“Hengky Pranoto ….”Martin menatap sosok Hengky lekat-lekat, raut wajahnya penuh dengan kebencian.Dirinya sama sekali tidak menyangka bahwa Hengky akan kembali ke rumah Winda. Hal ini bisa merusak semua rencana yang telah dibuat olehnya.Sebaliknya, Ethan yang melihat kedatangan Hengky, langsung bisa bernapas dengan lega. Pria itu berbalik menatap Martin, dengan alis bertaut ke tengah berkata, “Hengky sudah kembali, Martin kita harus segera pergi.”Raut wajah Martin penuh keengganan, tapi dirinya tahu dengan jelas, bahwa sekarang dia sudah kehilangan kesempatan emasnya dan tidak mungkin kesempatan itu akan datang lagi. Setelah sempat ragu selama beberapa detik, Martin akhirnya menutup matanya, lalu berkata dengan gigi yang terkatup rapat, “Ayo, pergi.”Seolah takut pria itu akan menyesali keputusannya, Ethan langsung buru-buru menyalakan mesin mobilnya dan meninggalkan tempat itu.Melihat kondisi di dalam rumah tidak ada sedikit pun cahaya, Hengky langsung merasa ada hal yang tidak b
Winda perlahan-lahan membuka kedua matanya, rasa sakit langsung menyerang di sekujur badannya, seolah dirinya baru saja ditabrak oleh sebuah mobil. Darah di kepalanya mengalir hingga masuk ke dalam mata, membuat pandangannya menjadi buram seketika.Perempuan itu mengangkat tangan, mengelap bekas darah yang mengalir di keningnya, barulah akhirnya dia bisa melihat kondisi di sekitarnya lebih jelas.Melihat Hengky yang sedang berada di sana, Winda mengira bahwa dirinya sedang bermimpi. Namun belum sempat perempuan itu mengatakan apa pun, kilatan cahaya dingin dari benda tajam di tangan Roma memantul dan masuk ke dalam penglihatannya.Mata Winda seketika membesar, lalu berteriak sekuat tenaga, “Hengky, awas!”Hengky melirik ke arah Winda, lalu bereaksi dengan cepat. Pria itu menghindar dengan gesit tepat ketika pisau buah di tangan Roma hendak menusuk badannya.Ketika Roma mengetahui bahwa dirinya telah gagal menusuk Hengky, pria itu menyeringai dingin lalu tiba-tiba berlari menuju Winda y
“Jangan bicarakan ini sekarang,” ucap Hengky dengan tegas. “Beberapa dari kalian sekarang bawa dia pergi dari sini, bagaimana membereskannya, seharusnya kalian tahu, kan?”Seorang pria yang sedang memegang pistol berkata dengan penuh hormat, “Mengerti, Pak!”Mendengar Hengky yang mau menahannya secara pribadi, jantung Roma langsung berdegup kencang, bulu kuduk di lehernya terasa berdiri tegak.Pria itu tahu, kalau Hengky membawanya, nasibnya hanya akan ada dua kemungkinan, yaitu mati atau berada di antara ambang kehidupan dan kematian.“Hengky, kamu berani menyentuhku, kamu ….”Belum sempat Roma selesai berbicara pria yang sedang memegang pistol itu langsung menendang kepalanya hingga mengenai lantai. “Kalau aku mendengar lagi kamu berbicara seperti itu kepada Pak Hengky, maka aku akan membuat kamu seumur hidup nggak bisa berbicara lagi!”Roma melihat moncong hitam pistol itu, mau tidak mau hanya bisa menelan kembali semua ucapannya ke dalam perut. Sekarang mereka berada di luar negeri
“Suruh Santo ke sini,” ujar Hengky sambil mengerutkan keningnya. Hengky terlihat sangat khawatir ketika melihat wajah Winda yang memucat. Terlebih lagi, ketika dia melihat luka di dahi, leher dan wajah Winda yang membuat amarah di dalam hatinya langsung bergejolak dengan dahsyatnya. Namun, dia tetap berusaha untuk menahan emosinya. Kemudian dia mengambil kain kasa lalu berkata kepada Winda, “Sini, kamu!”Winda langsung melangkah mundur karena dia tahu maksud dari panggilan Hengky kepadanya. “Aku nggak apa-apa, kok. Lebih baik kita obati lukamu dulu,” ujar Winda cepat. Hengky sempat menatap Winda selama beberapa saat lalu kembali berteriak memanggil Santo, “Santo, ke sini kamu!”Santo yang sedang memeriksa keadaan rumah langsung bergegas menghampiri Hengky ketika mendengar panggilan itu. Kemudian Hengky memberikan kain kasa kepada Santo seraya berkata, “Aku kasih kamu waktu 3 menit untuk urus luka ini.”Santo sempat terkejut ketika mendengar perintah Hengky. Namun, dalam sekejap ma
Hengky berjalan menghampiri Santo dan memberitahukannya beberapa hal setelah Hengky memberikan ponsel itu ke tangan Winda. Tidak lama kemudian, ambulans akhirnya datang. Mereka berdua pergi ke rumah sakit untuk mengobati luka-luka yang mereka derita. Luka di tubuh Winda bisa dibilang relatif ringan. Luka-luka itu hanya perlu dioleskan salep dan dibalut. Namun, sayangnya luka di kepala Winda cukup parah karena sampai membuatnya mengalami gegar otak. Di sisi lain, luka di punggung Hengky memerlukan beberapa jahitan untuk menyembuhkannya. Karena semua luka yang mereka derita, maka kedua orang itu harus dirawat selama satu hari di rumah sakit. Keesokan harinya, Winda menyadari kalau Hengky tidak ada di dalam ruang rawatnya ketika dia bangun di pagi hari. Di dalam ruang rawatnya hanya ada Santo yang bertugas untuk menjaganya. Winda langsung menanyakan keberadaan Hengky kepada Santo. Santo hanya mengatakan kalau Hengky pergi untuk mengurus sesuatu. Namun, laki-laki itu tidak mengatakan
“Terima kasih atas perhatian Master Moka terhadap masalah saya. Tapi setahu saya, suami saya sudah mengurus masalah ini dengan baik,” jawab Winda seakan tidak ingin memberitahu lebih banyak lagi tentang masalah pribadinya. Moka pun mengerti maksud dari perkataan Winda. Akhirnya, dia tidak lagi bertanya lebih banyak dan mulai membicarakan masalah bisnis mereka. Di sisi lain, Roma melalui malam yang sulit selama beberapa hari belakangan. Dia mendapatkan ‘perawatan khusus’ yang membuat dirinya tidak berdaya sampai membuat tubuhnya tidak memiliki kekuatan untuk bangun. Dia terus membuka matanya sampai fajar menyingsing dan selama itu juga ada orang yang datang sambil membawa air lalu menjambaknya. Orang itu juga terus menyuruhnya untuk meminum air yang telah dibawanya. Roma tersedak oleh air yang dipaksa masuk ke dalam kerongkongannya. Dia menatap sosok laki-laki jangkung dengan matanya yang memerah lalu berteriak dengan suara serak, “Apa yang kalian mau? Di mana Hengky? Aku mau ketemu
Si laki-laki itu menatap ke arah Hengky untuk meminta izin kepadanya dan langsung berhenti setelah mendapatkan instruksi darinya. Roma merasa sakit di sekujur tubuhnya lalu berkata sambil mencibir, “Memang aku yang memperkerjakan ketiga orang itu. Aku cuma mau kasih pelajaran sama Winda. Aku sama sekali nggak bermaksud untuk melukai dia. Lagi pula, semua ini terjadi juga karena ulah Winda. Hengky, seharusnya kamu juga bisa mengatur istrimu dengan baik. Kamu juga seharusnya nggak menyalahkanku karena melakukan hal itu sama dia.”Hengky langsung memicingkan matanya dengan aura yang terlihat sangat berbahaya dan tajam. Kemudian dia berkata dengan nada dingin, “Kamu seharusnya juga sudah memikirkan semua konsekuensinya ketika kamu berani menyentuh istriku.”Roma kembali berkata dengan nada mengejek setelah melihat pancaran penuh kekesalan di wajah Hengky, “Pak Hengky, seingatku istrimu itu punya laki-laki lain kan di luar sana? Kalau tidak salah namanya itu Jefry, benar kan?”Tatapan mata
Ferdinand tahu kalau niat Hengky untuk meneleponnya saat ini pastinya bukanlah hal yang baik, jadi Ferdinand hanya bisa mengutuk Hengky di dalam hatinya tanpa bisa melakukan apa pun. Karena dia tidak bisa menyinggung pemimpin dari Pranoto Group. “Pak Ferdinand sama sekali tidak melakukan kesalahan. Tapi putra Bapak yang melakukannya,” jawab Hengky acuh tak acuh. Putra ….Ferdinand langsung teringat akan putranya ketika mendengar perkataan Hengky. Putra itu kabur begitu saja ketika Ferdinand membawanya kembali ke rumah. Bahkan sampai saat ini, Ferdinand masih belum mendengar kabar dari putranya itu.Sebenarnya, Ferdinand tidak terlalu khawatir dengan keadaan Roma, sekalipun dia tidak mendapatkan kabar dari putranya itu. Karena Roma memang sangat suka memberontak dan tidak bisa diatur. Namun, dia tidak pernah menyangka kalau putranya itu akan pergi ke luar negeri tanpa memberitahunya terlebih dahulu. Bahkan Roma juga berani mengganggu seorang Hengky Pranoto. Ferdinand menggertakkan gi