Perempuan itu duduk tidak bergerak di dalam mobil. Suara dingin Hengky tiba-tiba memecahkan keheningan, “Cepat turun.”“Hengky, aku ingin berbicara denganmu, di antara kita ….”Wajah pria itu terlihat semakin dingin, suaranya bertambah berat dan tegas, “Turun,” perintahnya sekali lagi.Sebuah kata yang keluar dari mulut Hengky, membuat Winda menelan kembali kata-kata yang ingin diucapkan. Perempuan itu memperhatikan wajah dingin Hengky, lalu menghela napas ringan dan membuka pintu mobil.Setelah ragu selama beberapa detik, akhirnya perempuan itu pun turun dari mobil lalu berjalan ke dalam rumah.Perempuan itu menutup pintu rumahnya sambil mengulurkan tangan untuk menyalakan tombol lampu. Namun tidak ada reaksi apapun dari lampu tersebut.Winda mengira itu hanya mati lampu biasa, baru saja perempuan itu hendak memeriksa sakelar, sebuah tangan yang besar dan kuat menutup mulut perempuan itu dan menyeretnya hingga ke atas sofa.Tenaga orang itu sangatlah besar, perawakannya juga tinggi, t
Kegelapan malam membuat malam itu terasa dingin dan sunyi. Jantung Winda berdetak sangat kencang, rasa takut menyelimuti dirinya. Di tengah situasi seperti ini, rasa sakitnya juga sudah tidak begitu terasa.“Ternyata kamu nggak ada bedanya dengan perempuan biasa, kalau begitu kenapa kamu berani menyinggung aku?” ucap pria itu dengan nada bicara yang dingin dan mengancam. “Dengan mengandalkan keluarga Atmojo dan juga keluarga Pranoto di belakangmu, kamu kira kamu bisa menjalankan semua hal sesuka hatimu?”Pria itu tertawa menghina, tiba-tiba saja pisau buah yang ada di tangannya semakin ditekan ke leher Winda. Winda langsung merasakan tusukan benda tajam di lehernya dan darah hangat yang mengalir keluar dari tulang selangka ke pakaiannya.Winda menahan rasa sakit yang muncul, sambil sekuat tenaga menarik kepalanya mundur untuk menjauh dari pisau tersebut.Merasakan pergerakan Winda, pria itu langsung mencubit perempuan itu lebih keras lagi, seolah hendak meremukkan tulangnya. “Aku berit
Perempuan itu harus menyelamatkan diri!Setelah tidak berapa lama mobil itu menjauh, tiba-tiba saja Hengky mendengar suara notifikasi pesan yang masuk.Pria itu menundukkan kepala, lalu menemukan sebuah ponsel yang terletak di bawah jok mobil. Layar ponsel tersebut memancarkan cahaya redup karena adanya pesan singkat yang baru saja masuk.Hengky menunduk dan mengambil ponsel tersebut, pria itu langsung mengetahui bahwa itu adalah milik Winda. Pasti perempuan itu keluar terlalu terburu-buru, sehingga tidak menyadari bahwa ponselnya terjatuh di mobil.Kedua alis Hengky langsung menekuk ke tengah begitu teringat perempuan itu, lalu berkata dengan suaranya yang berat, “Cepat putar balik.”Santo menatap Hengky dengan bingung, tapi tidak berani banyak bertanya. Pria itu pun langsung memutar balik mobilnya.Ada sebuah mobil Suv yang sedang parkir di dekat villa.Martin memegang tablet, sepasang matanya yang penuh misteri sibuk mengawasi dua sosok bayangan yang ada di dalam kamera pengawas.Et
“Hengky Pranoto ….”Martin menatap sosok Hengky lekat-lekat, raut wajahnya penuh dengan kebencian.Dirinya sama sekali tidak menyangka bahwa Hengky akan kembali ke rumah Winda. Hal ini bisa merusak semua rencana yang telah dibuat olehnya.Sebaliknya, Ethan yang melihat kedatangan Hengky, langsung bisa bernapas dengan lega. Pria itu berbalik menatap Martin, dengan alis bertaut ke tengah berkata, “Hengky sudah kembali, Martin kita harus segera pergi.”Raut wajah Martin penuh keengganan, tapi dirinya tahu dengan jelas, bahwa sekarang dia sudah kehilangan kesempatan emasnya dan tidak mungkin kesempatan itu akan datang lagi. Setelah sempat ragu selama beberapa detik, Martin akhirnya menutup matanya, lalu berkata dengan gigi yang terkatup rapat, “Ayo, pergi.”Seolah takut pria itu akan menyesali keputusannya, Ethan langsung buru-buru menyalakan mesin mobilnya dan meninggalkan tempat itu.Melihat kondisi di dalam rumah tidak ada sedikit pun cahaya, Hengky langsung merasa ada hal yang tidak b
Winda perlahan-lahan membuka kedua matanya, rasa sakit langsung menyerang di sekujur badannya, seolah dirinya baru saja ditabrak oleh sebuah mobil. Darah di kepalanya mengalir hingga masuk ke dalam mata, membuat pandangannya menjadi buram seketika.Perempuan itu mengangkat tangan, mengelap bekas darah yang mengalir di keningnya, barulah akhirnya dia bisa melihat kondisi di sekitarnya lebih jelas.Melihat Hengky yang sedang berada di sana, Winda mengira bahwa dirinya sedang bermimpi. Namun belum sempat perempuan itu mengatakan apa pun, kilatan cahaya dingin dari benda tajam di tangan Roma memantul dan masuk ke dalam penglihatannya.Mata Winda seketika membesar, lalu berteriak sekuat tenaga, “Hengky, awas!”Hengky melirik ke arah Winda, lalu bereaksi dengan cepat. Pria itu menghindar dengan gesit tepat ketika pisau buah di tangan Roma hendak menusuk badannya.Ketika Roma mengetahui bahwa dirinya telah gagal menusuk Hengky, pria itu menyeringai dingin lalu tiba-tiba berlari menuju Winda y
“Jangan bicarakan ini sekarang,” ucap Hengky dengan tegas. “Beberapa dari kalian sekarang bawa dia pergi dari sini, bagaimana membereskannya, seharusnya kalian tahu, kan?”Seorang pria yang sedang memegang pistol berkata dengan penuh hormat, “Mengerti, Pak!”Mendengar Hengky yang mau menahannya secara pribadi, jantung Roma langsung berdegup kencang, bulu kuduk di lehernya terasa berdiri tegak.Pria itu tahu, kalau Hengky membawanya, nasibnya hanya akan ada dua kemungkinan, yaitu mati atau berada di antara ambang kehidupan dan kematian.“Hengky, kamu berani menyentuhku, kamu ….”Belum sempat Roma selesai berbicara pria yang sedang memegang pistol itu langsung menendang kepalanya hingga mengenai lantai. “Kalau aku mendengar lagi kamu berbicara seperti itu kepada Pak Hengky, maka aku akan membuat kamu seumur hidup nggak bisa berbicara lagi!”Roma melihat moncong hitam pistol itu, mau tidak mau hanya bisa menelan kembali semua ucapannya ke dalam perut. Sekarang mereka berada di luar negeri
“Suruh Santo ke sini,” ujar Hengky sambil mengerutkan keningnya. Hengky terlihat sangat khawatir ketika melihat wajah Winda yang memucat. Terlebih lagi, ketika dia melihat luka di dahi, leher dan wajah Winda yang membuat amarah di dalam hatinya langsung bergejolak dengan dahsyatnya. Namun, dia tetap berusaha untuk menahan emosinya. Kemudian dia mengambil kain kasa lalu berkata kepada Winda, “Sini, kamu!”Winda langsung melangkah mundur karena dia tahu maksud dari panggilan Hengky kepadanya. “Aku nggak apa-apa, kok. Lebih baik kita obati lukamu dulu,” ujar Winda cepat. Hengky sempat menatap Winda selama beberapa saat lalu kembali berteriak memanggil Santo, “Santo, ke sini kamu!”Santo yang sedang memeriksa keadaan rumah langsung bergegas menghampiri Hengky ketika mendengar panggilan itu. Kemudian Hengky memberikan kain kasa kepada Santo seraya berkata, “Aku kasih kamu waktu 3 menit untuk urus luka ini.”Santo sempat terkejut ketika mendengar perintah Hengky. Namun, dalam sekejap ma
Hengky berjalan menghampiri Santo dan memberitahukannya beberapa hal setelah Hengky memberikan ponsel itu ke tangan Winda. Tidak lama kemudian, ambulans akhirnya datang. Mereka berdua pergi ke rumah sakit untuk mengobati luka-luka yang mereka derita. Luka di tubuh Winda bisa dibilang relatif ringan. Luka-luka itu hanya perlu dioleskan salep dan dibalut. Namun, sayangnya luka di kepala Winda cukup parah karena sampai membuatnya mengalami gegar otak. Di sisi lain, luka di punggung Hengky memerlukan beberapa jahitan untuk menyembuhkannya. Karena semua luka yang mereka derita, maka kedua orang itu harus dirawat selama satu hari di rumah sakit. Keesokan harinya, Winda menyadari kalau Hengky tidak ada di dalam ruang rawatnya ketika dia bangun di pagi hari. Di dalam ruang rawatnya hanya ada Santo yang bertugas untuk menjaganya. Winda langsung menanyakan keberadaan Hengky kepada Santo. Santo hanya mengatakan kalau Hengky pergi untuk mengurus sesuatu. Namun, laki-laki itu tidak mengatakan