Winda merasa jauh lebih baik setelah dia muntah. Bau muntahan masih menempel di hidungnya, jadi Winda segera menyalakan exhaust dan mandi untuk membersihkan badannya dari bau muntah dan alkohol yang masih tersisa.Baru saja tersadar sedikit, uap yang keluar dari air panas lagi-lagi membuat sisa alkohol dalam darah kembali naik ke kepala. Winda buru-buru mengelap badannya yang basah dan keluar memakai gaun mandi.Melihat ranjangnya yang kosong, Winda berpikir sejenak dan memutuskan untuk mendatangi kamar tidur tempat Hengky beristirahat. Hanya dibatasi oleh pintu, dari dalam kamar itu tidak terdengar suara sedikit pun. Winda hanya berdiri di depan dengan jantung yang berdegup kencang. Dia menarik napas dalam-dalam dan membuka pintunya.Pintunya tidak terkunci, jadi Winda membuka pintu sampai terbuka sepenuhnya. Lampu kamar tidak ada yang menyala, tirai jendela juga tertutup rapat tanpa ada sedikit pun cahaya yang masuk. Winda tidak bisa melihat dengan jelas situasi di dalam, jadi menutu
“Hari ini kamu ke mana saja? Ketemu sama siapa?”Nada bicara Hengky tidak seperti sedang bertanya. Winda dapat merasakan adanya rasa jengkel dalam ucapannya, meski sangat samar terasa.“Hari ini Yolanda baru saja balik dari luar negeri. Aku ke bandara untuk jemput dia, habis itu aku pergi makan malam ….”Walaupun Winda sudah membersihkan dirinya, bau alkohol masih tetap tersisa di badannya,dan Hengky menyadari itu.“Kamu habis minum-minum?”“Iya,” jawab Winda lugas. Saat itu dia masih belum sadar sepenuhnya dan tidak menyadari betapa bahayanya jawaban itu.Begitu Winda menjawab, Hengky menyentuh bibir Winda dengan jarinya, lalu mendekatkan diri ke telinga Winda dan berbisik kepadanya, “Kamu nakal, ya.”Cukup tiga kata itu saja sudah membuat wajah Winda memerah malu.“Aku mau kamu jujur sama aku,” ujar Hengky seraya menggenggam dagu Winda, “Kamu pergi ketemu siapa hari ini?”Foto itu masih tersimpan di e-mail Hengky, tapi beraninya Winda berbohong padanya. Apa Winda menganggap Hengky bo
“Winda, mending kamu nggak usah bilang hal-hal yang sebaiknya nggak kamu perbuat.”Ucapan Hengky yang tanpa aba-aba itu membuat Winda terheran-heran apa maksudnya. Ketika Winda baru saja mau bertanya apa maksud dari pertanyaan itu, Hengky sudah keburu membalikkan badan dan berkata, “Keluar.”“Kalau kamu nggak ngomong yang jelas, aku nggak mau pergi.”Hengky mengulurkan tangannya seakan berniat menarik Winda ke kasurnya, tapi Winda sudah mengantisipasi itu. Ketika Hengky mengulurkan tangan, Winda balas menariknya hingga Hengky pun terjatuh ke tubuhnya. Saat Hengky baru saja ingin menegurnya, Winda langsung mencium bibirnya.Sesaat Hengky tertegun dan hawa dingin seakan memancar dari tubuhnya. Kalaupun Winda tidak melihat ekspresi wajah Hengky, dia tetap bisa merasakan bahwa Hengky sedang marah.Entah siapa yang menggigit siapa, tapi bau amis darah dapat tercium di sela bibir mereka.Hengky menggenggam lengan Winda dan mendorongnya kuat-kuat. “Sebenarnya apa mau kamu?”Winda menyeka sisa
Winda tidak punya banyak pengalaman dalam hal percintaan, tapi dengan kehadiran Hengky di hidupnya, Winda tak sabar ingin belajar lebih banyak ….“Sayang, padahal kamu sudah …. Kamu yakin nggak mau?”Winda ingin melihat kekasihnya yang dingin ini mulai meleleh sedikit demi sedikit. Setidaknya hanya di saat itu saja Winda bisa merasakan ketulusan hati Hengky.Setiap tutur kata dan setiap tindakan yang Winda perbuat bagaikan godaan bagi Hengky. Mau sekuat apa pun tekad Hengky, dia tidak bisa menahan reaksi alami seorang pria normal.Hengky menatap siluet tubuh Winda di tengah kegelapan. Mereka tidak bisa melihat satu sama lain dengan jelas, tapi entah mengapa jantung Hengky berdebar begitu kencang.“Winda, jangan menyesal kamu nanti. Ini semua kamu yang minta.”Hengky danWinda tidak pernah seperti ini sebelumnya. Entah karena efek alkohol atau memang karena saling tertarik satu sama lain, yang jelas mereka berdua begitu menikmati momen ini ….Keesokan paginya Winda terbangun dan segera m
Rona wajah Winda sontak makin memerah ketika mendengar suara Hengky tertawa. Dia langsung masuk lagi ke dalam selimut dan menutupi wajahnya.“Iya, aku harus ketemu klien,” kata Hengky.Winda mengeluarkan kepalanya sedikit dari selimut dan mengintip Hengky sedang memakai kemeja. Wajah Winda memerah saat melihat otot dada Hengky yang kekar itu terbentang lebar di depan matanya. Tampaknya Hengky menyadari Winda sedang memperhatikannya, lantas dia menatap balik dengan ekspresi dinginnya seperti biasa.Tanpa sadar Winda menelan ludahnya saat melihat Hengky mengancingkan kemejanya satu demi satu, bak sedang menikmati pemandangan yang indah. Winda bahkan tak sadar perhatiannya telah seutuhnya terserap ke sana. Tiba-tiba Hengky berlutut satu kaki di hadapan Winda dan menatap wajahnya dari jarak dekat.“Lihat apa kamu?” tanya Hengky.“Aku lagi lihat … suamiku yang ganteng banget!” jawab Winda, lalu dia kembali menyembunyikan wajahnya di balik selimut agar Hengky tidak melihat ekspresi wajahnya
Namun mengingat hari ini masih ada janji dengan Yolanda untuk pergi, Winda hanya berbaring sebentar saja dan langsung beraktivitas kembali. Ketika baru saja menapak lantai, kaki dan pinggangnya terasa lemas tak bertenaga. Winda sampai harus duduk sejenak di tepi ranjang agar merasa baikan.Winda mengambil seprai baru di lemari baju untuk mengganti seprai lama yang sudah acak-acakan. Hengky paling tidak suka orang lain menyentuh barang pribadinya, makanya hanya Bi Citra saja yang boleh membersihkan kamarnya. Kalau sampai Bi Citra melihat seprai ranjang majikannya sudah berantakan … Winda jadi malu pastinya.Setelah merapikan kamar Hengky, Winda kembali ke kamarnya sendiri untuk mandi dan ganti pakaian. Namun siapa sangka ketika dia baru saja menghadap cermin, Winda malah kaget melihat pantulan dirinya sendiri. Sekujur tubuhnya dipenuhi dengan bekas cupang, yang menjadi saksi atas keganasan mereka semalam. Bahkan di lehernya juga terdapat dua bekas cupang yang sangat mencolok. Sontak Win
“Ekhem … tadi kamu bilang apa barusan?”“Wah, nggak beres, nih, gelagat kamu. Ayo jujur, kemarin malam kamu ….”“Iya, iya. Sudah, jangan dibahas lagi.”“Dia yang bergerak duluan atau kamu …?” tanya Yolanda, tapi seketika itu dia menyadari ada bekas cupang samar-samar di leher Winda. “Kayaknya, dia yang duluan, ya?”Winda segera menutupi wajahnya, tapi tanpa disadari dia mulai tersenyum. Siapa peduli siapa yang mulai duluan? Yang penting asalkan itu bisa membuktikan bahwa Hengky masih memiliki perasaan kepada Winda, itu sudah cukup. Cepat atau lambat, Winda pasti akan membuat Hengky jatuh cinta padanya.“Ya sudah, cepat tarik lagi senyum konyolmu itu. Padahal dulu kamu itu jadi cewek idaman di kampus, lho. Kalau sampai cowok-cowok yang dulu ngejar kamu ngelihat kamu jadi kayak begini cuma gara-gara Hengky, mereka pasti sakit hati.”“Nggak apa-apa, aku rela,” sahut Winda. “Ayo makan dulu.”“Mau makan apa lagi, aku sudah kenyang.”“Kamu juga buruan cari pacar, gih.”“Ah … sudahlah. Kehidu
Spontan Luna membalikkan kepalanya dan menatap Carol, tapi tatapan matanya yang menyimpan kebencian itu masih belum menghilang seutuhnya. Sebelumnya Carol tidak pernah melihat Luna seperti ini sebelumnya. Dia pun kaget sampai-sampai bubble tea yang ada di tangannya terjatuh.“A-aku ngelihat kamu kayaknya serius banget, jadi aku panggil, deh ….”Suara Carol makin lama makin mencit karena takut melihat ekspresi wajah Luna yang menyeramkan itu.Menyadari yang ada di hadapannya itu adalah Carol, Luna langsung mengubah wajahnya secepat mungkin menjadi pribadi yang lembut, “Eh, maaf, Carol. Aku bikin kamu kaget, ya?”Seraya berbicara, Luna menyibak poni yang menjuntai ke belakang telinga, dan dengan suaranya yang lemah lembut dia berkata, “Tadi aku digodain sama cowok aneh pas kamu belum datang. Makanya tadi mukaku kelihatannya beda ….”“Ooh, pantas saja. Makanya aku heran tumben amat Kak Luna kelihatan galak begitu.”Luna menanggapinya dengan senyuman sembari menyipitkan matanya guna menutu