“Kakak pasti sudah ditipu oleh dia! Kalau nggak, dia nggak akan berpacaran dengan perempuan ini!”“Benar! Nggak tahu malu!”Berbagai caci maki masuk ke dalam telinga Winda. Dia merasa kepalanya berdegup dan sakit. Akan tetapi, ketika menghadapi orang yang sebanyak ini serta kamera yang mengarah padanya, Winda hanya bisa menahan perasaannya dan menatap para penggemar itu.Setiap wajah para penggemar itu bermunculan di depan wajahnya. Semua kalimat tajam dan menusuk juga terus menghampiri telinganya. Winda memijat keningnya dan tatapannya berubah tajam. Dengan dingin dia berkata, “Diam!”Suara tegas perempuan itu membuat semua orang terdiam. Detik itu, para penggemar menatapnya dengan terkejut.“Aku ….” Ucapan Winda terhenti karena melihat sosok lelaki yang mengenakan pakaian serba hitam dan tengah mengenakan topi serta masker. Lelaki itu tidak menyangka Winda bisa melihatnya, keduanya bertatapan selama beberapa detik. Lelaki itu terlonjak kaget dan buru-buru merendahkan topinya untuk me
“Memangnya jadi artis sudah hebat? Beraninya main kekerasan! Orang seperti kamu sudah seharusnya diusir dari dunia entertain.”“Benar! Kamu yang main tangan duluan tapi kamu nggak mau mengaku! Kalau kamu nggak mau minta maaf, kami akan unggah ke internet!” seru seorang perempuan yang ada di barisan belakang sambil mengangkat ponselnya.Winda menyapukan pandangannya pada orang-orang itu. Dia yakin kalau orang-orang ini sebenarnya tidak melihat bahwa Winda mendorong penggemar perempuan tadi. Atau mungkin masalah ini memang tidak penting, mereka hanya mau cari alasan untuk mempersulit Winda saja.Dia mengangkat wajahnya dan menemukan bahwa dirinya sudah kehilangan sosok lelaki misterius itu. Mendadak perasaan Winda berubah buruk. Melihat orang-orang yang ada di hadapannya ini membuat Winda merasa kesal dan marah.“Aku nggak dorong dia dan aku nggak akan minta maaf,” sahut Winda sambil menegakkan punggungnya. Dia melihat orang-orang tersebut dengan tatapan tidak takut.“Kalau ada yang buat
Semua orang menghindar dari mata Winda dan tentu saja tidak ada yang mau maju ke depan.“Kalau nggak ada yang mau ngaku, aku akan buka CCTV dan lapor ke polisi,” ujar Winda dengan dingin.Mendengar Winda berencana menyerahkan kasus ini ke polisi, satu detik kemudian ada yang berseru, “Kamu yang main tangan duluan! Kami hanya melindungi diri!”“Iya, kamu yang dorong orang lain dan nggak mau minta maaf, makanya keadaannya menjadi seperti ini.”Winda menatap mereka dengan dada naik turun menahan emosi, “Kalian-““Berhenti! Biar aku saja yang urus masalah ini, kamu nggak perlu ikut campur,” potong Hengky dengan suara pelan.Winda terdiam dan ketika melihat ekspresi Hengky, dia langsung mengerti kalau lelaki itu tengah melindunginya. Keadaannya sekarang sudah sangat berbahaya sekali, kalau dia ribut dengan penggemarnya Martin, maka akan sangat merugikan dirinya.Hengky menghubungi telepon seseorang dan dua menit kemudian, Ivan datang dengan membawa anak buahnya. Ketika melihat Winda, dia la
Beberapa menit kemudian, sosok Hengky muncul dari dalam parkiran. Mata Winda seketika berbinar cerah dan tanpa memedulikan luka di kakinya, dia berjalan menghampiri lelaki yang sedang berjalan santai itu. Mata Hengky jatuh ke arah kaki Winda dan otomatis keningnya berkerut. Dengan langkah lebar dia menghampiri perempuan itu.“Kamu ngg- eh? Kenapa?” Winda yang semula ingin menanyakan keadaan lelaki itu terhenti karena Hengky menggendongnya secara mendadak. Secara otomatis kedua tangannya mengalungi leher lelaki itu. Mungkin gerakan Hengky ketika menegakkan tubuhnya mengenai luka lemparan papan kaca tadi, Winda dapat menyadari lelaki itu mengernyitkan keningnya seperti menahan sakit.“Kamu terluka?” tanya Winda dengan raut khawatir. Setelah itu dia menambahkan lagi, “Aku bisa jalan sendiri, kamu terluka jadi ja-“Hengky menulikan telinganya dan tetap menggendong perempuan itu hingga dia meletakkannya di mobil bagian kursi belakang. Setelah itu dia menunduk untuk melepaskan sepatu hak Win
“Aku ….” Winda mendadak tidak tahu harus berbuat apa dan wajahnya semakin memerah. Hengky menatapnya beberapa detik sambil berusaha keras menekan perasaannya yang semakin berkobar. Dengan suara berat dia berkata, “Cepat bangun.”Ekspresi malu di wajah Winda perlahan memudar. Dia menatap wajah Hengky dan menemukan ekspresi lelaki itu sudah kembali dingin. Tidak terlihat sedikitpun perubahan emosi di sana. Akan tetapi kerutan di kening lelaki itu menunjukkan perasaan lelaki itu yang sesungguhnya.Winda menatap wajah dingin tersebut selama beberapa saat dan mendadak merasa tidak terima. Dia memanfaatkan kesempatan ketika lelaki itu berbicara untuk mengecup bibir Hengky. Kecupan itu menghentikan semua ucapan lelaki itu.Mata Hengky melebar dan satu detik kemudian kedua tangannya memegang bahu Winda dan menjauhkan tubuh perempuan itu. Setelah itu Hengky mendudukkan tubuhnya. Detik ketika Winda didorong menjauh, perasaan kecewa menghampiri hatinya.Dia menatap Hengky yang merapikan jasnya d
Ucapan itu membuat Winda semakin bingung harus memberikan respons seperti apa. Winda memang percaya dengan Yuna karena dia mendengar suara Hengky di dalam rekaman itu. Namun itu semua terjadi karena dia yang tidak percaya sepenuhnya pada lelaki itu sehingga terjadi kesalahpahaman seperti ini.“Setidaknya urusan kecelakaan itu memang kesalahan dari aku. Malam itu kamu sudah menolongku dua kali, tapi aku malah curiga denganmu,” ujar Winda.Sorot mata Hengky datar dan tidak bisa menebak emosi dari lelaki itu. Akan tetapi Santo dapat melihat sorot kekecewaan di mata Hengky. Melihat Hengky yang diam dan tidak bersuara, Winda diam saja dan tidak melanjutkan ucapannya lagi dan berkata, “Kamu lepas baju kamu, biar aku oleskan obat.”“Di sini?” tanya Hengky.Winda melihat ke arah luar dan mengangkat alisnya sambil bertanya, “Memangnya kenapa? Kamu malu? Bukannya aku belum pernah lihat.”“Uhuk! Uhuk!” Santo yang berdiri di samping tiba-tiba batuk sambil tersenyum aneh. Winda dan Hengky saling be
Dia mengeluarkan ponselnya dan melihat layar ponselnya dengan kening berkerut. Detik selanjutnya Winda langsung memutuskan sambungan telepon. Hengky menoleh ke arahnya dengan sorot penuh tanya.Winda memasukkan kembali ponselnya dan ketika mendongak, Hengky sudah mengalihkan tatapannya lagi.“Papa minta aku pulang,” ujar Winda menjelaskan. Dia menoleh ke arah Santo dan berkata, “Tolong setelah antar dia ke rumah sakit, minta Willy periksa lukanya.”“Biar Santo yang antar kamu. Kakimu terluka dan nggak aman kalau mengendarai mobil sendiri,” ujar Hengky.“Kam-““Kamu mau aku yang antar kamu?” potong Hengky.Winda membelalakkan matanya sambil mengibaskan tangannya berkata, “Nggak perlu, Santo yang antar aku saja.”Kepulangannya kali ini pasti karena berita yang tengah heboh itu. Kemungkinan besar kepulangannya kali ini akan membuat dia dan ayahnya berantem. Winda tidak ingin Hengky melihat hal itu. Lelaki itu mengangguk tanpa mengatakan apa pun lagi.“Nanti kamu kembali ke rumah sakit dan
Untungnya dengan adanya Santo, James mencoba menahan nada suaranya dan berkata, “Papa nggak izinkan kamu berhubungan dengan Jefri, tapi kamu ganti orang lain? Kamu jangan lupa kalau kamu sudah menikah! Kalau kamu nggak tahu malu, Papa masih jaga wajah Papa!”“Pa, Papa panggil aku pulang hanya untuk memarahi aku?”“Sikap apa kamu ini?!” seru James sambil menunjuk Winda. Tangan lelaki itu terlihat gemetar hebat akibat emosi.Winda menatap James dingin sambil tersenyum miring dan berkata, “Pa, biasanya Papa nggak peduli dengan gosip entertainmen, kali ini Luna yang kasih tahu juga?”Wajah lelaki itu menggelap karena tepat sasaran. Dia berkata, “Adikmu itu demi kebaikan kamu juga! Dulu Papa nggak pernah setuju kamu terjun dunia entertain, lihat saja ulahmu sekarang. Papa harus bagaimana ketemu orang-orang? Bagaimana kasih penjelasan ke keluarga Pranoto? Kalau tahu sikapmu seperti ini, dari awal seharusnya nggak biarkan kamu menikah dengan Hengky! Malu-maluin!”Winda memeluk lengannya sambi