Kedatangan Ghazanvar ke rumah om Kaivan disambut tepuk tangan dari kedua orang tua, keempat adik serta keluarga om Kaivan yang saat itu tengah berkumpul di ruang televisi dan sebagian di meja makan.Ghazanvar bak seorang aktor yang baru saja mendapat Piala Citra dalam perannya di sebuah film.Tentu semua orang telah mengetahui kalau akhirnya Ghazanvar akan menikah dengan Naraya meski pria itu belum mencintainya.Mungkin seantero Negri sudah tahu berita tentang Ghazanvar yang akan menikah mengingat orang yang pertama Ghazanvar beri tahu adalah mami dan papi.Bisa Ghazanvar tebak, pasti mami sudah menghubungi Wedding Organizer ternama untuk melakukan meeting. “Selamat ya Bang, akhirnya kamu nikah juga.” Dengan santai om Kaivan yang berdiri paling dekat dengan Ghazanvar saat memasuki ruangan itu pun mengulurkan tangan.Ghazanvar tersipu saat menjabat tangan om Kaivan yang kemudian dilanjutkan dengan pelukan mascullin.“Enggak akan ngelamun lagi pas meeting ya, Bang?” celetuk Reynand-put
Naraya keluar dari kamarnya setelah bicara dengan mami Zara dalam sambungan telepon.“Nay … duduk dulu di sini, Paman mau bicara sama kamu.” Paman Eka meminta baik-baik.Kebetulan, Naraya memang juga ingin bicara dengan kedua pamannya itu.Ruang televisi yang menjadi tempat bersarang kedua pamannya selama beberapa hari tampak berantakan.Naraya tidak mau membereskan atau membersihkan, dia biarkan rumahnya kotor agar kedua paman beserta istrinya juga tidak betah tinggal berlama-lama di rumah ini.Gadis cantik berambut panjang itu mengambil duduk di sebuah single sofa yang sering diduduki mendiang bapak Agus.“Jadi gimana, Nay? Apa kamu sudah selesai berpikir?” Paman Eka bertanya merujuk pada berakhirnya pembicaraan mereka tempo hari sewaktu Surawijaya dan orang Jakarta berkunjung dikarenakan Naraya meminta waktu untuk berpikir.“Apa kamu akan menerima lamaran pak Surawijaya?” sambung paman Eka melayangkan pertanyaan ke dua.“Kalau kamu nikah sama Surawijaya, hidup kamu akan terjamin.”
“Jadi kamu telah menjual rumah itu kepada Ghazanvar?” Paman Rukmana tampak kecewa.Naraya menganggukan kepalanya.“Maaf Paman …,” ucapnya kemudian dengan ekspresi wajah menyesal.Menyesal karena telah membohongi paman Rukmana dan menyesal karena tidak bisa berbuat apa-apa selain menerima lamaran Ghazanvar dari pada menikah dengan Surawijaya.Meski begitu, Naraya merasa beruntung karena dihadapkan dengan dua pilihan menikah dengan seorang pria yang salah satunya justru menguntungkan baginya.Naraya akui kalau menikah dengan Ghazanvar adalah sebuah keberuntungan mengingat pria itu selain tampan juga kaya raya jika dilihat dari apa yang melekat di tubuhnya serta kendaraan yang dikemudikannya.Sampai di sini Naraya belum tahu percis siapa Ghazanvar sesungguhnya.“Terus kamu mau tinggal di mana?” Paman Rukmana menatap iba pada Naraya.“Nay ‘kan ngekos, Paman … sambil nanti Nay cari kerja.” Atas instruksi mami Zara, selain Naraya harus mengatakan kalau dia telah menjual rumah itu kepada Gh
“Abang … nanti pak Surawijaya cerita sama paman Eka terus paman Eka jadi curiga,” kata Naraya setelah pintu dibuka oleh Ghazanvar.“Biarin … bodo amat, memangnya mereka mau apa?” Ghazanvar mengulurkan tangannya bermaksud membantu Naraya turun.“Kata mami jangan sampai ada yang tahu kalau kita mau nikah ….” Naraya tidak bergerak dari kursi penumpang.“Naaay, enggak mungkin aku biarin kamu masuk sendirian ke rumah pria yang kalau ngeliat kamu sampe ileran gitu … nanti kamu diapa-apain gimana?”Naraya terpekur menatap Ghazanvar, pria itu ternyata berpikir jauh ke depan.“Ya udah,” putus Naraya menuruti Ghazanvar dari pada terjadi sesuatu dengannya di dalam sana.Ghazanvar membelikan badan setelah berhasil membantu Naraya turun, tangannya terulur ke belakang meminta tangan Naraya dan refleks Naraya memberikan tangannya.Rumah Surawijaya tampak sepi, tidak ada bel jadi Naraya mengetuk pintuTidak lama kemudian pintu dibuka dari dalam, sosok wanita paruh baya menyambut mereka.“Pak Surawija
Kakek Narendra tercenung di kursi kebesarannya setelah mendengar berita tentang apa yang terjadi dengan Ghazanvar sampai akhirnya sang menantu-maminya Ghazanvar mengajak Ghazanvar ke Bandung menemui Naraya dan tanpa direncanakan sebelumnya tercetus lah ide menikahkan Ghazanvar dengan Naraya.Papi Arkana masih duduk di kursi di depan meja ayahnya, menunggu beliau mengemukakan pendapat.“Kalian gegabah, bagaimana kalau Ghazanvar enggak bisa mencintai Nay?” Alasan menantunya yang disampaikan sang putra mengenai Naraya bisa membuat Ghazanvar melupakan Zaviya justru menjadi kekhawatiran sendiri bagi kakek.“Enggak mungkin Yah, Nay cantik … lama-lama Ghaza pasti kepincut … dulu juga Svarga sama Zaviya ‘kan dijodohin … Svarga yang cuek banget jadi bucin, apalagi Ghaza yang bersedia nikah sama Nay karena ada perasaan bersalah … akan mudah untuk jadi sayang dan lama-lama jatuh cinta.” Kakek mengembuskan napas panjang, beliau membuka map berisi semua tentang Naraya yang diberikan papi Arkana
“Sore Pak!” Alex menyapa di depan ruang Ghazanvar.“Sore! Jadi meeting, Lex?” Ghazanvar bertanya seraya melangkah masuk ke dalam ruangannya.“Ja-jadi, Pak?” Alex bukan menjawab tapi bertanya.“Jadi donk, kasih tahu yang lain … kita meeting sekarang!” titah Ghazanvar yang langsung disibukan dengan menandatangi berkas di atas meja.“Baik, Pak!” Alex keluar untuk memberi info kepada para pimpinan di setiap bagian agar segera berkumpul di ruang rapat.“Kenapa datang-datang si bos jadi bersemangat gitu sih?” Alex bergumam bingung.“Pak Alex, Ghaza eh … pak Ghaza udah dateng ya?” “Eh … Bu Mita, kaget … kirain siapa … udah, Bu … pak Ghaza ada di dalem.” “Oke, Thanks ya.” Mita berbisik sambil mengerutkan pangkal hidung dan senyum yang dikulum. Wanita itu lantas masuk ke ruangan Ghazanvar setelah mengetuk sebanyak dua kali.Ghazanvar mendongak saat menyadari pintu dibuka dari luar.“Eeeh … Mit, gimana hasil meeting sama pak Sudibyo?” Ghazanvar meminta laporan dengan santainya.Fokusnya dia
“Nay!” Suara bas seorang pria memanggil membuat Naraya menoleh ke belakang.“Mas Khafi ….” Naraya menghentikan langkahnya menunggu Khafi.“Mau ke Aula, kan?” Pria muda itu bertanya.“Iya … kirain Mas Khafi udah duluan.” Khafi membawa senyum manisnya mendekat lalu mereka berjalan beriringan menuju Aula tempat berkumpulnya penari yang akan perform di Istana Negara.“Aku tadi meeting dulu sama anak BEM.” Khafi memberi alasan.Lalu hening selama beberapa saat, Khafi menoleh ke samping.“Nay … aku turut berduka cita ya.” Khafi berujar kemudian.“Iya Mas makasih … Mas Khafi ‘kan udah pernah mengucapkannya lewat chat.” “Enggak afdol kalau enggak ngomong langsung.”Naraya tertawa pelan merespon kelakar Khafi.“Kamu pasti bisa lewatin ini, Nay … aku yakin kamu bisa.” Sorot mata Khafi tampak serius.Naraya masih tersenyum saat bersitatap dengan Khafi tapi kemudian senyumnya pudar setelah memutus tatap menundukan pandangan agar tidak tersandung.“Kamu bisa hubungi aku kalau butuh apa-apa,” kat
Naraya dan kedua temannya mengambil posisi untuk keluar dari balik tirai.MC memanggil mereka disertai musik intro dan satu persatu penari cantik itu keluar dari balik tirai.Tepuk tangan membahana membuat tingkat kepercayaan diri Naraya naik berkali-kali lipat. Tarian yang memiliki ciri khas humanism, keceriaan, semangat, kesederhanaan, spontanitas dan erotisme itu menghipnotis setiap pasang mata yang menyaksikan.Ketiga penari cantik kompak di beberapa gerakan sampai pada suatu pola yang dinamakan ibing pola, Naraya harus menari sendirian sementara dua diantaranya berhenti sejenak.Tepuk tangan kembali Naraya dapatkan mencetuskan sebuah senyum di bibir yang membuatnya terlihat semakin cantik.Beberapa menit berlalu, orang-orang yang ada di sana terpana pada ketiga penari sampai akhirnya musik berhenti dan tarian pun selesai.Tepuk tangan kembali membahana kali ini lebih meriah.Masih dalam posisi ending dari tarian yang baru saja ditampilkan, pandangan Naraya menangkap sosok pria s
Satu topik pembicaraan yang sampai saat ini tidak pernah berani Ghazanvar dan Naraya bahas adalah tentang keterlibatan Ghazanvar dalam dunia hitam sebagai penerus sang papi.Naraya bisa mengijinkan Ghazanvar touring bersama teman-teman ghenk motornya tapi melakukan sesuatu yang berhubungan dengan dunia hitam—Naraya sulit sekali memberi ijin kepada Ghazanvar untuk pergi.“Sayang ….” Ghazanvar mengikuti Naraya ke kamar Zion karena dari Baby monitor terdengar suara Zion menangis.“Nan, Zion sama saya aja …,” kata Naraya alih-alih merespon panggilan suaminya yang telah menggunakan pakaian stelan jas lengkap padahal hari sudah larut malam.“Nanny keluar aja,” pinta Naraya agar Nanny tidak mendengar percakapan mereka. Nanny mengangguk tanpa membantah lalu keluar dari kamar Zion tidak lupa menutup pintu.“Sayang …,” panggil Ghazanvar lagi meminta perhatian Naraya.Naraya membuka kancing di dadanya untuk menyusui Zion, dia lantas duduk di single sofa khusus ibu menyusui yang bisa bera
Hari ini Gunadhya menggelar hajat besar untuk pernikahan Zyandru-anak bungsu dari om Kama dan tante Arshavina.Tidak ada angin tidak ada hujan tiba-tiba kakak sepupu Ghazanvar yang baru saja pulang dari menyelesaikan pendidikan S2 di Amerika itu menikah dengan anak pesaing bisnis ayahnya.Menurut gosip yang beredar dari kalangan Gunadhya, calon mempelai pengantin wanita mendapat wasiat dari mendiang ayahnya untuk menikah dengan Zyandru.Dan yang membuat heran adalah om Kama dengan ayah dari calon mempelai wanita sering berseteru karena bersaing ketat dalam bisnis.Karena hal tersebut muncul dugaan kalau ada perjanjian menguntungkan yang dilakukan Zyandru dengan calon istrinya hingga akhirnya mereka memutuskan untuk menikah.Jadi pagi sekali Naraya sudah didandani oleh Mua ternama langganan para artis dan ibu pejabat yang diundang datang ke rumah. Menurut informasi, Svarga dan Zaviya akan datang saat resepsi jadi Ghazanvar dan Naraya harus datang di akad nikah.Ghazanvar dan Sv
Beberapa bulan kemudian Anasera melahirkan putri cantik bernama Alenna Keiza Gunadhya.Dan malam minggu ini Arnawarma mengundang keluarga kecil Ghazanvar serta Radeva dan Anggit dengan Latief untuk makan malam di rumahnya.Bayi kecil bernama Keiza itu mendapat banyak kado dari sahabat mommy dan daddynya.Sama dengan Ghazanvar, Arnawarma pun memperlakukan Anasera layaknya Ratu.Ada banyak asisten rumah tangga serta perawat yang mengurus Keiza dan Anasera jadi di saat lemah seperti ini Anasera hanya ongkang-ongkang kaki saja di rumah menikmati kenyamanan yang diberikan suaminya.“Ipeh berapa minggu lagi melahirkan?” cetus Ghazanvar bertanya.“Antara empat atau lima minggu lagi.” Radeva yang menjawab.“Kalian kok anteng-anteng aja jadi orang tua baru, kaya santai banget gitu … memangnya Zion sama Keiza enggak pernah bangun malem? Yang aku denger katanya kalau istri baru melahirkan si suami harus siap sedia membantu istri begadang karena menyusui.” Rad
Ghazanvar benar-benar memperlakukan Naraya seperti seorang ratu.Setelah dokter menyatakan kalau Naraya sudah diperbolehkan pulang, Ghazanvar langsung mencari Nanny untuk Zion dan suster untuk merawat Naraya.“Bang, Nay ingin ngurus Zion sendiri … Nay juga enggak butuh perawat,” bisik Naraya di telinga suaminya saat dia baru saja sampai di rumah dan bertemu dengan dua orang wanita yang usianya terpaut sekitar sepuluh tahunan lebih tua dari mereka.Ghazanvar tersenyum, memberikan seat car di mana Zion tengah terlelap kepada Nanny.“Nanti kalau dia nangis bawa ke kamar saya ya,” titah Ghazanvar kepada Nanny tanpa merespon ucapan istrinya.“Baik, Pak.” Nanny pergi membawa seat car menuju lantai dua di mana kamar Zion berada.“Air hangat untuk Ibu berendam sudah siap, saya juga tambahkan garam Himalaya agar ibu lebih rileks,” kata sang perawat.“Terimakasih ya Bu, nanti saya panggil kalau butuh sesuatu,” kata Ghazanvar menahan agar sang perawat tidak perlu ikut ke kamar mereka.Na
Dia tangkup pipi Naraya kemudian mengusapnya menggunakan ibu jari, setelah itu membungkuk melabuhkan kecupan penyemangat untuk sang istri.Naraya kembali mengejan bersama erangan cukup kuat karena dorong yang dia berikan juga mampu membuat bayi itu keluar sempurna.“Wah ibu hebat.” Dokter sampai takjub.Persalinan ini berjalan lancar tanpa kendala berarti hanya dengan tiga kali dorongan.Suara tangis bayi pecah terdengar hingga ke ruang tunggu.Detik berikutnya terdengar suara riuh di ruangan tunggu, mereka mungkin tahu yang dinanti sudah hadir ke dunia.“Selamat ya Pak, anaknya jagoan.” Dokter itu berujar kembali sembelum akhirnya memberikan bayi laki-laki itu kepada perawat untuk dibersihkan.“Terimakasih Dok,” ucap Ghazanvar lantas mengalihkan tatap pada istrinya.“Terimakasih Dok.” Mami Zara juga tak lupa mengucapkan Terimakasih, beliau sampai berlinang air mata.Mami Zara masih ingat saat di masa lalu dirinya divonis tidak bisa memiliki anak lagi, ternyata Tuhan Maha Bai
Sampai di rumah sakit, petugas medis melakukan pengecekan awal terhadap Naraya dan dinyatakan kalau istri dari Ghazanvar itu akan segera melahirkan.Saat ini rumah sakit dipenuhi oleh Gunadhya, kerabat dan tamu undangan gender reveal party.Karena berturut-turut mereka mengunjungi rumah sakit setelah menikmati hidangan yang disajikan di pesta itu.Mereka semua sempat panik saat Ghazanvar berlari sambil menggendong Naraya jadi MC langsung meng-handle acara dengan mempersilahkan para tamu menikmati sajian pesta.Beruntung hari ini adalah hari minggu di mana RS tidak menerima pasien untuk poli klinik, hanya IGD saja yang beroperasi.Dan kedatangan rombongan itu membuat suasana rumah sakit yang sepi menjadi ramai apalagi di ruang tunggu ruang bersalin.Kebetulan paman Rukmana diundang juga ke gender reveal party jadi sesuai dengan harapannya, beliau bisa menunggui Naraya melahirkan.Beserta istri dan ketiga anaknya, paman Rukmana duduk di kursi di sudut ruangan, beliau berdoa dalam
“Jadi … Papi sebenarnya udah tahu lama ya kalau Abang juga masuk dunia hitam?” Ghazanvar membuat topik pembicaraan.Ayah dan anak itu duduk bersebelahan di kursi sebuah restoran mewah dengan tema semi outdoor.Restoran tersebut sengaja Ghazanvar booking untuk acara Gender Reveal Party, memberitahu keluarga jenis kelamin bayi yang dikandung Naraya.Belum banyak keluarga dan tamu yang datang jadi mereka berdua memiliki waktu untuk mengobrol.Naraya sendiri sedang didandani di sebuah ruangan khusus yang disediakan pihak restoran.Reaksi papi Arkana atas pertanyaan Ghazanvar barusan hanya tersenyum kemudian membenarkan posisi duduk, kedua tangan pria yang masih tampan di usia paruh baya itu terlipat di depan dada dan tatapannya lurus ke venue acara gender reveal party ini dengan Backdrop yang dihiasi bunga hidup dan balon warna-warni.“Papi pernah menemukan jejak Gunadhya di suatu kekacauan yang kalian tinggalkan, tapi saat itu Papi enggak tahu percis siapa
“Eh … tetangga, mau ke mana nih bawa koper.” Ghazanvar berteriak dari balkon kamarnya.Radeva yang tengah menarik koper untuk dimasukan ke dalam mobil dengan logo tour and travel ternama lantas mengacungkan jari tengah sambil memperlihatkan tampang kesal.Ghazanvar tergelak sampai memegang perutnya.Dia lantas menoleh ke halaman rumah Arnawarma dan pemandangan yang sama pria itu dapati di sana.“Nawa! Mau ke mana?” Ghazanvar sedang menggoda sang adik.Arnawarma mendelik, raut wajahnya tampak tidak bersahabat.Bagaimana Radeva dan Arnawarma tidak kesal, mereka berdua telah dikerjai habis-habisan oleh Ghazanvar karena ternyata Ghazanvar tidak menyogok apapun agar Naraya berhenti merajuk dalam kasus batagor kemarin.Sementara Radeva dan Arnawarma sampai harus mengeluarkan materi dalam jumlah besar atas saran Ghazanvar yang penuh dusta itu demi untuk membuat sang istri berhenti merajuk.Beberapa hari kemudian terbongkar kalau Ghazanvar telah berhasil mengerjai mereka, pria itu han
“Sayang—““Sayang—““Sayang tadi—“Tiga pria itu semua kompak ingin memberikan penjelasan tapi tidak tahu harus memberikan alasan apa.Mereka juga bertanya-tanya kenapa tiga wanita itu bisa bersama dan mengetahui keberadaan mereka.Ketiga wanita yang tengah hamil itu lantas membalikan badan keluar dari sana.“Nay!” seru Ghazanvar kemudian menyusul.“Kamu bayar dulu,” kata Radeva kepada Arnawarma kemudian menarik langkah cepat meninggalkan Arnawarma.Terpaksa Arnawarma harus membayar dulu makanan serta minuman mereka sekaligus batagor yang mereka pesan.Ghazanvar dan Radeva tidak lupa membawa bungkusan batagor tapi lupa membayarnya.Dua pria lainnya sudah tidak ada di parkiran saat Arnawarma selesai.Dia lantas melajukan kendaraan roda duanya dengan kecepatan tinggi pulang ke rumah.Sedangkan tiga wanita hamil yang sekarang sedang marah besar itu datang menggunakan mobil ke sini dan pulang juga menggunakan mobil yang sama.