman lolo
Tianlan sama sekali tidak menyangka dengan perubahan tubuhnya sendiri. Saat dia selesai bermeditasi, tiba-tiba saja dia merasa lebih bugar dan sehat. Dia juga bisa mengendalikan qi-nya dengan lancar.Tianlan merasa heran sekaligus senang. Awalnya dia mengira akan sangat sulit baginya untuk mengendalikan qi dan menggunakan Dantiannya, tapi sepertinya dugaannya salah. Buktinya jiwanya mampu beradaptasi dengan tubuh ini hanya dalam waktu 2 hari.Namun, Tianlan masih tidak mengerti, mengapa ini bisa begitu cepat. Biasanya, jiwa yang baru lahir membutuhkan hampir setengah tahun untuk bisa beradaptasi dengan tubuh fana. Apalagi jiwa yang tersesat sepertinya, jiwa yang tersesat membutuhkan waktu 2 kali lipat dari jiwa yang baru lahir untuk bisa beradaptasi dengan tubuh fana.Mungkin ini hanya keberuntungan Tianlan.Saat ini dia sudah berada di pelelangan klan Xu. Ruangan yang akan digunakan untuk tempat pelelangan sudah penuh oleh pengunjung. Suasananya sangat r
Pagi hari, di tengah kota Yuan. Riuh rendah para penduduk yang berjalan kesana kemari terdengar di penjuru kota. Orang-orang berlalu lalang seraya melakukan kesibukannya masing-masing.Terlihat para pedagang pinggir jalan sudah mulai membuka kiosnya, bahkan teriakan pedagang-pedagang yang telah membuka tokonya paling awal sudah terdengar sahut menyahut.Mereka semua hanya sibuk dengan aktivitas mereka masing-masing dan tidak menyadari empat sosok yang saat ini tengah berdiri di sebuah gang sempit."Pukul dia lebih keras! Berani sekali orang rendahan sepertinya mencuri dari Tuan Lian yang terhormat." Tampak seorang pria yang berdiri paling depan memberikan perintahnya dengan wajah marah.Tanpa membantah atau mengucapkan sepatah katapun