Dengan kekuatan baru yang diperoleh dari "Pelepasan Penuh Katana Pusaka", Kohei mulai mengambil alih pertempuran. Energi yang dilepaskan dari katana pusakanya memberinya keunggulan yang signifikan, dan dia menggunakan ini untuk menekan Zaburo dengan serangkaian serangan yang cepat dan kuat.Zaburo, yang terbiasa menggunakan taktik licik untuk mendapatkan keuntungan, mencoba berbagai trik untuk mengalihkan perhatian Kohei. Dia melemparkan debu ke arah Kohei, mencoba serangan-serangan rendah, dan bahkan mencoba memprovokasi Kohei dengan ejekan. Namun, Kohei tidak tergoyahkan. Dia tetap fokus pada pertarungan, mengelak dan menangkis setiap serangan dengan ketenangan yang berasal dari kepercayaan pada kekuatannya yang baru.Setiap kali Zaburo mencoba manuver yang licik, Kohei menanggapinya dengan serangan balasan yang cerdas, menggunakan kecepatan dan presisi yang ditingkatkan oleh katana pusakanya. Kohei tidak lagi hanya bertahan; dia sekarang mengendalikan pertarungan, mendorong Zaburo
Sementara itu, beberapa waktu lalu, Takeshi yang sedang berhadapan dengan Hatamoto semakin panas."Jika kita harus bertarung, maka aku akan bertarung dengan kehormatan," kata Takeshi, suaranya tenang namun penuh dengan tekad.Hatamoto itu menghunus pedangnya, "Dengan kehormatan." katanya, dan dengan itu, pertempuran pun dimulai.Pedang bertemu pedang dalam tarian yang mematikan, dengan Takeshi dan Hatamoto beradu keahlian dalam pertempuran yang sama-sama mereka hormati. Di sekitar mereka, pasukan klan Yamaguchi dan klan Nishimoto juga bertarung, setiap samurai berjuang untuk kehormatan dan masa depan klan mereka.Pertempuran itu akan menjadi salah satu dari banyak yang terjadi di hari itu, setiap pertempuran menjadi bagian dari sejarah yang lebih besar dari perang yang akan menentukan nasib kedua klan tersebut.Kabut pagi yang dingin menjadi saksi bisu saat Takeshi dan Hatamoto saling berhadapan, mata mereka terkunci dalam tantangan yang tak terucapkan. Tidak ada kata-kata sopan atau
Pertarungan antara Takeshi dan Hatamoto berlangsung dengan ketegangan yang meningkat, serangan demi serangan dilancarkan tanpa henti. Awalnya, mereka tampak seimbang, saling memberikan dan menerima tebasan, namun seiring waktu berlalu, sesuatu yang luar biasa terjadi pada Takeshi.Dengan setiap gerakan pedangnya, Takeshi merasakan sinkronisasi yang semakin mendalam dengan katana pusakanya. Seolah-olah pedang itu adalah perpanjangan dari dirinya sendiri, setiap ayunan menjadi lebih tajam, setiap blok menjadi lebih kuat, dan setiap langkah menjadi lebih pasti.Hatamoto, yang awalnya percaya diri, mulai merasakan perubahan dalam aliran pertempuran. Dia bisa melihat bahwa Takeshi tidak hanya menggunakan kekuatan fisik, tetapi juga kekuatan yang lebih halus, sebuah kekuatan yang tampaknya berasal dari dalam jiwa Takeshi dan katana pusakanya."Bagaimana mungkin?" gumam Hatamoto, serangan ku mulai kehilangan keefektifannya. "Kekuatanmu... bertambah?"Takeshi, dengan mata yang fokus dan nafas
Sementara itu, Pertempuran antara Takeshi dan Hatamoto berlanjut dengan semangat yang membara. Keduanya, sekarang dengan kekuatan yang seimbang, saling bertukar serangan yang begitu cepat dan kuat, sehingga hanya kilatan pedang yang bisa dilihat oleh mereka yang menyaksikan.Takeshi, yang sebelumnya terdesak, kini berdiri dengan kepercayaan diri yang baru. Katana pusakanya, yang sekarang sepenuhnya sinkron dengan dirinya, bercahaya dengan cahaya yang menunjukkan kekuatan yang telah ia bangkitkan. Dengan setiap serangan yang ia lakukan, ia merasakan kekuatan dari generasi pendekar yang telah lalu mengalir melalui dirinya.Hatamoto, meskipun tertawa terbahak-bahak, tidak bisa menyangkal bahwa pertarungan ini telah berubah. Dia merasakan tekanan dari serangan Takeshi yang semakin kuat, dan dia tahu bahwa dia harus menggunakan seluruh keahlian dan pengalamannya untuk bertahan."Kau sungguh mengejutkanku, Takeshi," kata Hatamoto, sambil mengelak dari serangan yang hampir mengenai lehernya.
Masaru menatap Madara dengan tatapan yang tajam, keputusannya sudah bulat. "Madara, ini adalah kesempatan terakhirmu untuk berubah. Jika kau tetap pada jalur ini, aku tidak akan punya pilihan selain mengakhiri hidupmu di sini," ucap Masaru dengan suara yang penuh dengan ketegasan.Madara, dengan senyum sinis, menggelengkan kepalanya. "Perubahan adalah sesuatu yang kudambakan, Masaru. Klan Nishimoto akan tetap berdiri di atas prinsip yang telah membawa kita ke puncak kekuasaan. Aku tidak akan mundur!"Masaru menatap Madara dengan intensitas yang memancarkan keputusasaan, namun juga keinginan untuk memahami tujuan di balik ambisinya yang gelap. "Apa kau benar-benar percaya bahwa perubahan harus datang melalui kejahatan dan pengorbanan nyawa? Apa tidak ada jalan lain yang bisa membawa perubahan yang lebih baik bagi dunia kita?"Madara tersenyum sinis, tatapannya menusukkan kedalaman pikiran Masaru. "Masaru, kita hidup di dunia yang kejam dan penuh intrik. Kadang-kadang, untuk mencapai tu
Masaru tetap duduk di samping adiknya, merenung dalam kesedihan dan kehilangan yang mendalam. Dia tahu bahwa pertempuran ini akan menjadi legenda, sebuah cerita yang akan diceritakan berulang-ulang sebagai peringatan tentang harga kekuasaan dan pentingnya pilihan.Setelah beberapa saat, Masaru berdiri, mengangkat katana Madara yang telah jatuh ke tanah. Dia menatap bilah pedang itu, sekarang menjadi simbol dari keberanian dan pengorbanan adiknya. Dengan hormat, dia menancapkan katana itu ke tanah di samping Madara, sebagai tanda penghormatan dan janji bahwa klan Nishimoto akan berubah.Masaru kemudian berbalik menghadap para pejuang yang masih berdiri, mata mereka penuh dengan rasa hormat dan kesedihan. "Hari ini, kita telah kehilangan seorang pemimpin, seorang pendekar, dan seorang saudara," ucap Masaru dengan suara yang bergetar. "Tapi kita juga telah mendapatkan pelajaran yang berharga. Kita harus memilih jalan kita dengan bijak, karena setiap pilihan membawa konsekuensi."Dia mela
Di tengah suasana yang masih duka atas kehilangan para prajurit, Masaru mendekati Takeshi dengan rasa terima kasih yang mendalam. "Takeshi, tanpa bantuanmu, pertempuran melawan klan Nishimoto mungkin akan berakhir dengan sangat berbeda. Aku berhutang banyak padamu," ucap Masaru, menundukkan kepalanya sebagai tanda hormat.Takeshi, dengan wajah yang masih menunjukkan bekas luka pertempuran, hanya mengangguk sambil tersenyum. "Tuan Masaru, kita semua berjuang untuk masa depan yang sama. Kemenangan ini adalah bukti bahwa bersama, kita lebih kuat."Masaru sedikit tersenyum, "Tapi aku tidak menyangka kalau ada pendekar pedang muda selain Tatsuya yang memiliki kemampuan hebat seperti itu." Ucapnya.Takeshi teringat masa masa dia di Dojo bersama guru gurunya, "Ya, aku diberkati oleh guru yang hebat." Balasnya.Namun, ketenangan itu tidak bertahan lama. Haruto, seorang panglima dari klan Nishimoto yang baru saja bergabung dengan klan Yamaguchi, mendekati mereka dengan langkah yang berat. Waja
Kota Yumeji, yang terletak tidak jauh dari posisi Takeshi saat ini, menyambutnya dengan suasana yang berbeda dari ketenangan sungai tempat ia bermalam. Sesampainya di kota, Takeshi langsung merasakan aura kesedihan dan ketegangan yang menyelimuti udara.Dia mulai berkeliling, mendekati orang-orang di pasar, di jalan-jalan, dan di depan kedai-kedai, menanyakan tentang anak laki-laki yang selamat dari tragedi yang menimpa klan Fujikawa. “Maaf, saya mencari informasi tentang anak yang selamat dari insiden pembunuhan klan Fujikawa. Bisakah Anda memberitahu saya di mana saya bisa menemukannya?” tanya Takeshi dengan sopan kepada seorang pedagang buah.Pedagang itu menghentikan aktivitasnya sejenak, matanya menunjukkan rasa simpati. “Oh, anak malang itu. Dia dirawat di Yakubyou kota, di sayap utara. Tapi, dia belum sadar sejak dibawa ke sana,” jawab pedagang itu dengan nada rendah. Yakubyou adalah semacam rumah sakit pada zaman dulu di jepang.Takeshi mengucapkan terima kasih dan melanjutkan