Hal pertama yang ia lihat saat dia membuka kedua matanya adalah langit-langit ruangan berwarna putih dan seekor kucing yang bergelung nyaman di sisi tubuhnya.
Penglihatannya yang semula kabur berangsur-angsur membaik dan kini ia bisa melihat dengan jelas. Dia baru menyadari bahwa saat ini dia sedang berada di atas sebuah ranjang mewah dan ruangan asing yang sama sekali tidak pernah ia lihat sebelumnya.
Di sebelah kanan ranjang terdapat beberapa meja dan lemari serta furnitur-furnitur yang terlihat mewah.
Dia merasa sedikit kebingungan dengan apa yang ia lihat. Bukankan dia berada di kota beberapa saat yang lalu? Bangsawan Lian dan para pengawalnya memukulinya sampai tiba-tiba seseorang datang dan-
Baru saat itulah dia menyadari bahwa ternyata dia tidak sendirian di ruangan itu. Dia menoleh ke samping dan di sanalah dia melihat orang itu, duduk dalam "Posisi Lotus" dengan mata terpejam.
Dia terlihat sangat tenang dan damai. Posisinya yang membe
Sebuah kedai teh di tepi jalan terlihat penuh oleh para pengunjung. Para pelayan terlihat sibuk kesana kemari mengantarkan pesanan. Suara-suara percakapan dan tawa ria para pengunjung terdengar sangat jelas dari luar kedai teh. Di salah satu meja, tampak dua manusia duduk saling berhadapan. Salah satu dari mereka mengenakan sebuah topi bundar berbahan bambu yang memiliki ukuran cukup lebar hingga menutupi sebagian wajahnya. Seorang pelayan menghampiri meja tersebut dan meletakkan pesanan yang ia bawa di atas meja. Bermacam jenis hidangan berjejer rapi di sepanjang meja. Kedai teh ini tidak hanya menyediakan teh atau makanan-makanan ringan saja, tetapi mereka juga menyediakan makanan-makanan pokok untuk para pengunjung yang rata-rata adalah para pengembara, kultivator, dan orang-orang yang sedang melakukan perjalanan jauh. Di tengah-tengah kebisingan, dua orang lainnya yang berpakaian seperti murid Sekte masuk melalui pintu depan. Masing-masing dari m
'Kenapa anak ini terus makan sedari tadi? Sudah berapa minggu perutnya tidak diisi dengan sesuatu?' Wajah Tianlan dihiasi oleh garis-garis hitam tatkala melihat Zhaoyang yang terus mengunyah makanannya tanpa ragu. Anak ini sangat rakus, tetapi Tianlan tidak bisa membuangnya begitu saja, energinya sudah banyak terbuang hanya untuk menyembuhkan anak ini, semoga saja anak ini berguna suatu hari nanti. "Hei kau!" Zhaoyang yang semula hanya fokus pada makanannya mendongak untuk menatap Tianlan. Tianlan meletakkan satu sikunya di atas meja dan menyenderkan kepalanya di sana, "Dari mana kau berasal?" Tianlan baru menyadarinya, dia sama sekali belum menanyakan apapun tentang anak ini. Jika Tianlan ingin mengangkatnya menjadi pengikutnya, setidaknya dia harus mengetahui latar belakang dari anak ini dulu. Zhaoyang berhenti mengunyah dan hanya diam menatap Tianlan. Tianlan yang lagi-lagi mendapatkan reaksi yang sama hanya bisa menghela na
'Siapa yang berbicara?' Tianlan melirik ke sana ke mari dengan pandangan waspada. Alisnya berkedut saat merasakan hawa dingin yang tiba-tiba saja datang entah dari mana. 'Hawa dingin ini... .' Sedikit mencurigakan. Namun, Tianlan tidak merasakan ancaman dari mana pun. Hanya hawa dingin dan ruangan kosong saja yang terasa agak janggal. "Untuk apa kau memasang kuda-kuda seperti itu? Sudah kubilang saat ini kau sedang berada di dalam tubuhmu sendiri, tepatnya di dalam Dantianmu. Jadi sekarang kau berniat menghancurkan Dantianmu sendiri, huh?" Suara itu lagi. Suara itu memang terdengar jelek dan seperti anak kecil, bahkan tidak ada ancaman di dalamnya. Tetapi, masih tidak menutup kemungkinan jika pemilik suara itu memang memiliki niat tersembunyi yang bisa saja membahayakan nyawa Tianlan sendiri. "Hei! Dasar tidak bermoral! Siapa yang kau bilang jelek? Majulah 12 langkah kedepan dan kau akan melihat, seberapa cantiknya diri
Xie Tianlan merupakan pemuda buta yang dianggap tidak berguna di Desanya. Seluruh anggota keluarga Kepala Desa beserta masyarakat di Desa Dang (Tempat Tianlan tinggal) terus menerus menindas serta merendahkan Tianlan. Meskipun mereka tahu bahwa Tianlan tidak memiliki kesalahan apapun, mereka tetap memperlakukannya layaknya hama. Tidak ada seorang pun yang memiliki hati untuk mendukungnya. Semua orang di Desa terpengaruh oleh rumor dari Kepala Desa mereka sendiri. Kepala Desa membayar seseorang untuk menyebarkan rumor yang mengatakan bahwa Tianlan mempelajari kultivasi yang sangat aneh. Dia membuat seluruh penduduk Desa Dang berpikir bahwa Tianlan telah melakukan perbuatan bengkok, mereka mengira bahwa Tianlan telah melakukan kultivasi sesat. Karena Tianlan tidak berhasil dengan kultivasinya, maka dia memilih untuk melakukan perbuatan keji. Itulah yang dipikirkan warga Desa tentangnya. Namun, semua tuduhan itu sama sekali tidak benar. Tianlan s
Dikatakan bahwa Desa Zao yang merupakan tempat di mana Gerbang untuk menuju ke Hutan Beast berada di serang oleh wabah mematikan yang tidak diketahui asal muasalnya. Setiap orang yang terinfeksi akan menderita keracunan yang sangat parah. Tidak diketahui pasti gejala awal dari wabah ini, tetapi setelah terinfeksi, sang penderita akan mengalami halusinasi serta kulit mereka akan berubah warna menjadi hitam di bagian-bagian tertentu, warna hitam pada kulit ini membentuk seperti akar yang lama kelamaan akan merambat ke seluruh tubuh. Akar hitam inilah racun yang membuat manusia berhalusinasi dan terus menerus memuntahkan darah hingga darah di tubuh sang manusia terkuras habis. Sampai sekarang tidak ada yang tahu apa penawar racun ini dan bagaimana cara mengobatinya. Halusinasi yang diciptakan oleh racun ini sangat kuat. Racun ini akan membangkitkan kembali kenangan buruk yang pernah dialami oleh penderita dan bisa membuat sang penderita gila. Setiap oran
"Zhaoyang, kau hanya harus memanggil namaku dengan benar, kau mengerti?" Zhaoyang mengangguk patuh saat melihat Tianlan mulai memposisikan dirinya duduk di hadapan Zhaoyang. Mereka baru saja memesan penginapan dan kamar yang ditempati oleh mereka berdua saat ini hanya memiliki satu ranjang bersama. Jadi Tianlan harus berbagi tempat tidur bersama Zhaoyang. "Panggil namaku." Tianlan mulai mengajari Zhaoyang berbicara. Bukan tanpa alasan Tianlan harus mengajari anak ini berbicara, Tianlan tidak mau memiliki pelayan yang bodoh, apalagi lemah dan tidak berguna. Berhubung Zhaoyang adalah orang pertama yang akan menjadi “Kelinci percobaannya,” maka tentu saja, Tianlan harus melatihnya dengan sangat keras. (“Kelinci percobaan” di sini maksudnya, Tianlan akan menjadikan Zhaoyang sebagai murid pertamanya untuk ia angkat menjadi pelayannya nanti. Tianlan akan mencoba mengajari Zhaoyang. Jika tidak berhasil, maka Tianlan akan mencari orang lain dan menjad
"Shixiong, apakah kau benar-benar yakin dengan ini? Sudah banyak Kultivator hebat yang tidak bisa keluar dari Desa ini hidup-hidup." Qixuan dan seniornya, Zhang Jiangwu baru saja memesan kamar di salah satu penginapan yang ada di Desa Zao. Desa yang kabarnya terisolasi dari dunia luar karena infeksi wabah aneh dan mematikan yang melandanya. Sebenarnya Qixuan sangat menentang keputusan Zhang Jiangwu yang bisa dibilang terlalu berani, namun apa yang bisa dia lakukan? pendirian Zhang Jiangwu sangat kokoh untuk bisa masuk ke desa ini. Apalagi dia diperintahkan langsung oleh shifunya. Qixuan dan Zhang Jiangwu adalah murid Sekte dari Sekte cermin giok, mereka berguru dengan orang yang sama, itu sebabnya hubungan Qixuan dan Zhang Jiangwu sangat dekat. Jiangwu mengabaikan Qixuan dan memilih untuk merebahkan tubuhnya di atas kasur. Dia menutup kedua matanya sebelum menjelajah ke alam mimpi. Qixuan yang melihat tindakan Jiangwu yang hanya diam dan lebih
Tidak ada sesuatu yang lebih besar yang bisa membuatnya kesal setengah mati kecuali tujuannya tidak bisa ia penuhi. Oh ayolah, Tianlan hanya perlu mendapatkan manual kultivasi, dan harta karun yang ada di Hutan Beast sajalah solusi yang paling tepat untuknya. Tianlan datang ke sini untuk mendapatkan harta itu, tapi dia malah mendapatkan kabar tidak sedap seperti ini. Harta itu sangat penting untuknya, jika orang-orang menyebutnya harta karun legendaris, sudah pasti ada manual kultivasi di dalamnya. Tianlan harus mendapatkannya agar dia bisa berkultivasi dengan lancar tanpa harus terus kehilangan separuh Qi di tubuhnya. Tentu saja dia kesal, sangat kesal dan bahkan sangat ingin menyalurkan kekesalannya. Tianlan menendang batu krikil di hadapannya dengan sekuat tenaga, seluruh kekesalannya ia salurkan dalam tendangannya. Tindakannya itu membuat Zhaoyang memiringkan kepalanya bingung. Sambil mengunyah bakpao di tangannya, Zhaoyang hanya diam seraya melih