Dengan punggungnya sudah menyentuh dinding transparan, dia berpikir untuk tidak bisa mundur lebih lama lagi. Zaburo mengeluarkan nafas berat, matanya menyala dengan tekad yang belum pernah terlihat sebelumnya. "Kau mungkin telah mengejutkanku, Kohei," katanya dengan suara yang serak, "tapi pertarungan ini belum berakhir."Zaburo mengangkat katana pusakanya tinggi-tinggi, dan dengan sebuah teriakan yang menggelegar, dia melepaskan teknik yang ditakuti banyak pendekar: "Pelepasan Penuh Katana Pusaka". Energi yang kuat melesat dari katana nya, mengirimkan gelombang kejut melalui medan perang, membuat tanah di bawah mereka bergetar.Kohei, meskipun terkejut oleh pengungkapan bahwa Zaburo memiliki katana pusaka, tetap tenang. Dia mengambil napas dalam-dalam, menstabilkan dirinya di tengah kekacauan yang diciptakan oleh pelepasan energi Zaburo. "Mengejutkan, siapa yang menyangka kalau bandit rendahan bisa menggunakan teknik itu." Ucapnya. "Katana pusaka atau tidak," Kohei berbisik pada diri
Tatsuya terkapar di tanah, tubuhnya tidak berdaya dan darah mengalir dari sudut mulutnya. Haruto berdiri di atasnya, pedangnya masih meneteskan darah lawannya. "Mengapa kau tidak menggunakan teknik 'Pelepasan Penuh Katana Pusaka' seperti yang kulakukan?" tanya Haruto, rasa penasaran tercampur dengan rasa hormat pada lawannya yang terluka. "Walaupun kau masih terlalu muda, dengan keahlian mu, harusnya kau bisa melakukannya."Tatsuya, dengan napas yang berat dan terputus-putus, menatap langit yang semakin cerah dan mulai berbicara dengan suara yang serak, "Karena... aku memilih jalan yang berbeda."Kilasan balik memperlihatkan Tatsuya muda, berdiri tegak di hadapan ayahnya. Di depannya, katana pusaka keluarga yang telah diwariskan turun-temurun, berkilauan dengan sejarah dan kehormatan. Ayahnya menawarkan pedang itu kepadanya, "Ini adalah warisan kita, Tatsuya. Katana yang telah membantu kita melalui banyak pertempuran."Namun, Tatsuya dengan lembut menolaknya, "Ayah, aku ingin mencipta
Dengan kekuatan baru yang diperoleh dari "Pelepasan Penuh Katana Pusaka", Kohei mulai mengambil alih pertempuran. Energi yang dilepaskan dari katana pusakanya memberinya keunggulan yang signifikan, dan dia menggunakan ini untuk menekan Zaburo dengan serangkaian serangan yang cepat dan kuat.Zaburo, yang terbiasa menggunakan taktik licik untuk mendapatkan keuntungan, mencoba berbagai trik untuk mengalihkan perhatian Kohei. Dia melemparkan debu ke arah Kohei, mencoba serangan-serangan rendah, dan bahkan mencoba memprovokasi Kohei dengan ejekan. Namun, Kohei tidak tergoyahkan. Dia tetap fokus pada pertarungan, mengelak dan menangkis setiap serangan dengan ketenangan yang berasal dari kepercayaan pada kekuatannya yang baru.Setiap kali Zaburo mencoba manuver yang licik, Kohei menanggapinya dengan serangan balasan yang cerdas, menggunakan kecepatan dan presisi yang ditingkatkan oleh katana pusakanya. Kohei tidak lagi hanya bertahan; dia sekarang mengendalikan pertarungan, mendorong Zaburo
Sementara itu, beberapa waktu lalu, Takeshi yang sedang berhadapan dengan Hatamoto semakin panas."Jika kita harus bertarung, maka aku akan bertarung dengan kehormatan," kata Takeshi, suaranya tenang namun penuh dengan tekad.Hatamoto itu menghunus pedangnya, "Dengan kehormatan." katanya, dan dengan itu, pertempuran pun dimulai.Pedang bertemu pedang dalam tarian yang mematikan, dengan Takeshi dan Hatamoto beradu keahlian dalam pertempuran yang sama-sama mereka hormati. Di sekitar mereka, pasukan klan Yamaguchi dan klan Nishimoto juga bertarung, setiap samurai berjuang untuk kehormatan dan masa depan klan mereka.Pertempuran itu akan menjadi salah satu dari banyak yang terjadi di hari itu, setiap pertempuran menjadi bagian dari sejarah yang lebih besar dari perang yang akan menentukan nasib kedua klan tersebut.Kabut pagi yang dingin menjadi saksi bisu saat Takeshi dan Hatamoto saling berhadapan, mata mereka terkunci dalam tantangan yang tak terucapkan. Tidak ada kata-kata sopan atau
Pertarungan antara Takeshi dan Hatamoto berlangsung dengan ketegangan yang meningkat, serangan demi serangan dilancarkan tanpa henti. Awalnya, mereka tampak seimbang, saling memberikan dan menerima tebasan, namun seiring waktu berlalu, sesuatu yang luar biasa terjadi pada Takeshi.Dengan setiap gerakan pedangnya, Takeshi merasakan sinkronisasi yang semakin mendalam dengan katana pusakanya. Seolah-olah pedang itu adalah perpanjangan dari dirinya sendiri, setiap ayunan menjadi lebih tajam, setiap blok menjadi lebih kuat, dan setiap langkah menjadi lebih pasti.Hatamoto, yang awalnya percaya diri, mulai merasakan perubahan dalam aliran pertempuran. Dia bisa melihat bahwa Takeshi tidak hanya menggunakan kekuatan fisik, tetapi juga kekuatan yang lebih halus, sebuah kekuatan yang tampaknya berasal dari dalam jiwa Takeshi dan katana pusakanya."Bagaimana mungkin?" gumam Hatamoto, serangan ku mulai kehilangan keefektifannya. "Kekuatanmu... bertambah?"Takeshi, dengan mata yang fokus dan nafas
Sementara itu, Pertempuran antara Takeshi dan Hatamoto berlanjut dengan semangat yang membara. Keduanya, sekarang dengan kekuatan yang seimbang, saling bertukar serangan yang begitu cepat dan kuat, sehingga hanya kilatan pedang yang bisa dilihat oleh mereka yang menyaksikan.Takeshi, yang sebelumnya terdesak, kini berdiri dengan kepercayaan diri yang baru. Katana pusakanya, yang sekarang sepenuhnya sinkron dengan dirinya, bercahaya dengan cahaya yang menunjukkan kekuatan yang telah ia bangkitkan. Dengan setiap serangan yang ia lakukan, ia merasakan kekuatan dari generasi pendekar yang telah lalu mengalir melalui dirinya.Hatamoto, meskipun tertawa terbahak-bahak, tidak bisa menyangkal bahwa pertarungan ini telah berubah. Dia merasakan tekanan dari serangan Takeshi yang semakin kuat, dan dia tahu bahwa dia harus menggunakan seluruh keahlian dan pengalamannya untuk bertahan."Kau sungguh mengejutkanku, Takeshi," kata Hatamoto, sambil mengelak dari serangan yang hampir mengenai lehernya.
Masaru menatap Madara dengan tatapan yang tajam, keputusannya sudah bulat. "Madara, ini adalah kesempatan terakhirmu untuk berubah. Jika kau tetap pada jalur ini, aku tidak akan punya pilihan selain mengakhiri hidupmu di sini," ucap Masaru dengan suara yang penuh dengan ketegasan.Madara, dengan senyum sinis, menggelengkan kepalanya. "Perubahan adalah sesuatu yang kudambakan, Masaru. Klan Nishimoto akan tetap berdiri di atas prinsip yang telah membawa kita ke puncak kekuasaan. Aku tidak akan mundur!"Masaru menatap Madara dengan intensitas yang memancarkan keputusasaan, namun juga keinginan untuk memahami tujuan di balik ambisinya yang gelap. "Apa kau benar-benar percaya bahwa perubahan harus datang melalui kejahatan dan pengorbanan nyawa? Apa tidak ada jalan lain yang bisa membawa perubahan yang lebih baik bagi dunia kita?"Madara tersenyum sinis, tatapannya menusukkan kedalaman pikiran Masaru. "Masaru, kita hidup di dunia yang kejam dan penuh intrik. Kadang-kadang, untuk mencapai tu
Masaru tetap duduk di samping adiknya, merenung dalam kesedihan dan kehilangan yang mendalam. Dia tahu bahwa pertempuran ini akan menjadi legenda, sebuah cerita yang akan diceritakan berulang-ulang sebagai peringatan tentang harga kekuasaan dan pentingnya pilihan.Setelah beberapa saat, Masaru berdiri, mengangkat katana Madara yang telah jatuh ke tanah. Dia menatap bilah pedang itu, sekarang menjadi simbol dari keberanian dan pengorbanan adiknya. Dengan hormat, dia menancapkan katana itu ke tanah di samping Madara, sebagai tanda penghormatan dan janji bahwa klan Nishimoto akan berubah.Masaru kemudian berbalik menghadap para pejuang yang masih berdiri, mata mereka penuh dengan rasa hormat dan kesedihan. "Hari ini, kita telah kehilangan seorang pemimpin, seorang pendekar, dan seorang saudara," ucap Masaru dengan suara yang bergetar. "Tapi kita juga telah mendapatkan pelajaran yang berharga. Kita harus memilih jalan kita dengan bijak, karena setiap pilihan membawa konsekuensi."Dia mela