Semua orang bungkam di tempat, mereka terlalu kaget. Entah kenapa, berbeda dari biasanya, sosok Su Li menjadi sangat berani dan sulit ditangani!
Saat salah seorang pelayan Su Hao pulih dari keterkejutannya, dia langsung berujar, “A-apa si cacat itu salah minum obat? Kenapa dia jadi lupa diri seperti itu? Tidakkah dia tahu akibatnya kalau Tuan dan Nyonya mendengar tentang hal ini!?”
Seorang pelayan lain menebak, “Mungkin karena dia kira dirinya akan segera menikah ke keluarga Wang, makanya dia jadi tidak sadar diri seperti itu!”
“Apa dia bodoh?” sahut yang lain. “Dengan kenyataan dia cacat dan tidak bisa berkultivasi, apa Tuan Muda Pertama Wang yang genius itu sudi menikahinya!? Para tetua Wang juga pasti tidak akan menerimanya!”
Mendengar sindiran-sindiran itu, Xiaolan mengepalkan tangannya. Matanya berkaca-kaca karena kesal dan marah. Bagaimanapun, nonanya adalah salah satu majikan di kediaman ini. Berani sekali orang-orang itu menghinanya!
Tidak terima, Xiaolan pun bersiap melawan para pelayan tersebut. “Kalian—!”
“Xiaolan.”
Panggilan Su Li membuat Xiaolan menghentikan niatnya. Pelayan itu menatap sang majikan yang sedang meliriknya.
Detik berikutnya, Xiaolan melihat Su Li menggelengkan kepala, mengisyaratkan agar dia diam dan menahan diri. Alhasil, pelayan bermata bulat itu hanya bisa merengut dan mengurungkan niat melawannya.
“Lihat, mendengar nama Tuan dan Nyonya disebut lagi membuatnya lebih takut,” ejek seorang pelayan lain.
Pelayan yang tadi membela Su Hao pun menimpali, “Mungkin dia baru sadar dirinya tidak pantas untuk Tuan Muda Pertama Keluarga Wang! Ha ha ha!”
Tawa para pelayan sama sekali tidak membuat Su Li kehilangan ketenangannya. Sebaliknya, wanita itu dengan teliti mengamati satu persatu wajah pelayan yang menghinanya, sampai akhirnya pandangannya mendarat pada pemuda yang masih terkejut di depannya.
“Su Hao.”
Panggilan tersebut membuat Su Hao tersentak. Sepertinya, dari tadi pemuda itu terlalu tenggelam dalam kekagetannya.
“Sebagai seseorang yang belajar di akademi, katakan padaku.” Su Li menatap Su Hao lurus. “Apa kalimatku salah?” tanyanya.
Su Hao mematung. Mata biru Su Li yang bersinar seakan menghipnotis dirinya. Berbeda dari biasanya, mata biru tersebut tidak redup dan kusam, melainkan diselimuti kepercayaan diri dan ketegasan.
‘Apa … yang sebenarnya terjadi padanya?!’ seru Su Hao dalam hati.
“Kenapa tidak menjawabku?” desak Su Li lagi saat melihat Su Hao hanya terdiam.
Di dalam hati, Su Hao sebenarnya tahu jelas bahwa kalimat Su Li tidak salah. Bukan, bukan hanya tidak salah. Kalimat wanita itu bahkan sama persis dengan kalimat yang tertera di buku ‘50 Aturan Harmoni Keluarga’.
Akan tetapi, mengakui bahwa Su Li benar berarti Su Hao mengakui bahwa selama ini sikapnya terhadap kakak tirinya itu salah, dan hal itu melukai egonya!
Di sisi lain, merasa Su Li bersikap terlalu arogan terhadap majikannya, salah seorang pelayan langsung memaki, “Dasar gadis cacat tidak sadar diri! Beraninya kau berbicara seperti itu kepada tuanku! Lihat saja nanti, kami akan melaporkan ini pada Tuan dan Nyonya agar mereka memberimu pelajaran!”
Ancaman sang pelayan membuat Su Li melirik pelayan tersebut sesaat, sebelum akhirnya kembali melihat Su Hao dengan senyum mencemooh. “Tidak heran pelayanmu juga tidak ada tata krama. Ternyata, dia belajar dari tuannya,” sindirnya sembari berbalik, perlahan meninggalkan tempat tersebut dan melanjutkan perjalanan. “Sungguh mengecewakan.”
Melihat Su Li pergi, pelayan tadi pun kembali berucap, “Hanya seorang anak terbuang yang tidak dianggap, bisa-bisanya bersikap seperti putri terhormat yang—"
PLAK!
Suara tamparan mendadak diterima pelayan tersebut, begitu kencang sampai dia jatuh tersungkur ke tanah. Saat pelayan tersebut menengadah, dia terkejut mendapati bahwa Su Hao-lah yang menamparnya!
“Tuan!” panggilnya dengan wajah terluka. “K-kenapa kau—”
“Tutup mulutmu!” bentak Su Hao memotong ucapan pelayan tersebut. Wajahnya merah karena amarah yang menggebu. “Pelayan yang tidak bisa menjaga reputasi majikannya, aku tidak perlu!” Dia melirik dua pengawal yang berada di paling belakang barisan. “Jual semua pelayan ini! Aku tidak ingin melihat mereka lagi!”
Sontak, semua pelayan langsung berlutut ke tanah dan memohon pada Su Hao untuk tidak menjual mereka. Akan tetapi, pemuda itu tidak menggubris mereka sama sekali dan langsung berbalik pergi meninggalkan tempat tersebut.
Melihat kejadian itu sembari berjalan di belakang Su Li, Xiaolan mengerjapkan matanya bingung. ‘K-kenapa jadi begini? B-bukankah seharusnya Tuan Muda Kedua marah kepada Nona? Kenapa malah memarahi pelayannya?’ batinnya bertanya-tanya.
Di sisi lain, Su Li yang juga melihat kejadian tersebut sembari berjalan langsung kembali memutar kepalanya untuk menatap ke depan. Sudut bibirnya yang tadi terangkat langsung mendatar, melukiskan ekspresi dingin di wajahnya.
Apa yang terjadi berada sesuai perhitungan Su Li, terutama karena dia mengenal adik keduanya itu dengan sangat baik.
Su Hao sangatlah emosional dan memiliki harga diri yang tinggi, terutama terhadap reputasi dan kemampuannya. Oleh karena itu, Su Li sudah menebak bahwa adiknya itu akan pertama kali melampiaskan amarah kepada para pelayannya.
Semua karena pria itu merasa bahwa penyebab dirinya dihina adalah para pelayan itu. Yang lebih menyakitkan adalah … orang yang menghina Su Hao bukanlah sembarang orang, melainkan Su Li! Wanita yang biasanya malah menjadi sasaran hinaan banyak orang!
Memikirkan hal itu, Su Li tertawa dalam hati. ‘Sungguh sederhana,’ batinnya, merujuk kepada Su Hao. Tidak dia percaya bahwa adik tiri yang dia sangat takuti dulu itu ternyata memiliki sifat yang begitu mudah dimanipulasi!
“Nona ….”
Panggilan itu membuat Su Li menoleh. Ternyata, yang memanggilnya adalah Xiaolan. “Ada apa?”
Dengan wajah diselimuti kekhawatiran, Xiaolan bertanya, “N-Nona, apa kau … membentur kepalamu di dasar kolam?”
Pertanyaan itu membuat Su Li menghentikan langkah dan menyentuh kepalanya. Apa mungkin dirinya berdarah? Itukah alasan Xiaolan menanyakan hal tersebut padanya?
Namun, setelah menyentuh kepalanya, Su Li tidak melihat ada masalah. Akhirnya, dia pun balik bertanya, “Kenapa kau bertanya seperti itu?”
“K-karena … kau mendadak bersikap begitu berbeda, terlebih saat menghadapi Tuan Muda Kedua tadi …,” jawab Xiaolan dengan agak takut-takut.
Mendengar hal itu, Su Li pun langsung tertawa rendah. Dia lanjut berjalan sembari menjawab, “Mungkin.” Dia diam sebentar sebelum kembali bertanya, “Apa kau takut akan terkena masalah karena perubahan sikapku?”
Kepala Xiaolan langsung menggeleng cepat. “Tidak! Aku suka!” jawabnya semangat. “Dengan begini, mungkin … ke depannya Nona tidak akan ditindas semudah itu ….”
Ucapan Xiaolan membuat Su Li menjulurkan tangan untuk mengusap kepala gadis muda itu. Dengan sudut bibir terangkat, Su Li berujar, “Tenang, Xiaolan. Mulai hari ini, tidak akan ada lagi yang akan menindasku, maupun orang-orangku!” Kilat berbahaya terpancar dari mata Su Li. ‘Itu adalah sumpahku!’
Baru saja mengatakan hal tersebut, mendadak Su Li mendengar sebuah suara dari kejauhan berkata, “Nona Ketiga! Dirimu begitu cantik! Jelas-jelas kau yang lebih cocok dengan Tuan Muda Pertama Wang dibandingkan gadis cacat itu!”
Cepat, Su Li mengalihkan pandangan untuk melihat ke arah sumber suara. Kemudian, dia langsung membeku.
Di sana … berjalan dengan anggun di bawah payung putih yang dipegang dua pelayannya, seorang gadis cantik tampak tertawa kecil menanggapi kalimat tadi. Baru saja dirinya ingin berucap, sepasang netra hitam indahnya bertemu dengan sepasang manik biru milik Su Li.
Sontak, sekujur tubuh Su Li pun bergetar, lalu menguarkan aura membunuh yang kental. Tangannya mengepal seiring bibirnya menggumamkan sebuah nama, “Su Mei ….”
Tahun 136, penjara bawah tanah sekte Langit. Tampak seorang wanita dipaksa berlutut dengan kaki dan tangan dirantai. Tubuhnya yang terlihat begitu kurus dan kering dibalut pakaian lusuh penuh debu, menunjukkan dirinya telah dibiarkan terlantar begitu saja di musim dingin menusuk ini tanpa adanya makanan, minuman, maupun kehangatan. Di depannya, seorang pria tampan berjubah putih berdiri gagah dengan tongkat emasnya—tongkat pemimpin para sekte. “Su Li, meneguk racun itu adalah cara mati paling terhormat yang bisa kuberikan padamu. Oleh karena itu, dibandingkan marah padaku, seharusnya kau mengucapkan terima kasih.” Ucapan tersebut membuat wanita bernama Su Li itu mengangkat pandangannya, memamerkan manik birunya yang diselimuti amarah. “Berterima kasih?” ulangnya dengan nada tidak percaya. “Setelah kau berselingkuh dengan adik tiriku, memfitnahku di depan semua orang, dan menjatuhkan hukuman mati padaku, aku masih harus berterima kasih padamu?!” Dia menggertakkan gigi. “Apa kau masi
‘Apa aku … benar-benar kembali ke masa lalu?’ batin Su Li, masih sulit untuk percaya.Melihat Su Li terbengong, Xiaolan merasa sedikit aneh. Akan tetapi, dia menggelengkan kepala, menyadarkan diri bahwa masih ada hal yang lebih penting yang perlu dilakukan.“Nona, ayo kita kembali ke kamar dan ganti pakaianmu. Kau bisa sakit kalau terus berada dalam kondisi ini!”Su Li yang masih terkejut dengan pikirannya sendiri, mengangguk pelan dan mengikuti Xiaolan kembali ke kamar.Setelah membantu Su Li mengganti pakaian, Xiaolan berkata, “Nona, tunggu sebentar di sini, aku akan ke dapur untuk mengambil teh hangat.” Dia pun langsung berlari keluar kamar.Sementara itu, Su Li yang terduduk di depan meja rias, hanya terdiam memandang pantulan wajahnya.“Sungguh sama persis seperti sepuluh tahun yang lalu …,” gumam Su Li sembari menyentuh wajahnya sendiri.Kalaupun cacat di sisi kiri wajah Su Li masih ada, tapi kerutan akibat usia serta berbagai luka hasil mempelajari racun, telah menghilang secar
“Oh ya ampun!”Pekikan nyaring itu membuat lamunan Su Li buyar. Dia menoleh dan mendapati sosok Xiaolan telah kembali dengan sebuah nampan berisi teko panas di tangannya.“Nona, apa yang kau lakukan!?” seru gadis pelayan itu seraya meletakkan nampan ke atas meja dan menghampiri Su Li dengan wajah khawatir. “Kenapa kau mematahkan bukti perjodohanmu dengan Tuan Muda Pertama Wang!?”Mendengar kalimat Xiaolan, Su Li pun menoleh ke bawah, pada tangannya yang sedang mengepal. Dia membuka kepalan itu dan baru menyadari bahwa konde kayu dalam genggamannya telah patah menjadi dua keping.Melihat hal tersebut, Su Li tersenyum sinis. Andai itu adalah tulang Wang Jing.Senyuman Su Li membuat Xiaolan agak bergidik ngeri. Tidak pernah sekali pun dia melihat nonanya yang pendiam dan lembut menampakkan wajah seperti itu.“N-Nona, kau baik-baik saja?” tanya Xiaolan lagi dengan agak takut.Pertanyaan Xiaolan membuat wajah Su Li kembali datar. Dia melemparkan konde tersebut kepada sang pelayan dan berka
Semua orang bungkam di tempat, mereka terlalu kaget. Entah kenapa, berbeda dari biasanya, sosok Su Li menjadi sangat berani dan sulit ditangani!Saat salah seorang pelayan Su Hao pulih dari keterkejutannya, dia langsung berujar, “A-apa si cacat itu salah minum obat? Kenapa dia jadi lupa diri seperti itu? Tidakkah dia tahu akibatnya kalau Tuan dan Nyonya mendengar tentang hal ini!?”Seorang pelayan lain menebak, “Mungkin karena dia kira dirinya akan segera menikah ke keluarga Wang, makanya dia jadi tidak sadar diri seperti itu!”“Apa dia bodoh?” sahut yang lain. “Dengan kenyataan dia cacat dan tidak bisa berkultivasi, apa Tuan Muda Pertama Wang yang genius itu sudi menikahinya!? Para tetua Wang juga pasti tidak akan menerimanya!”Mendengar sindiran-sindiran itu, Xiaolan mengepalkan tangannya. Matanya berkaca-kaca karena kesal dan marah. Bagaimanapun, nonanya adalah salah satu majikan di kediaman ini. Berani sekali orang-orang itu menghinanya!Tidak terima, Xiaolan pun bersiap melawan p
“Oh ya ampun!”Pekikan nyaring itu membuat lamunan Su Li buyar. Dia menoleh dan mendapati sosok Xiaolan telah kembali dengan sebuah nampan berisi teko panas di tangannya.“Nona, apa yang kau lakukan!?” seru gadis pelayan itu seraya meletakkan nampan ke atas meja dan menghampiri Su Li dengan wajah khawatir. “Kenapa kau mematahkan bukti perjodohanmu dengan Tuan Muda Pertama Wang!?”Mendengar kalimat Xiaolan, Su Li pun menoleh ke bawah, pada tangannya yang sedang mengepal. Dia membuka kepalan itu dan baru menyadari bahwa konde kayu dalam genggamannya telah patah menjadi dua keping.Melihat hal tersebut, Su Li tersenyum sinis. Andai itu adalah tulang Wang Jing.Senyuman Su Li membuat Xiaolan agak bergidik ngeri. Tidak pernah sekali pun dia melihat nonanya yang pendiam dan lembut menampakkan wajah seperti itu.“N-Nona, kau baik-baik saja?” tanya Xiaolan lagi dengan agak takut.Pertanyaan Xiaolan membuat wajah Su Li kembali datar. Dia melemparkan konde tersebut kepada sang pelayan dan berka
‘Apa aku … benar-benar kembali ke masa lalu?’ batin Su Li, masih sulit untuk percaya.Melihat Su Li terbengong, Xiaolan merasa sedikit aneh. Akan tetapi, dia menggelengkan kepala, menyadarkan diri bahwa masih ada hal yang lebih penting yang perlu dilakukan.“Nona, ayo kita kembali ke kamar dan ganti pakaianmu. Kau bisa sakit kalau terus berada dalam kondisi ini!”Su Li yang masih terkejut dengan pikirannya sendiri, mengangguk pelan dan mengikuti Xiaolan kembali ke kamar.Setelah membantu Su Li mengganti pakaian, Xiaolan berkata, “Nona, tunggu sebentar di sini, aku akan ke dapur untuk mengambil teh hangat.” Dia pun langsung berlari keluar kamar.Sementara itu, Su Li yang terduduk di depan meja rias, hanya terdiam memandang pantulan wajahnya.“Sungguh sama persis seperti sepuluh tahun yang lalu …,” gumam Su Li sembari menyentuh wajahnya sendiri.Kalaupun cacat di sisi kiri wajah Su Li masih ada, tapi kerutan akibat usia serta berbagai luka hasil mempelajari racun, telah menghilang secar
Tahun 136, penjara bawah tanah sekte Langit. Tampak seorang wanita dipaksa berlutut dengan kaki dan tangan dirantai. Tubuhnya yang terlihat begitu kurus dan kering dibalut pakaian lusuh penuh debu, menunjukkan dirinya telah dibiarkan terlantar begitu saja di musim dingin menusuk ini tanpa adanya makanan, minuman, maupun kehangatan. Di depannya, seorang pria tampan berjubah putih berdiri gagah dengan tongkat emasnya—tongkat pemimpin para sekte. “Su Li, meneguk racun itu adalah cara mati paling terhormat yang bisa kuberikan padamu. Oleh karena itu, dibandingkan marah padaku, seharusnya kau mengucapkan terima kasih.” Ucapan tersebut membuat wanita bernama Su Li itu mengangkat pandangannya, memamerkan manik birunya yang diselimuti amarah. “Berterima kasih?” ulangnya dengan nada tidak percaya. “Setelah kau berselingkuh dengan adik tiriku, memfitnahku di depan semua orang, dan menjatuhkan hukuman mati padaku, aku masih harus berterima kasih padamu?!” Dia menggertakkan gigi. “Apa kau masi