“Oh ya ampun!”
Pekikan nyaring itu membuat lamunan Su Li buyar. Dia menoleh dan mendapati sosok Xiaolan telah kembali dengan sebuah nampan berisi teko panas di tangannya.
“Nona, apa yang kau lakukan!?” seru gadis pelayan itu seraya meletakkan nampan ke atas meja dan menghampiri Su Li dengan wajah khawatir. “Kenapa kau mematahkan bukti perjodohanmu dengan Tuan Muda Pertama Wang!?”
Mendengar kalimat Xiaolan, Su Li pun menoleh ke bawah, pada tangannya yang sedang mengepal. Dia membuka kepalan itu dan baru menyadari bahwa konde kayu dalam genggamannya telah patah menjadi dua keping.
Melihat hal tersebut, Su Li tersenyum sinis. Andai itu adalah tulang Wang Jing.
Senyuman Su Li membuat Xiaolan agak bergidik ngeri. Tidak pernah sekali pun dia melihat nonanya yang pendiam dan lembut menampakkan wajah seperti itu.
“N-Nona, kau baik-baik saja?” tanya Xiaolan lagi dengan agak takut.
Pertanyaan Xiaolan membuat wajah Su Li kembali datar. Dia melemparkan konde tersebut kepada sang pelayan dan berkata, “Buang. Aku tidak ingin melihatnya lagi.”
Xiaolan yang dengan panik menerima konde tersebut langsung kebingungan. “T-tapi Nona, benda ini pasti akan ditanyakan di pertemuan pertunangan!”
Su Li mendengus, lalu berkata, “Bagus … dengan begitu aku tidak perlu basa-basi ketika ingin membatalkan pertunangan itu.”
Mata Xiaolan membola, merasa dirinya salah dengar. Akan tetapi, Su Li mengabaikan kekagetan pelayan pendampingnya itu dan sibuk dengan pikirannya sendiri.
‘Langit telah memberikanku kesempatan kembali ke masa lalu, jadi … tidak akan aku ulangi kesalahan yang sama!’ Mata wanita itu diselimuti dendam mendalam. ‘Aku harus memutuskan pertunanganku dengan Wang Jing!’
Berpikir demikian, Su Li langsung menatap Xiaolan.
“Di mana Ayah?”
Xiaolan pun cepat-cepat menjawab, “Tuan berada di aula besar. Dia sedang menunggu kedatangan rombongan keluarga Wang.”
Akhirnya, Su Li pun melewati Xiaolan dan berjalan meninggalkan kamar.
“N-Nona! N-Nona mau ke mana!?” Xiaolan langsung mengejar dengan tergesa-gesa.
Tanpa menoleh, Su Li menjawab, “Ke mana lagi? Aku ingin menemui Ayah.”
Mata Xiaolan mendelik. “Tapi aku belum meriasmu kembali, Nona. Kau bahkan tidak mengenakan cadarmu. Bukankah Tuan akan marah?”
Mendengarkan ucapan Xiaolan, Su Li mendengus dingin. Benar juga, dia lupa dirinya tidak sedang mengenakan cadarnya.
Dulu, di kediaman Su ada satu peraturan utama yang paling tidak boleh Su Li langgar, yakni berkeliaran di kediaman tanpa menggunakan cadarnya. Hal itu karena kalau dirinya bertemu dengan sang ayah, pria itu akan marah besar.
‘Mungkin, pria itu akan kembali teringat bahwa dia kehilangan istri tercintanya untuk seorang anak cacat tidak berguna,’ batin Su Li menertawakan betapa lemah ayahnya, mengendalikan emosi saja tidak bisa.
Namun, apa mengetahui hal itu akan membuat Su Li mengenakan cadarnya lagi?
Tidak! Sudah cukup di kehidupan lalu dia mengais kasih sayang sang ayah, yang pada akhirnya tidak mendapatkan balasan sampai akhir hayatnya. Demikian, di kehidupan ini, Su Li tidak akan lagi berusaha untuk hal yang sia-sia!
Oleh karena itu, Su Li berkata pada Xiaolan, “Cepat atau lambat, mereka akan tahu mengenai parasku. Jadi, untuk apa menyembunyikannya?” Dia tidak lupa menambahkan, “Lagi pula, tujuanku adalah untuk membatalkan pertunangan. Lebih tidak suka keluarga Wang padaku, maka semakin baik!”
Mata Xiaolan membesar. Ternyata, tadi dia tidak salah dengar. Sang nona sungguh ingin membatalkan pertunangannya!
“T-tapi kenapa, Nona!? Bukankah kau begitu mencintai Tuan Muda Wang? Kenapa mendadak ingin membatalkan pertunangan!?” tanya Xiaolan.
“Aku bahkan tidak mengenalnya, atas dasar apa aku mencintainya?” balas Su Li tanpa menghentikan langkah.
Selain reputasi dan parasnya, Su Li bahkan tak pernah bertemu maupun memahami sifat Wang Jing. Cinta apanya? Konyol!
Memaki kebodohan dirinya sendiri di masa lalu, Su Li menegaskan, “Di kehidupan ini, aku tidak akan pernah bersedia menikah dengan Wang Jing!”
“Kau bilang apa?”
Suara yang mendadak menyela percakapan Su Li dan Xiaolan membuat langkah keduanya terhenti. Mereka menoleh cepat, menatap seorang pemuda tampan dengan jubah putih yang datang dari arah samping. Mata hitamnya yang cerah dan penuh semangat tampak menatap Su Li dengan saksama.
“T-Tuan Muda Kedua …,” sapa Xiaolan dengan hormat.
Ya, pemuda itu adalah Su Hao, adik tiri laki-laki Su Li dan kembaran Su Mei. Pemuda yang berdasarkan cerita Xiaolan tadi telah mendorong Su Li ke kolam karena kesal melihatnya bahagia.
Sejauh Su Li bisa mengingat, Su Hao dikenal sebagai individu yang ramah dan memiliki reputasi yang cukup baik di publik. Dia dikelilingi banyak gadis yang menginginkan perhatiannya, juga kawan pria yang mengaguminya.
Akan tetapi, entah kenapa … hanya kepada Su Li adik tiri laki-lakinya itu bersikap begitu buruk. Su Hao bukan hanya sering menjahilinya, tapi juga mempermalukannya di depan publik dengan sengaja.
Merasa diabaikan oleh Su Li yang hanya terdiam, Su Hao pun menghampiri kakak tirinya itu sembari mengentakkan kaki, sengaja ingin mengintimidasi. “Apa kau tuli!? Aku bertanya padamu tadi kau bilang apa!?”
Namun, bahkan setelah dia berdiri menjulang di hadapan kakak tirinya tersebut, Su Li masih diam. Hal tersebut membuat Su Hao naik pitam.
“Aku berbicara pada—”
“Berhenti berteriak, apa kau tidak diajarkan tata krama?” balas Su Li dengan dingin, membuat bukan hanya Su Hao, tapi Xiaolan dan pelayan lain yang ada di tempat terkejut.
Apa Su Li … baru saja menyindir Su Hao?!
Tangan Su Hao mengepal. “Kau! Beraninya kau—”
“Su Hao.” Su Li memotong ucapan Su Hao. “Apa tata kramamu hanya digunakan di depan orang luar?”
Kening Su Hao berkerut. Dia tidak percaya kakak tirinya yang selalu pendiam itu berakhir memakinya di depan orang banyak!
Su Hao pun berujar, “Su Li, apa kau sungguh telah kehilangan kewarasan—”
PLAK!
Suara tamparan nyaring terdengar diikuti pekikan beberapa pelayan.
“Astaga! N-Nona Pertama, kenapa kau menampar Tuan Muda Kedua!?” seru salah seorang pelayan dengan mata terbelalak. “Apa kau tidak takut hal ini kami laporkan kepada Tuan!?” ancamnya.
Di saat mendengar pertanyaan tersebut, manik Su Li bergeser menatap sang pelayan, membuat pelayan tersebut terkesiap dan bungkam, ngeri dengan tatapan mematikan yang dilemparkan padanya.
“Aku adalah nona pertama di kediaman ini, juga kakak dari tuan muda keduamu ini.” Su Li menatap Su Hao yang sedang menyentuh pipi kanannya dengan wajah tidak percaya. “Saat seorang adik berperilaku seperti orang liar tanpa sopan santun, sudah seharusnya seorang kakak membantu mewakili orang tua untuk menyadarkannya, bukan begitu?”
Semua orang bungkam di tempat, mereka terlalu kaget. Entah kenapa, berbeda dari biasanya, sosok Su Li menjadi sangat berani dan sulit ditangani!Saat salah seorang pelayan Su Hao pulih dari keterkejutannya, dia langsung berujar, “A-apa si cacat itu salah minum obat? Kenapa dia jadi lupa diri seperti itu? Tidakkah dia tahu akibatnya kalau Tuan dan Nyonya mendengar tentang hal ini!?”Seorang pelayan lain menebak, “Mungkin karena dia kira dirinya akan segera menikah ke keluarga Wang, makanya dia jadi tidak sadar diri seperti itu!”“Apa dia bodoh?” sahut yang lain. “Dengan kenyataan dia cacat dan tidak bisa berkultivasi, apa Tuan Muda Pertama Wang yang genius itu sudi menikahinya!? Para tetua Wang juga pasti tidak akan menerimanya!”Mendengar sindiran-sindiran itu, Xiaolan mengepalkan tangannya. Matanya berkaca-kaca karena kesal dan marah. Bagaimanapun, nonanya adalah salah satu majikan di kediaman ini. Berani sekali orang-orang itu menghinanya!Tidak terima, Xiaolan pun bersiap melawan p
Tahun 136, penjara bawah tanah sekte Langit. Tampak seorang wanita dipaksa berlutut dengan kaki dan tangan dirantai. Tubuhnya yang terlihat begitu kurus dan kering dibalut pakaian lusuh penuh debu, menunjukkan dirinya telah dibiarkan terlantar begitu saja di musim dingin menusuk ini tanpa adanya makanan, minuman, maupun kehangatan. Di depannya, seorang pria tampan berjubah putih berdiri gagah dengan tongkat emasnya—tongkat pemimpin para sekte. “Su Li, meneguk racun itu adalah cara mati paling terhormat yang bisa kuberikan padamu. Oleh karena itu, dibandingkan marah padaku, seharusnya kau mengucapkan terima kasih.” Ucapan tersebut membuat wanita bernama Su Li itu mengangkat pandangannya, memamerkan manik birunya yang diselimuti amarah. “Berterima kasih?” ulangnya dengan nada tidak percaya. “Setelah kau berselingkuh dengan adik tiriku, memfitnahku di depan semua orang, dan menjatuhkan hukuman mati padaku, aku masih harus berterima kasih padamu?!” Dia menggertakkan gigi. “Apa kau masi
‘Apa aku … benar-benar kembali ke masa lalu?’ batin Su Li, masih sulit untuk percaya.Melihat Su Li terbengong, Xiaolan merasa sedikit aneh. Akan tetapi, dia menggelengkan kepala, menyadarkan diri bahwa masih ada hal yang lebih penting yang perlu dilakukan.“Nona, ayo kita kembali ke kamar dan ganti pakaianmu. Kau bisa sakit kalau terus berada dalam kondisi ini!”Su Li yang masih terkejut dengan pikirannya sendiri, mengangguk pelan dan mengikuti Xiaolan kembali ke kamar.Setelah membantu Su Li mengganti pakaian, Xiaolan berkata, “Nona, tunggu sebentar di sini, aku akan ke dapur untuk mengambil teh hangat.” Dia pun langsung berlari keluar kamar.Sementara itu, Su Li yang terduduk di depan meja rias, hanya terdiam memandang pantulan wajahnya.“Sungguh sama persis seperti sepuluh tahun yang lalu …,” gumam Su Li sembari menyentuh wajahnya sendiri.Kalaupun cacat di sisi kiri wajah Su Li masih ada, tapi kerutan akibat usia serta berbagai luka hasil mempelajari racun, telah menghilang secar
Semua orang bungkam di tempat, mereka terlalu kaget. Entah kenapa, berbeda dari biasanya, sosok Su Li menjadi sangat berani dan sulit ditangani!Saat salah seorang pelayan Su Hao pulih dari keterkejutannya, dia langsung berujar, “A-apa si cacat itu salah minum obat? Kenapa dia jadi lupa diri seperti itu? Tidakkah dia tahu akibatnya kalau Tuan dan Nyonya mendengar tentang hal ini!?”Seorang pelayan lain menebak, “Mungkin karena dia kira dirinya akan segera menikah ke keluarga Wang, makanya dia jadi tidak sadar diri seperti itu!”“Apa dia bodoh?” sahut yang lain. “Dengan kenyataan dia cacat dan tidak bisa berkultivasi, apa Tuan Muda Pertama Wang yang genius itu sudi menikahinya!? Para tetua Wang juga pasti tidak akan menerimanya!”Mendengar sindiran-sindiran itu, Xiaolan mengepalkan tangannya. Matanya berkaca-kaca karena kesal dan marah. Bagaimanapun, nonanya adalah salah satu majikan di kediaman ini. Berani sekali orang-orang itu menghinanya!Tidak terima, Xiaolan pun bersiap melawan p
“Oh ya ampun!”Pekikan nyaring itu membuat lamunan Su Li buyar. Dia menoleh dan mendapati sosok Xiaolan telah kembali dengan sebuah nampan berisi teko panas di tangannya.“Nona, apa yang kau lakukan!?” seru gadis pelayan itu seraya meletakkan nampan ke atas meja dan menghampiri Su Li dengan wajah khawatir. “Kenapa kau mematahkan bukti perjodohanmu dengan Tuan Muda Pertama Wang!?”Mendengar kalimat Xiaolan, Su Li pun menoleh ke bawah, pada tangannya yang sedang mengepal. Dia membuka kepalan itu dan baru menyadari bahwa konde kayu dalam genggamannya telah patah menjadi dua keping.Melihat hal tersebut, Su Li tersenyum sinis. Andai itu adalah tulang Wang Jing.Senyuman Su Li membuat Xiaolan agak bergidik ngeri. Tidak pernah sekali pun dia melihat nonanya yang pendiam dan lembut menampakkan wajah seperti itu.“N-Nona, kau baik-baik saja?” tanya Xiaolan lagi dengan agak takut.Pertanyaan Xiaolan membuat wajah Su Li kembali datar. Dia melemparkan konde tersebut kepada sang pelayan dan berka
‘Apa aku … benar-benar kembali ke masa lalu?’ batin Su Li, masih sulit untuk percaya.Melihat Su Li terbengong, Xiaolan merasa sedikit aneh. Akan tetapi, dia menggelengkan kepala, menyadarkan diri bahwa masih ada hal yang lebih penting yang perlu dilakukan.“Nona, ayo kita kembali ke kamar dan ganti pakaianmu. Kau bisa sakit kalau terus berada dalam kondisi ini!”Su Li yang masih terkejut dengan pikirannya sendiri, mengangguk pelan dan mengikuti Xiaolan kembali ke kamar.Setelah membantu Su Li mengganti pakaian, Xiaolan berkata, “Nona, tunggu sebentar di sini, aku akan ke dapur untuk mengambil teh hangat.” Dia pun langsung berlari keluar kamar.Sementara itu, Su Li yang terduduk di depan meja rias, hanya terdiam memandang pantulan wajahnya.“Sungguh sama persis seperti sepuluh tahun yang lalu …,” gumam Su Li sembari menyentuh wajahnya sendiri.Kalaupun cacat di sisi kiri wajah Su Li masih ada, tapi kerutan akibat usia serta berbagai luka hasil mempelajari racun, telah menghilang secar
Tahun 136, penjara bawah tanah sekte Langit. Tampak seorang wanita dipaksa berlutut dengan kaki dan tangan dirantai. Tubuhnya yang terlihat begitu kurus dan kering dibalut pakaian lusuh penuh debu, menunjukkan dirinya telah dibiarkan terlantar begitu saja di musim dingin menusuk ini tanpa adanya makanan, minuman, maupun kehangatan. Di depannya, seorang pria tampan berjubah putih berdiri gagah dengan tongkat emasnya—tongkat pemimpin para sekte. “Su Li, meneguk racun itu adalah cara mati paling terhormat yang bisa kuberikan padamu. Oleh karena itu, dibandingkan marah padaku, seharusnya kau mengucapkan terima kasih.” Ucapan tersebut membuat wanita bernama Su Li itu mengangkat pandangannya, memamerkan manik birunya yang diselimuti amarah. “Berterima kasih?” ulangnya dengan nada tidak percaya. “Setelah kau berselingkuh dengan adik tiriku, memfitnahku di depan semua orang, dan menjatuhkan hukuman mati padaku, aku masih harus berterima kasih padamu?!” Dia menggertakkan gigi. “Apa kau masi