Kembali ke Takeshi, yang kini berdiri di tengah tumpukan musuh yang telah dikalahkannya, dia menarik napas dalam-dalam, mengetahui bahwa pertempuran malam itu baru saja dimulai. Klan Nishimoto pasti akan mengirim lebih banyak pasukan, dan dia harus siap.Takeshi menatap langit malam, berdoa agar keberanian dan kekuatan akan terus menyertainya. Dia tahu bahwa nasib klan Yamaguchi kini juga bergantung pada dirinya, dan dia bertekad untuk tidak mengecewakan mereka.Takeshi berdiri di tengah keheningan malam, pedangnya masih bergetar dari pertempuran yang baru saja terjadi. Dia merasakan sesuatu yang aneh, sebuah ikatan yang semakin kuat antara dirinya dan katana pusakanya, seolah-olah pedang itu adalah perpanjangan dari jiwanya sendiri.Dia menutup matanya, mengambil napas dalam-dalam, dan membiarkan dirinya merasakan energi yang mengalir dari katana pusaka tersebut. Katana itu, yang telah diwariskan dari para pendekar-pendekar sebelumnya, kini berbicara kepadanya dengan cara yang belum
Masaru berdiri dengan cepat, wajahnya menjadi serius. "Bandit dan pedagang gelap, kau bilang? Aku baru ingat, kalau tidak salah, Takeshi juga memberi tau tentang itu ya. Ini bisa mengubah keseimbangan kekuatan."Tatsuya menggenggam pedangnya dengan erat, "Kita harus bertindak cepat. Kita tidak bisa membiarkan mereka mengonsolidasikan kekuatan mereka."Kohei, dengan pandangan yang tajam, menambahkan, "Kita harus memanfaatkan waktu yang kita miliki sekarang. Mungkin kita bisa mengadakan serangan mendadak sebelum mereka sempat bersatu."Takeshi, yang masih merasakan getaran dari katana pusakanya, berkata, "Kita bisa menggunakan kekuatan baru ini untuk keuntungan kita. Mungkin kita bisa menyusup dan menyabotase mereka dari dalam."Satoru, yang selama ini diam, akhirnya berbicara, "Kita harus bijaksana. Jika mereka memang bandit dan samurai dari pedagang gelap, mereka mungkin tidak memiliki kedisiplinan yang sama dengan pasukan reguler. Kita bisa memanfaatkan itu."Masaru mengangguk, "Baik
Tatsuya dan Haruto berdiri berhadapan di tengah medan perang yang kacau, pedang mereka siap di tangan. Tatsuya memandang Haruto dengan rasa hormat, meskipun mereka adalah musuh."Haruto," kata Tatsuya dengan suara yang tenang namun tegas, "kita berdua tahu bahwa pertempuran ini lebih dari sekadar kemenangan. Ini tentang kehormatan dan masa depan klan kita."Haruto mengangguk, matanya tidak pernah meninggalkan mata Tatsuya. "Aku setuju, Tatsuya. Mari kita pindah ke tempat yang lebih terbuka, di mana kita bisa bertarung tanpa gangguan."Mereka berdua mundur beberapa langkah, memberi isyarat kepada pasukan mereka untuk tidak ikut campur. Mereka bergerak menuju sebuah lapangan terbuka, di mana sinar matahari pagi menyinari rerumputan yang basah oleh embun.Tatsuya dan Haruto berdiri di tengah lapangan terbuka, pandangan mereka saling bertemu dengan intensitas yang membara. Tidak ada kata-kata sopan yang terucap di antara mereka; hanya tatapan tajam yang mengungkapkan niat sebenarnya."Kau
Dengan punggungnya sudah menyentuh dinding transparan, dia berpikir untuk tidak bisa mundur lebih lama lagi. Zaburo mengeluarkan nafas berat, matanya menyala dengan tekad yang belum pernah terlihat sebelumnya. "Kau mungkin telah mengejutkanku, Kohei," katanya dengan suara yang serak, "tapi pertarungan ini belum berakhir."Zaburo mengangkat katana pusakanya tinggi-tinggi, dan dengan sebuah teriakan yang menggelegar, dia melepaskan teknik yang ditakuti banyak pendekar: "Pelepasan Penuh Katana Pusaka". Energi yang kuat melesat dari katana nya, mengirimkan gelombang kejut melalui medan perang, membuat tanah di bawah mereka bergetar.Kohei, meskipun terkejut oleh pengungkapan bahwa Zaburo memiliki katana pusaka, tetap tenang. Dia mengambil napas dalam-dalam, menstabilkan dirinya di tengah kekacauan yang diciptakan oleh pelepasan energi Zaburo. "Mengejutkan, siapa yang menyangka kalau bandit rendahan bisa menggunakan teknik itu." Ucapnya. "Katana pusaka atau tidak," Kohei berbisik pada diri
Tatsuya terkapar di tanah, tubuhnya tidak berdaya dan darah mengalir dari sudut mulutnya. Haruto berdiri di atasnya, pedangnya masih meneteskan darah lawannya. "Mengapa kau tidak menggunakan teknik 'Pelepasan Penuh Katana Pusaka' seperti yang kulakukan?" tanya Haruto, rasa penasaran tercampur dengan rasa hormat pada lawannya yang terluka. "Walaupun kau masih terlalu muda, dengan keahlian mu, harusnya kau bisa melakukannya."Tatsuya, dengan napas yang berat dan terputus-putus, menatap langit yang semakin cerah dan mulai berbicara dengan suara yang serak, "Karena... aku memilih jalan yang berbeda."Kilasan balik memperlihatkan Tatsuya muda, berdiri tegak di hadapan ayahnya. Di depannya, katana pusaka keluarga yang telah diwariskan turun-temurun, berkilauan dengan sejarah dan kehormatan. Ayahnya menawarkan pedang itu kepadanya, "Ini adalah warisan kita, Tatsuya. Katana yang telah membantu kita melalui banyak pertempuran."Namun, Tatsuya dengan lembut menolaknya, "Ayah, aku ingin mencipta
Dengan kekuatan baru yang diperoleh dari "Pelepasan Penuh Katana Pusaka", Kohei mulai mengambil alih pertempuran. Energi yang dilepaskan dari katana pusakanya memberinya keunggulan yang signifikan, dan dia menggunakan ini untuk menekan Zaburo dengan serangkaian serangan yang cepat dan kuat.Zaburo, yang terbiasa menggunakan taktik licik untuk mendapatkan keuntungan, mencoba berbagai trik untuk mengalihkan perhatian Kohei. Dia melemparkan debu ke arah Kohei, mencoba serangan-serangan rendah, dan bahkan mencoba memprovokasi Kohei dengan ejekan. Namun, Kohei tidak tergoyahkan. Dia tetap fokus pada pertarungan, mengelak dan menangkis setiap serangan dengan ketenangan yang berasal dari kepercayaan pada kekuatannya yang baru.Setiap kali Zaburo mencoba manuver yang licik, Kohei menanggapinya dengan serangan balasan yang cerdas, menggunakan kecepatan dan presisi yang ditingkatkan oleh katana pusakanya. Kohei tidak lagi hanya bertahan; dia sekarang mengendalikan pertarungan, mendorong Zaburo
Sementara itu, beberapa waktu lalu, Takeshi yang sedang berhadapan dengan Hatamoto semakin panas."Jika kita harus bertarung, maka aku akan bertarung dengan kehormatan," kata Takeshi, suaranya tenang namun penuh dengan tekad.Hatamoto itu menghunus pedangnya, "Dengan kehormatan." katanya, dan dengan itu, pertempuran pun dimulai.Pedang bertemu pedang dalam tarian yang mematikan, dengan Takeshi dan Hatamoto beradu keahlian dalam pertempuran yang sama-sama mereka hormati. Di sekitar mereka, pasukan klan Yamaguchi dan klan Nishimoto juga bertarung, setiap samurai berjuang untuk kehormatan dan masa depan klan mereka.Pertempuran itu akan menjadi salah satu dari banyak yang terjadi di hari itu, setiap pertempuran menjadi bagian dari sejarah yang lebih besar dari perang yang akan menentukan nasib kedua klan tersebut.Kabut pagi yang dingin menjadi saksi bisu saat Takeshi dan Hatamoto saling berhadapan, mata mereka terkunci dalam tantangan yang tak terucapkan. Tidak ada kata-kata sopan atau
Pertarungan antara Takeshi dan Hatamoto berlangsung dengan ketegangan yang meningkat, serangan demi serangan dilancarkan tanpa henti. Awalnya, mereka tampak seimbang, saling memberikan dan menerima tebasan, namun seiring waktu berlalu, sesuatu yang luar biasa terjadi pada Takeshi.Dengan setiap gerakan pedangnya, Takeshi merasakan sinkronisasi yang semakin mendalam dengan katana pusakanya. Seolah-olah pedang itu adalah perpanjangan dari dirinya sendiri, setiap ayunan menjadi lebih tajam, setiap blok menjadi lebih kuat, dan setiap langkah menjadi lebih pasti.Hatamoto, yang awalnya percaya diri, mulai merasakan perubahan dalam aliran pertempuran. Dia bisa melihat bahwa Takeshi tidak hanya menggunakan kekuatan fisik, tetapi juga kekuatan yang lebih halus, sebuah kekuatan yang tampaknya berasal dari dalam jiwa Takeshi dan katana pusakanya."Bagaimana mungkin?" gumam Hatamoto, serangan ku mulai kehilangan keefektifannya. "Kekuatanmu... bertambah?"Takeshi, dengan mata yang fokus dan nafas