Dikatakan bahwa Desa Zao yang merupakan tempat di mana Gerbang untuk menuju ke Hutan Beast berada di serang oleh wabah mematikan yang tidak diketahui asal muasalnya.
Setiap orang yang terinfeksi akan menderita keracunan yang sangat parah. Tidak diketahui pasti gejala awal dari wabah ini, tetapi setelah terinfeksi, sang penderita akan mengalami halusinasi serta kulit mereka akan berubah warna menjadi hitam di bagian-bagian tertentu, warna hitam pada kulit ini membentuk seperti akar yang lama kelamaan akan merambat ke seluruh tubuh.
Akar hitam inilah racun yang membuat manusia berhalusinasi dan terus menerus memuntahkan darah hingga darah di tubuh sang manusia terkuras habis. Sampai sekarang tidak ada yang tahu apa penawar racun ini dan bagaimana cara mengobatinya.
Halusinasi yang diciptakan oleh racun ini sangat kuat. Racun ini akan membangkitkan kembali kenangan buruk yang pernah dialami oleh penderita dan bisa membuat sang penderita gila.
Setiap oran
"Zhaoyang, kau hanya harus memanggil namaku dengan benar, kau mengerti?" Zhaoyang mengangguk patuh saat melihat Tianlan mulai memposisikan dirinya duduk di hadapan Zhaoyang. Mereka baru saja memesan penginapan dan kamar yang ditempati oleh mereka berdua saat ini hanya memiliki satu ranjang bersama. Jadi Tianlan harus berbagi tempat tidur bersama Zhaoyang. "Panggil namaku." Tianlan mulai mengajari Zhaoyang berbicara. Bukan tanpa alasan Tianlan harus mengajari anak ini berbicara, Tianlan tidak mau memiliki pelayan yang bodoh, apalagi lemah dan tidak berguna. Berhubung Zhaoyang adalah orang pertama yang akan menjadi “Kelinci percobaannya,” maka tentu saja, Tianlan harus melatihnya dengan sangat keras. (“Kelinci percobaan” di sini maksudnya, Tianlan akan menjadikan Zhaoyang sebagai murid pertamanya untuk ia angkat menjadi pelayannya nanti. Tianlan akan mencoba mengajari Zhaoyang. Jika tidak berhasil, maka Tianlan akan mencari orang lain dan menjad
"Shixiong, apakah kau benar-benar yakin dengan ini? Sudah banyak Kultivator hebat yang tidak bisa keluar dari Desa ini hidup-hidup." Qixuan dan seniornya, Zhang Jiangwu baru saja memesan kamar di salah satu penginapan yang ada di Desa Zao. Desa yang kabarnya terisolasi dari dunia luar karena infeksi wabah aneh dan mematikan yang melandanya. Sebenarnya Qixuan sangat menentang keputusan Zhang Jiangwu yang bisa dibilang terlalu berani, namun apa yang bisa dia lakukan? pendirian Zhang Jiangwu sangat kokoh untuk bisa masuk ke desa ini. Apalagi dia diperintahkan langsung oleh shifunya. Qixuan dan Zhang Jiangwu adalah murid Sekte dari Sekte cermin giok, mereka berguru dengan orang yang sama, itu sebabnya hubungan Qixuan dan Zhang Jiangwu sangat dekat. Jiangwu mengabaikan Qixuan dan memilih untuk merebahkan tubuhnya di atas kasur. Dia menutup kedua matanya sebelum menjelajah ke alam mimpi. Qixuan yang melihat tindakan Jiangwu yang hanya diam dan lebih
Tidak ada sesuatu yang lebih besar yang bisa membuatnya kesal setengah mati kecuali tujuannya tidak bisa ia penuhi. Oh ayolah, Tianlan hanya perlu mendapatkan manual kultivasi, dan harta karun yang ada di Hutan Beast sajalah solusi yang paling tepat untuknya. Tianlan datang ke sini untuk mendapatkan harta itu, tapi dia malah mendapatkan kabar tidak sedap seperti ini. Harta itu sangat penting untuknya, jika orang-orang menyebutnya harta karun legendaris, sudah pasti ada manual kultivasi di dalamnya. Tianlan harus mendapatkannya agar dia bisa berkultivasi dengan lancar tanpa harus terus kehilangan separuh Qi di tubuhnya. Tentu saja dia kesal, sangat kesal dan bahkan sangat ingin menyalurkan kekesalannya. Tianlan menendang batu krikil di hadapannya dengan sekuat tenaga, seluruh kekesalannya ia salurkan dalam tendangannya. Tindakannya itu membuat Zhaoyang memiringkan kepalanya bingung. Sambil mengunyah bakpao di tangannya, Zhaoyang hanya diam seraya melih
Mayat ini terlihat sangat mengerikan, tubuhnya kering dan kulitnya sangat pucat. Hanya tulang dan kulitlah yang tersisa. Namun, walaupun tubuh fisiknya terlihat mengerikan. Pakaian dan pernak-pernik yang mayat itu kenakan masih terlihat bersih dan rapi. Tianlan berjongkok di dekat mayat itu dan mengeluarkan sebuah belati kecil dari dalam saku kemejanya. Dia menggunakan belati tersebut untuk menggores sedikit kulit dari mayat tersebut. Tianlan melihat bahwa tidak ada setetes darah pun yang keluar. Ternyata rumor itu memang benar. Mayat yang terinfeksi memang tidak memiliki darah sedikit pun di tubuhnya. Tianlan memotong pakaian dari mayat tersebut dan mulai memeriksanya. "Hei! apa yang orang itu lakukan? apakah dia tidak memiliki rasa malu? kenapa dia merobek pakaian mayat itu?" Salah seorang pria yang berdiri paling depan memprotes tindakan Tianlan, menurutnya tindakan orang ini sangat tidak tahu malu. Mempermalukan orang yang sudah tidak bernyawa di
"Shixiong, menurutku kasus hari ini sangat tidak biasa. Kau tahu? orang-orang mengatakan bahwa sebelumnya mayat-mayat yang terinfeksi umumnya mati di waktu malam. Namun, peristiwa hari ini sangat berbeda dengan apa yang aku dengar, ini sungguh aneh. Bagaimana menurutmu, Shixiong?" Qixuan duduk di tepi ranjang sambil memperhatikan Jiangwu yang tengah mengganti pakaiannya. "Hm." Hanya gumamam ambigu itulah yang lolos dari mulut Jiangwu sebelum ia memposisikan tubuhnya dengan nyaman di atas ranjang dan menutup kedua matanya. Qixuan yang kembali mendapatkan sikap dingin Jiangwu hanya bisa menghembuskan napas lelah. Ia merogoh saku kemejanya dan memberikan sebuah amplop putih ke arah Jiangwu. "Shifu mengirimkan ini. Aku tidak tahu apa yang ingin Shifu sampaikan karena aku belum membukanya." Kedua mata Jiangwu terbuka dan ia segera meraih amplop di tangan Qixuan sebelum membuka dan mendapati sebuah surat yang terlipat rapi di sana. Jiangwu segera me
"Keluarga Cheng?" Pelayan penginapan tersebut menatap Tianlan dengan pandangan ragu, "Bagaimana aku harus memberitahumu Tuan? Keluarga itu sudah tidak ada lagi di dunia ini? Apa lagi yang kau inginkan?" Kenapa nada suara pelayan ini terdengar agak meremehkan bagi Tianlan? "Apa yang kau ketahui tentang Cheng Di?" Tianlan memutuskan untuk mengabaikan perkataan pelayan tersebut dan kembali bertanya. "Cheng Di? Cheng Di dari keluarga Inti?" Tianlan hanya diam tidak menjawab. Cheng Di ini sebenarnya berasal dari keluarga cabang. Ayahnya, Cheng Yu hanya memiliki sedikit garis keturunan keluarga Cheng. Walaupun mereka tinggal di Mansion Keluarga Cheng, kehidupan mereka tidak bisa dikatakan cukup. Mereka terbilang sangat kesulitan dengan uang. Hidup mereka hanya bergantung dengan beberapa karung beras yang dibagikan Mansion Cheng untuk setiap Kepala Keluarga. Cheng Yu yang sangat mengerti dengan keadaan mereka memutuskan untuk bekerja
Cheng Di awalnya berasal dari keluarga cabang, lalu karena kejeniusannya dia diangkat ke keluarga inti. Sejak awal keluarganya hidup dalam keadaan miskin, walaupun Cheng Di telah meningkatkan derajat keluarganya, tetap saja kebutuhan keluarganya masih tidak mencukupi. Ayah Cheng Di, Cheng Yu menghilang secara tiba-tiba dan menimbulkan tanda tanya besar di benak orang ramai. Pada malam setelah kehilangan Cheng Yu salah satu anggota keluarga Cheng terinfeksi sebuah penyakit misterius, dan setelah itu, satu-persatu anggota keluarga Cheng terinfeksi penyakit ini dan mati. Tidak ada yang tersisa dari keluarga tersebut kecuali Cheng Di, namun Cheng Di juga sudah mati, tidak ada yang tersisa dari keluarga itu. Kasus ini ternyata sangat rumit, semua yang terjadi di Desa ini pasti memiliki penyebabnya, tapi kenapa hanya keluarga Cheng? Tianlan memperhatikan benda di genggamannya. Itu adalah sebuah kain yang memiliki corak di beberapa titik. Kain ini terlihat sep
Keesokan harinya Tianlan kembali ke kediaman keluarga Cheng, kali ini dia membawa Zhaoyang ikut serta dalam penyelidikannya. Tianlan memilih untuk pergi di malam hari karena sepertinya dia akan menimbulkan kecurigaan di benak warga desa jika dia terus berkunjung ke kediaman Cheng. Tianlan kembali memasuki halaman Mansion keluarga Cheng, ia melangkahkan kakinya ke beberapa titik acak dan menggali. Setelah lima menit menggali, Tianlan akhirnya selesai dan berhasil mengumpulkan tujuh buah bendera pemanggil arwah. Jika dugaannya benar, masih ada ratusan bendera arwah yang ditanam di berbagai tempat. Tianlan hanya membutuhkan tujuh bendera arwah, jadi dia tidak perlu mencari lagi. "Tuan ini ... ." Saat Tianlan tengah sibuk dengan bendera-bendera di tangannya, suara seorang pemuda terdengar dari arah punggungnya. Tianlan berbalik dan melihat dua orang pemuda berpakaian seragam berdiri berdampingan. Tianlan sudah cukup sering melihat dua orang