Wira tidak menyangka Taufik akan bertanya seperti ini. Namun, Wira sama sekali tidak peduli dan langsung menyahut, "Hanya demi ketenangan.""Ketenangan?" tanya Taufik. Dia tertegun sejenak dan menatap Wira lekat-lekat. Menurutnya, Wira tidak mungkin melakukan semua ini hanya demi ketenangan.Taufik menggeleng dan melanjutkan ucapannya, "Wira, aku memang nggak tahu pemikiranmu yang sebenarnya, tapi aku yakin kamu melakukannya bukan untuk ketenangan."Wira terdiam. Dia sudah mengatakannya, kenapa Taufik masih tidak memercayainya? Kemudian, Wira berujar, "Apa maksudmu? Apa kamu nggak percaya denganku?"Setelah Wira selesai bicara, Taufik langsung mengangguk dan menjelaskan, "Tentu saja, apa benar kamu melakukannya hanya demi ketenangan? Meskipun kita baru bertemu hari ini, aku memahamimu. Kamu bukan mengharapkan ketenangan dari orang lain, tapi dari dirimu sendiri."Taufik melanjutkan, "Sejak kamu datang ke Kerajaan Monoma, aku tahu kamu punya ambisi. Sekalipun sekarang kamu nggak berpiki
Wira langsung menyahut, "Oke, aku akan mendengarnya." Taufik pun menuturkan, "Kalau begitu, aku akan langsung berterus terang. Kita bahas Kerajaan Shoka dulu, kerajaan itu terus berperang dan kondisinya sangat menyedihkan, jadi mereka nggak akan bisa berkembang dalam waktu 10 tahun. Tapi, muncul seorang raja di Kerajaan Shoka, mungkin suatu hari dia bisa memimpin Kerajaan Shoka. Hanya saja, aku nggak terlalu mengkhawatirkannya."Taufik melanjutkan, "Mungkin kamu merasa orang yang sombong pasti akan kalah, tapi Kerajaan Shoka pasti akan terpuruk. Jadi, mereka bukan ancaman besar."Wira sangat setuju dengan ucapan Taufik. Awalnya, Kerajaan Shoka merupakan tempat para budak berkumpul. Setelah para budak dikirim ke tempat itu, lama-kelamaan Kerajaan Shoka pun terbentuk. Namun, sebenarnya Kerajaan Shoka tidak mempunyai tata pemerintahan dan sistem yang sempurna.Ditambah lagi, Kerajaan Shoka merupakan daerah bersalju. Mereka memang tidak mampu merebut kekuasaan negara lain.Sesudah membaha
Wira menghela napas dan tidak berbicara, tetapi dia mendengarkan penuturan Taufik dengan serius.Kemudian, Taufik lanjut berbicara, "Selanjutnya, kita bahas tentang Raja Bakir." Ekspresi Taufik tampak sinis saat mengungkit Raja Bakir.Taufik menjelaskan, "Raja Bakir memang nggak cukup bijak, pemikirannya terlalu picik dan dia juga egois. Meskipun Raja Bakir tahu batasannya dalam memerintah negara dan sekarang Kerajaan Nuala masih bisa berkembang dengan stabil, perkembangannya terlalu lambat. Dia nggak berani membuat gebrakan dan banyak orang yang mengincar kekuasaannya. Jadi, aku paling meremehkan Raja Bakir."Wira juga sependapat dengan Taufik. Raja Bakir memang merupakan seorang penguasa, tetapi dia kurang bijaksana. Kalau dia hanya seorang pangeran, itu tidak masalah. Namun, kemampuan Raja Bakir tidak cukup untuk memimpin Kerajaan Nuala yang begitu besar.Itulah sebabnya, Keluarga Barus dan Juwanto berniat untuk merebut kekuasaan Raja Bakir. Taufik melanjutkan pembahasannya lagi, "A
Taufik melanjutkan, "Pada saat-saat genting seperti ini, Raja Bakir malah sakit. Wira, kamu begitu pintar, sepertinya aku nggak perlu bicara panjang lebar lagi."Wira mengernyit setelah mendengar ucapan Taufik. Apakah akan terjadi kekacauan di Kerajaan Nuala? Wira datang ke Kerajaan Monoma untuk mengajak berdamai supaya situasi bisa menjadi tenang. Namun, kondisi saat ini benar-benar di luar dugaan Wira.Raja Bakir jatuh sakit lagi, takutnya ini bukan perbuatan Keluarga Barus. Ditambah lagi, para pejabat mulai membahas masalah penetapan putra mahkota. Jadi, ini pasti perbuatan Keluarga Juwanto. Mereka berniat membalas siasat Keluarga Barus!Bukankah Keluarga Barus berencana untuk menyelesaikan masalah pada sumbernya dengan membuat Raja Bakir sakit? Jadi, Keluarga Juwanto juga meniru cara Keluarga Barus. Asalkan Raja Bakir jatuh sakit, posisi putra mahkota akan ditetapkan. Selain itu, jika Keluarga Juwanto dan Barus bergantian melancarkan trik seperti ini, Raja Bakir pasti tidak akan be
Wira tertegun setelah mendengar perkataan Taufik. Memang benar, semua itu adalah tindakannya. Jadi, apa dia juga termasuk ... pahlawan?Taufik berujar, "Aku tahu siapa Raja Tanuwi, dia pernah bertarung dengan Dirga. Setelah beberapa tahun, Dirga bahkan nggak mampu membunuh Raja Tanuwi, tapi Raja Tanuwi malah mati di tanganmu. Sewaktu kabar ini tersebar ke Kerajaan Monoma, nggak ada seorang pun yang memercayainya. Jangankan ayahku, aku sendiri juga nggak percaya.""Selama bertahun-tahun, Raja Tanuwi dan Dirga itu lawan yang setara. Sudah jelas, Raja Tanuwi punya kemampuan yang hebat. Tapi, dia malah mati di tanganmu. Hal ini benar-benar di luar dugaan," lanjut Taufik.Taufik masih saja merasa kaget saat memikirkan kejadian ini. Dia meneruskan perkataannya, "Setelah itu, aku memang mendengar bahwa pemerintah Kerajaan Nuala menolak untuk mempekerjakanmu selamanya. Ayahku bilang, kabar ini pasti benar, tapi saat itu aku tetap nggak percaya."Taufik berucap lagi, "Bagiku, Dirga itu seperti
Wira menjadi gugup. Dia memang telah mengabaikan poin ini!Taufik berkata, "Kamu mungkin menginginkan kehidupan yang damai, tapi ... berapa banyak orang yang bakal percaya, berapa banyak orang yang bisa sepenuhnya yakin? Saat mereka nggak memiliki kekuatan absolut, mereka mungkin nggak peduli. Tapi, kalau mereka memiliki kekuatan itu, apa menurutmu mereka akan membiarkanmu begitu saja?""Kamu pernah bilang nggak akan ikut memperebutkan kekuasaan dan hanya ingin hidup bebas dan damai di tempatmu sendiri. Aku nggak tahu soal orang lain, tapi aku nggak percaya. Selain itu, aku akan memperingatkanmu satu hal. Wira, kalau suatu hari aku bisa menaklukkan Kerajaan Nuala, orang pertama yang akan kubunuh adalah kamu!" tambah Taufik sambil memandang Wira.Taufik tidak menyembunyikan rencananya, memang itulah yang dia pikirkan soal Wira. Dia tidak akan membiarkan orang sepintar itu menikmati hidup dengan nyaman. Wira membuatnya takut, jadi sumber ketakutannya itu harus dibasmi! Seseorang yang ber
Saat ini, Taufik telah benar-benar menganggap Wira sebagai saingan, lawan yang harus dihadapinya di masa depan.Hal-hal ini tidak pernah terlintas di benak Wira sebelumnya. Namun, setelah mendengar perkataan Taufik, dia merasa harus memikirkannya baik-baik. Tampaknya, kekacauan akan segera terjadi. Keluarga Barus mungkin tidak akan bertindak sekarang, tetapi Keluarga Juwanto tidak akan menunggu!"Biarpun kita mengobrol dengan santai kali ini, kamu tetap harus berhati-hati. Bagaimanapun, pengaruh Keluarga Juwanto masih ada di Kerajaan Monoma. Kalau kamu mati di sini, aku juga nggak berdaya. Tapi, kamu nggak perlu khawatir. Kerajaan Monoma dan Kerajaan Nuala nggak akan berperang!" ujar Taufik sambil tersenyum.Saat ini, fokus Keluarga Juwanto mungkin tidak lagi pada Kerajaan Monoma. Yang harus mereka hadapi adalah Keluarga Barus!Pada saat yang sama, Raja Bakir sedang duduk di ruang kerjanya di ibu kota Kerajaan Nuala. Wajahnya pucat, tubuhnya terasa lemah, dan ekspresinya tampak sangat
Menetapkan posisi putra mahkota bukanlah masalah sepele. Raja Bakir perlu menemukan seorang pangeran yang cocok menjadi pewarisnya. Jadi, dia tidak ingin terburu-buru. Lagi pula, para pangeran belum dewasa. Saat mereka telah berusia 15 atau 16 tahun, Raja baru akan menetapkan posisi putra mahkota. Hal ini pun telah disetujui oleh para menteri.Namun, hanya karena Raja Bakir jatuh sakit, mereka terburu-buru memintanya menetapkan putra mahkota. Dia bahkan tidak menderita penyakit mematikan! Sebenarnya siapa gerangan yang mulai membahas hal ini?Raja Bakir menarik napas dalam-dalam. Setelah beberapa lama, dia baru berkata, "Karena semua orang ingin aku menetapkan posisi putra mahkota, bantu aku tanya pada para menteri, siapa kandidat terbaik di mata mereka!"Mendengar ini, Ardi buru-buru menjawab, "Yang Mulia, pendapat sebagian besar orang tentang posisi putra mahkota terbagi menjadi dua kubu. Yang pertama adalah orang-orang yang menghormati Ratu sebagai ibu negara. Setelah Ratu melahirka
Dalam satu bulan terakhir, banyak hal telah terjadi.Osman secara sukarela menyerahkan segel kerajaan kepada Wira, sekaligus menyerahkan kendali atas Kerajaan Nuala. Dengan jatuhnya Kerajaan Nuala ke tangan Wira, negeri ini akhirnya benar-benar bersatu dan Wira menjadi kaisar di dunia!Hari itu menjadi hari perayaan bagi seluruh negeri! Kota utama di Provinsi Yonggu pun ditetapkan sebagai ibu kota baru.Sementara itu untuk suku utara, Wira menunjuk seseorang untuk mengambil alih kepemimpinan. Wilayah Kerajaan Agrel tetap damai karena Ararya dan Kresna menjalankan tugas mereka dengan baik.....Meskipun Wira telah menjadi kaisar, dia tetap memilih untuk tidak terlibat langsung dalam urusan pemerintahan, menyerahkan segala urusan istana kepada orang-orang kepercayaannya.Osmaro dan para menteri lainnya tetap sibuk mengatur negeri. Sedangkan Danu, Doddy, Nafis, dan lainnya kini menjadi jenderal besar yang menjaga berbagai wilayah, bahkan Agha juga mendapatkan posisi yang sama.Di sisi lai
"Itu bukan urusanmu." Nafis menatap Baris dengan dingin. "Penggal kepalanya dan bawa pulang untuk kaisar kita!"Begitu perintah itu dilontarkan, Agha langsung bergerak.Baris bahkan tidak sempat memberikan perlawanan. Dalam sekejap, tubuhnya sudah tergeletak di atas genangan darah. Dengan demikian, suku utara sepenuhnya jatuh ke tangan Wira.Pasukan yang dipimpin oleh Nafis pun tetap tinggal untuk memastikan tidak ada lagi pergerakan dari suku utara......Tiga hari berlalu, Wira dan Trenggi memimpin pasukan mereka hingga berhasil mengepung Senia di depan gerbang suku utara.Namun, gerbang itu sudah tertutup rapat. Yang berjaga tidak lain adalah Ararya serta Kresna. Saat melihat pemandangan ini, Senia langsung menyadari bahwa Wira sudah lama menjalin kerja sama dengan Ararya dan Kresna, bahkan telah menyiapkan jebakan besar untuknya!Di medan pertempuran, Senia menoleh ke pasukannya yang tersisa. Dulu, dia begitu berambisi dan berani. Kini, hanya kelelahan dan kekalahan yang tersisa di
"Ini adalah kesempatan terakhir kita!"Semua orang berpandangan, lalu mengangguk serempak.Begitu suara terompet serangan terdengar, Senia segera memimpin pasukannya maju, siap untuk merebut kota dengan paksa!Namun, tepat pada saat itu, terdengar seruan pertempuran dari belakang. Dalam sekejap, barisan belakang menjadi kacau balau!"Apa yang terjadi?" Senia segera menerima laporan dan menghentikan serangan."Wira tiba-tiba menyerang dari belakang! Karena nggak ada pertahanan di belakang sana, kita mengalami kerugian besar!""Selain itu, Wira dan pasukannya datang dengan persiapan matang. Kita harus mundur! Kalau kita terus bertahan di sini, seluruh pasukan bisa hancur!"Kini, mereka berada di posisi yang sangat tidak menguntungkan. Di depan ada pasukan Kerajaan Nuala, sementara di belakang ada Wira dan pasukannya.Situasi telah berbalik. Jika mereka tetap di sini, akhir mereka sudah bisa diprediksi.Senia menggertakkan giginya. Dengan wajah penuh amarah, dia berkata, "Sial! Kita terla
Para jenderal mengangguk setuju. Memang benar Kerajaan Agrel sangat luas. Jika pasukan Wira masuk, mereka akan menghadapi banyak kendala. Dengan demikian, mereka bisa bertempur melawan Wira di wilayah mereka sendiri.Meskipun rakyat sembilan provinsi sangat mendukung Wira, hal itu tidak berlaku bagi penduduk Kerajaan Agrel. Bagi mereka, Wira adalah ancaman.Jika Senia berhasil menyatukan sembilan provinsi, penduduk Kerajaan Agrel juga bisa masuk dan hidup di sana, menikmati kehidupan yang jauh lebih baik daripada sekarang.Namun, semua itu dihalangi oleh Wira. Setidaknya, begitulah cara mereka melihatnya.Jadi, jika Wira masuk ke Kerajaan Agrel untuk bertempur, hasil akhirnya sudah bisa diprediksi. Para rakyat kemungkinan besar akan membantu Senia tanpa syarat. Pada saat itu, bagaimana mungkin Wira bisa membalikkan situasi?Bahkan, ada kemungkinan besar dia akan kehilangan seluruh pasukannya!Menyadari hal ini, para prajurit semakin bersemangat. Salah satu dari mereka berkata, "Jangan
Seorang jenderal berbicara demikian. Wajahnya masih dipenuhi bercak darah. Itu adalah darah musuh.Mereka telah bertempur selama tiga hari tiga malam, tetapi belum juga melihat secercah harapan. Bantuan pun tak kunjung tiba.Jika terus bertahan di sini tanpa solusi, hasil akhirnya sudah bisa ditebak. Kota ini akan jatuh dan semua orang akan terbunuh!"Bagaimana kalau Yang Mulia membawa pasukan keluar melalui gerbang utara? Di belakang sana ada pegunungan dengan pertahanan yang paling lemah. Kalau kita kirim pasukan untuk membuka jalan, kita bisa memastikan Yang Mulia dapat melarikan diri dengan selamat!" usul salah satu prajurit.Situasi mereka memang sudah sangat kritis. Jika tidak segera mengambil keputusan, tak ada yang bisa menebak bagaimana akhirnya. Mereka semua sangat khawatir.Terlebih lagi, Osman berada di tengah-tengah mereka. Jika sang raja tewas di sini, mereka benar-benar kehilangan kesempatan terakhir untuk membalikkan keadaan.Bahkan, mungkin tak akan ada lagi orang yang
"Tenang saja, aku sudah mempersiapkan semuanya dengan matang. Sekalipun Senia memiliki kekuatan yang luar biasa, kali ini dia nggak akan bisa lolos!"Senyuman penuh percaya diri muncul di wajah Wira. Di Kerajaan Agrel, masih ada kartu truf terakhirnya, yaitu Ararya dan Kresna. Sebelum berangkat, dia telah menghubungi mereka berdua. Kemungkinan besar, mereka sudah mulai menguasai berbagai wilayah di Kerajaan Agrel saat ini.Mereka masing-masing memiliki puluhan ribu pasukan, sedangkan Senia membawa hampir semua pasukannya ke medan perang. Ini adalah kesempatan emas bagi Ararya dan Kresna.Jika Wira berhasil menekan Senia dari depan, sementara mereka berdua menguasai wilayah di belakangnya, tidak peduli seberapa hebat Senia, dia tidak mungkin bisa melarikan diri dari kehancuran.Oleh karena itu, Wira yakin hanya dengan 300.000 pasukan, dia dapat menaklukkan Senia dengan mudah. Ini bukanlah tindakan gegabah!Wira tidak pernah mengambil langkah yang tidak pasti. Jika tidak memiliki persiap
"Karena nggak ada urusan lain lagi, kalian semua boleh pergi istirahat." Setelah memberi perintah, Wira melambaikan tangannya kepada para pejabat, lalu berbalik menuju bagian dalam istana.Para pejabat pun segera meninggalkan ruangan.Namun, saat baru sampai di depan pintu, Wira tiba-tiba berhenti. Tatapannya tertuju pada Nafis, lalu mengaitkan jarinya. "Aku ingin membahas sesuatu secara pribadi denganmu. Ikut aku."Nafis segera mengangguk dan mengikuti Wira menuju taman istana. Di taman itu, hanya ada beberapa dayang dan kasim yang melayani Wira. Selain itu, masih ada Nafis, Agha, dan Lucy.Sementara itu, Danu dan Doddy sedang mengurus para prajurit. Meskipun tidak mengalami pertempuran besar, perjalanan jauh tetap melelahkan.Mereka perlu beristirahat sebelum menempuh perjalanan panjang untuk ekspedisi ke Kerajaan Agrel. Mereka harus memulihkan semangat juang untuk memastikan semuanya aman.Wira bukan hanya ingin memenangkan perang, tetapi juga ingin meminimalisir korban di pihaknya.
"Kita masuk."Dengan satu perintah dari Wira, seluruh pasukannya bergerak menuju ibu kota Kerajaan Beluana.Dalam sekejap, Wira dan rombongannya telah memasuki kota. Sepanjang jalan, rakyat bersorak tanpa henti. Dari reaksi mereka, bisa dilihat betapa besar pengaruh Wira di hati rakyat.Di dalam istana.Di aula utama, Nafis telah mengirim orang-orangnya untuk sepenuhnya menguasai istana. Pasukan penjaga lama telah digantikan, jadi kini tempat ini sepenuhnya berada di bawah kendali Wira.Namun, satu hal yang mengejutkan Wira adalah betapa megahnya istana Kerajaan Beluana. Ciputra benar-benar tahu bagaimana menikmati kemewahan.Di aula, banyak orang sedang berlutut. Mereka adalah para pejabat yang dulunya melayani Ciputra. Begitu mendengar Wira telah memasuki kota, mereka segera datang dengan harapan untuk menyelamatkan diri.Wira memandang mereka sekilas, lalu berkata dengan tenang, "Semuanya, silakan berdiri."Para pejabat itu segera bangkit."Saudara sekalian, meskipun Kerajaan Beluan
Saat ini, Wira duduk di atas kudanya, di depan gerbang timur ibu kota. Di hadapannya adalah Danu dan yang lainnya."Kak, sekarang kita sudah sampai di sini, kenapa masih berhenti? Aku baru saja mendengar dari Nona Lucy tentang keadaan di pihak Osman. Kabarnya, Osman sudah hampir nggak bisa bertahan lagi.""Dalam beberapa hari ke depan, kemungkinan kota itu akan jatuh ke tangan Senia. Kalau saat itu tiba dan kita baru bergerak menuju Kerajaan Nuala, Osman mungkin sudah tewas ...."Rakyat Kerajaan Nuala berjuang mati-matian untuk mempertahankan kota mereka. Ditambah lagi, para prajurit dari Kerajaan Agrel sangat kejam. Jika mereka berhasil menerobos kota, pasti akan terjadi pembantaian dan yang menderita adalah rakyat.Osman adalah sekutu mereka. Danu sejak lama sudah menganggapnya sebagai bagian dari kelompok mereka sendiri. Bagaimanapun, setelah Wira berhasil menumbangkan Ciputra, tidak akan ada yang mampu menandinginya lagi. Penyatuan seluruh negeri hanyalah masalah waktu.Lucy juga m