Menetapkan posisi putra mahkota bukanlah masalah sepele. Raja Bakir perlu menemukan seorang pangeran yang cocok menjadi pewarisnya. Jadi, dia tidak ingin terburu-buru. Lagi pula, para pangeran belum dewasa. Saat mereka telah berusia 15 atau 16 tahun, Raja baru akan menetapkan posisi putra mahkota. Hal ini pun telah disetujui oleh para menteri.Namun, hanya karena Raja Bakir jatuh sakit, mereka terburu-buru memintanya menetapkan putra mahkota. Dia bahkan tidak menderita penyakit mematikan! Sebenarnya siapa gerangan yang mulai membahas hal ini?Raja Bakir menarik napas dalam-dalam. Setelah beberapa lama, dia baru berkata, "Karena semua orang ingin aku menetapkan posisi putra mahkota, bantu aku tanya pada para menteri, siapa kandidat terbaik di mata mereka!"Mendengar ini, Ardi buru-buru menjawab, "Yang Mulia, pendapat sebagian besar orang tentang posisi putra mahkota terbagi menjadi dua kubu. Yang pertama adalah orang-orang yang menghormati Ratu sebagai ibu negara. Setelah Ratu melahirka
Mendengar Raja Bakir melontarkan pertanyaan ini, Jihan langsung tersentak kaget. Apa maksud Raja menanyakan hal ini padanya?Jihan langsung pucat dan segera berlutut seraya berkata, "Yang Mulia ... kenapa kamu menanyakan hal itu padaku? Yang bisa memutuskan hal itu tentu saja hanya Yang Mulia! Mana bisa aku yang hanya seorang wanita bisa ikut campur?"Jihan tahu Raja Bakir curiga padanya. Jika tidak, tidak mungkin dia menanyakan hal seperti itu padanya. Sejujurnya, Jihan juga tahu asalan Raja mencurigainya. Saat ini, kebanyakan menteri mendukung putranya dan Yahya sebagai putra mahkota. Jadi, Raja Bakir pasti datang untuk menyelidikinya. Namun, Jihan memang tidak pernah ikut campur dalam urusan pemerintahan!Mendengar jawaban Jihan, Raja Bakir langsung mendengus dan berkata, "Benarkah? Ratu juga ahli dalam urusan pemerintahan. Konyol rasanya kalau mengatakan kamu nggak punya pendapat. Jujurlah, aku akan mendengarkan pendapatmu tentang siapa yang lebih cocok untuk posisi putra mahkota!"
Jihan tahu bahwa Raja Bakir tengah memintanya untuk memperingatkan Keluarga Barus. Namun, dia justru mengerjap dan bertanya, "Yang Mulia, bolehkah aku mengatakan satu hal?"Raja Bakir tertegun sejenak, tetapi dia segera mengangguk dan menyahut, "Katakan saja."Jihan berujar, "Yang Mulia, aku mengenal kelima pangeran. Selain Pangeran Kelima yang baru lahir dan belum bisa dinilai karakternya, keempat pangeran lainnya sangat cerdas. Di antara mereka, Pangeran Yahya bahkan bisa disebut genius yang langka.""Bukankah Yang Mulia selalu melatih Pangeran Yahya menjadi putra mahkota? Karena para menteri ingin Yang Mulia menetapkan putra mahkota, bagaimana kalau Yang Mulia menggunakan kesempatan ini untuk menobatkan Pangeran Yahya?" lanjut Jihan.Dari kata-katanya, Jihan terdengar sangat mendukung Yahya. Namun, nyatanya dia juga mengenal karakter Raja Bakir dengan baik. Raja Bakir tidak pernah suka mendengar pendapat orang lain. Pria itu sangat keras kepala. Jika ada yang mendesaknya melakukan s
Raja Bakir menurunkan kewaspadaannya setelah mendengar kata-kata Jihan. Tentu saja, itu hanya berlaku untuk Jihan. Dia tetap akan waspada terhadap Keluarga Barus. Namun, sepertinya Keluarga Barus memang tidak berbuat apa-apa. Setidaknya, sampai saat ini Keluarga Barus masih menjaga sikap mereka. Sebaliknya, Raja Bakir sangat mengkhawatirkan Keluarga Juwanto."Terima kasih atas pendapatmu," ujar Raja Bakir sambil tersenyum.Jihan membalas senyumnya dan berkata, "Yang Mulia, aku hanya seorang wanita, Yang Mulia adalah pemimpinku. Selama Yang Mulia baik-baik saja, aku nggak peduli tentang hal-hal lainnya. Terlebih lagi, aku tahu kalau anak cucuku akan mendapat berkah mereka masing-masing. Orang yang menempati tampuk kekuasaan ditentukan oleh langit, aku mana sanggup ikut campur."Kata-kata Jihan membuat suasana hati Raja Bakir menjadi jauh lebih baik. Setelah meninggalkan Istana Nairi, Raja pergi ke tempat Alina. Akhir-akhir ini, dia sangat kesal dengan omongan orang-orang yang menyatakan
Alina bertanya dengan nada terkejut, "Kak, kamu mau menyuruhku ... melakukan sesuatu pada Yang Mulia ...? Apa ini nggak terlalu cepat?"Alina mengira dengan membuat kesehatan Raja Bakir perlahan memburuk, putranya akan memiliki kesempatan untuk menjadi putra mahkota. Begitu Yahya menjadi putra mahkota, segalanya akan berakhir. Siapa sangka, ternyata Kumar tak sabar menunggu selama itu!Kumar juga tahu bahwa bertindak sekarang memang sedikit terburu-buru. Namun, dia tidak bisa menunggu lebih lama lagi. Jika terus menunggu seperti ini, bisa saja terjadi perubahan situasi. Sekarang, Raja Bakir sudah curiga terhadap empat keluarga besar. Jika mereka tidak segera mengambil tindakan, Raja Bakir mungkin akan pelan-pelan melemahkan pengaruh mereka.Bagaimanapun, Raja Bakir memberi mereka fasilitas demi keuntungannya sendiri. Sekarang, setelah pengaruh mereka terus meningkat, dia pasti ingin menekan mereka kembali. Mumpung Raja Bakir sedang sakit, sekarang adalah waktu terbaik untuk mengambil t
Wira tidak sedang menyanjung Taufik, dia benar-benar berpikir demikian. Dia mengetahui kemampuan Taufik dengan baik. Pria itu sangat berbakat dan memiliki jiwa kepemimpinan yang sangat kuat. Dengan pemimpin seperti itu, Kerajaan Monoma pasti baik-baik saja. Taufik bahkan bisa disebut saingan Wira.Jika dibandingkan, Taufik juga lebih sulit untuk dihadapi daripada Senia. Sebab, Taufik adalah pria kuat yang hanya menunjukkan kelembutannya pada Kerajaan Monoma. Sebaliknya, dia sangat kejam terhadap orang luar. Baik itu pada Keluarga Juwanto ataupun Wira.Tempo hari, Taufik juga telah memperingatkan Wira. Cepat atau lambat, mereka berdua akan berhadapan. Jika Taufik mampu menguasai dunia, dia tidak akan melepaskan Wira!Riska tersenyum. Dia tahu betul tentang kemampuan kakaknya, tetapi kekacauan di dunia tetap membuatnya sangat khawatir. Riska bukan orang yang haus darah, dia juga tidak menyukai konflik. Jadi, dia juga tidak berdaya dalam hal semacam ini."Kakakku bilang dia ingin bertemu
Ketika pergi ke Kerajaan Monoma, Wira menempuh perjalanan selama satu hari. Saat kembali, dia tentu membutuhkan waktu satu hari juga. Setelah matahari terbenam, Wira akhirnya telah memasuki kota.Saat Wira kembali ke penginapan, ketiga istrinya langsung menangis terharu begitu melihatnya. Meskipun hanya tiga hari, mereka sangatlah khawatir. Melihat situasi ini, dia tak kuasa bertanya sambil tersenyum, "Hahaha. Aku sudah berjanji bahwa kali ini aku akan kembali dengan cepat. Kenapa kalian masih khawatir?"Namun, Wulan malah tak kuasa berkata, "Aku ... aku nggak khawatir. Hanya Dian dan Dewina yang mengkhawatirkanmu. Mereka berdua nggak bisa tidur dengan tenang selama tiga hari ini."Setelah mendengar perkataan Wulan, Dian dan Dewina tentu tidak terima. Dian berkata dengan nada dingin, "Hmph, entah siapa yang nggak mau makan dan minum selama tiga hari ini, bahkan selalu berdiri di depan pintu.""Benar! Bisa-bisanya hanya meledek kita. Tuan Wira, Kak Wulan adalah orang yang paling mengkha
Setelah mendengar perkataan itu, Wira baru memahaminya. Ternyata isolasi suara pada zaman ini sangat buruk. Aksinya semalam memang lumayan berisik."Hahaha ...." Wira sontak tertawa.Pada saat ini, Wulan juga sudah bangun. Ketika melihat kedua wanita itu, dia pun merasa tidak enak. Pagi ini, suasana ketika mereka menyantap sarapan terasa agak canggung.Setelah sarapan, Wira langsung pergi ke Provinsi Suntra. Tokonya sudah diatur dengan baik. Pada saat yang sama, setelah tekanan dari Keluarga Juwanto berkurang, baik gula kristal maupun gelas kristal, kini sangat disukai oleh banyak pedagang.Hanya saja, untuk membangun jalur perdagangan yang sebenarnya masih agak sulit. Yang paling dikhawatirkan oleh Wira adalah bandit di sepanjang perjalanan.Sembari berpikir demikian, Wira pun menarik napas dalam-dalam dan memanggil Danu, lalu memerintahkan, "Danu, coba cari tahu, kalau para bandit dan perampok dalam Provinsi Suntra ingin membuka jalur perdagangan, kita tentu harus bekerja sama dengan
"Jaran sudah bertemu dengan kami. Tapi, sekarang dia bukan hanya nggak muncul di hadapanmu, dia juga nggak ada di sampingku. Jadi, kamu rasa dia pasti ada di mana sekarang?" kata Wira sambil terus memikirkan langkah selanjutnya karena dia tidak bisa terus terjebak di sana.Jumlah di pihak lawannya begitu banyak, Wira merasa dia pasti akan rugi jika bertarung dengan mereka di sana. Ditambah dengan banyaknya orang di sekitarnya, satu-satunya caranya untuk keluar dari sana adalah menggunakan taktik melarikan diri.Pada saat itu, pandangan Wira pun tertuju pada Wendi. Saat mereka dikepung Saka sebelumnya, Wendi mengeluarkan dua tabung bambu dari sakunya. Setelah menyebarkan isi tabungnya, bahkan orang-orang yang berdiri jauh dari mereka pun merasa matanya sakit. Sementara itu, orang yang berdiri lebih dekat dengan mereka, kebanyakan yang langsung kehilangan nyawanya.Jika bukan karena begitu, Wira juga tidak akan membiarkan Wendi ikut bersamanya. Wanita ini jauh lebih mengerikan dari yang
Wira dan lainnya berhasil segera melintasi Provinsi Tengah tanpa menarik perhatian siapa pun karena Wira memiliki peta. Namun, dia melihat beberapa pengumuman tentang mereka di luar tembok kota. Sepertinya, Saka merasa tidak cukup hanya dengan membakar gunung, sekarang Saka juga mengatur penjagaan di sana dan membuat banyak pengumuman. Sungguh menyebalkan.Wira mengepalkan tinjunya, tetapi dia juga hanya bisa menahan amarahnya. Jika sekarang bahkan dia pun tidak bisa tenang, bagaimana dengan yang lainnya? Dia tidak ingin melihat mereka ikut menderita karena tindakannya. Jika dia membuat keputusan yang salah, orang-orang di sekitarnya akan kehilangan nyawa mereka dan ini bukan transaksi yang menguntungkan.Saat hampir tiba di pintu masuk gurun, Wira dan yang lainnya juga merasa lega. Jika sudah sampai di sini, mereka sudah hampir aman. Selama mereka bisa melewati gurun putih di hadapan mereka, berarti mereka sudah berhasil.Saat Wira hendak memimpin yang lainnya untuk memasuki gurun, di
Selama bertahun-tahun ini, Agha juga selalu mengikuti Wira berperang dari selatan ke utara dan sudah mengalami banyak hal. Namun, ini pertama kalinya dia merasa begitu menyedihkan. Saat ini, dia merasa sangat kesal karena harus terjebak di sini, sehingga dia tidak akan melepaskan Saka ini. Meskipun harus mengorbankan banyak hal, dia juga harus membalas tindakan Saka.Wira memelototi Agha dan berkata dengan kesal, "Omong kosong. Kita nggak boleh gegabah, kamu sudah bosan hidup ya? Selama kita muncul di Provinsi Tengah yang dikuasai Saka ini, orang-orangnya pasti akan menyadari keberadaan kita. Aku tahu suasana hati kalian buruk karena sekarang kita terjebak di sini, tapi kita juga nggak boleh terlalu gegabah. Kalau nggak, kita akan sulit keluar dari sini."Mendengar perkataan Wira, Agha akhirnya terdiam."Jadi, apa yang harus kita lakukan sekarang?" tanya Fikri.Wira menatap api yang masih memenuhi langit dan perlahan-lahan berkata dengan nada dingin, "Aku lihat apinya sudah perlahan-la
"Berikan aku waktu dua hari untuk memikirkannya dengan baik dulu," kata Caraka yang tidak menolak kebaikan Saka. Namun, dia juga tidak langsung menyetujuinya, setidaknya ini bisa menjadi jalan lain untuknya. Jika dia bisa bertemu dengan Jaran lagi dalam dua hari ini, dia tentu saja tidak akan memilih untuk tetap tinggal di wilayah barat. Tidak ada yang ingin meninggalkan kampung halamannya.Namun, jika benar-benar terjadi sesuatu dengan Jaran, Caraka tentu tidak akan berani kembali ke wilayah tandus di utara lagi. Pada saat itu, Senia pasti akan menginginkan nyawanya. Lebih baik dia mengikuti Saka, setidaknya bisa menyelamatkan nyawanya dan hidup dengan tenang."Baiklah. Kamu memang cukup berbakat dan aku ini sangat toleran pada orang-orang yang berbakat, jadi aku akan memberimu waktu untuk berpikir. Aku tahu kamu ini orang pintar, pasti bisa membuat keputusan yang tepat," kata Saka sambil tersenyum puas dan menepuk bahu Caraka.Namun, Caraka tidak mengatakan apa-apa.....Satu jam kem
Saka merasa ini adalah penipuan dan dia tidak bisa menerimanya."Nggak mungkin, pasti ada yang salah di sini. Apa mungkin temanku itu sudah dikalahkan Wira dan kelompoknya dan mereka membawanya pergi? Mereka pasti sedang bersembunyi di suatu tempat. Asalkan kita terus memeriksa tempat ini, kita pasti bisa menemukan jejak Wira," kata Caraka dengan tegas.Saat ini, hanya ini satu-satunya cara yang terpikirkan oleh Caraka. Meskipun cara ini belum tentu berhasil, setidaknya ini satu-satunya cara yang ada.Setelah ragu sejenak, Saka bertanya, "Bagaimana kalau kita tetap nggak menemukan jejak mereka?""Mudah saja, aku serahkan nyawaku padamu," kata Caraka dengan tegas. Lagi pula, jika dia tidak bisa membawa Jaran kembali Kerajaan Agrel dengan selamat, dia juga tidak akan bertahan hidup lagi. Lebih baik dia pasrah saja.Saka tertawa dingin dan berkata, "Aku sama sekali nggak tertarik dengan nyawamu, tapi aku punya ide bagus. Melihat kamu begitu teguh, ini membuktikan Wira dan kelompoknya bena
Caraka khawatir dengan keselamatan Jaran segera berkata, "Kenapa begitu? Temanku masih ...."Namun, sebelum Caraka selesai berbicara, Saka langsung berkata, "Apa hubungannya denganku? Aku harus memastikan semuanya berjalan dengan lancar. Kamu harus ingat kini kita sedang menghadapi musuh yang sama, jadi rencana kita harus selaras. Kalau kamu merasa ada masalah dengan rencanaku, kamu boleh langsung keluar sekarang juga. Aku juga nggak kekurangan orang."Sikap Saka terlihat sangat tegas. Sebagai penguasa Provinsi Tengah, dia tidak akan membiarkan Caraka memerintahnya. Caraka ini hanya orang yang memberikan informasi saja, sama sekali tidak berarti apa-apa baginya. Dia hanya menganggap sebagai sebuah bidak saja.Caraka terbatuk-batuk, lalu perlahan-lahan berkata, "Baiklah. Kita jalankan semuanya sesuai dengan rencana Jenderal saja, aku nggak akan mengatur lagi ...."Saat ini, Caraka sudah merasa sangat cemas, tetapi dia juga hanya bisa berharap Jaran tidak berada dalam bahaya. Jika benar-
Setelah mendengar penjelasan Fikri, Agha baru mengubah pemikirannya."Kalau Tuan Wira juga merasa cara ini bisa dicoba, aku akan turun untuk melihat situasinya dulu," kata Fikri. Orang-orang dari Lembah Duka memiliki kemampuan mereka masing-masing, jauh lebih kuat daripada musuh-musuh Wira. Oleh karena itu, hanya dia saja yang bisa menjalankan tugas penting ini.Wira menganggukkan kepala, lalu mendekati Fikri dan berkata sambil menepuk pundak Fikri, "Kamu harus hati-hati, kami akan menunggu kabarmu di sini."Fikri menganggukkan kepala, lalu segera turun ke kedalaman jurang menggunakan tanaman yang merambat di tebing.Sementara itu, Wira dan yang lainnya terus mengawasi situasi di sekeliling dengan cermat untuk memastikan semuanya tetap aman.....Di kaki gunung.Orang yang memberikan informasi pada Saka adalah Caraka dan saat ini dia sudah berdiri bersama dengan Saka. Sebelum datang ke sini, dia sudah mendiskusikan rencananya dengan Jaran. Sepanjang perjalanan ke sini, mereka mengikuti
Agha merasa jurang itu sangat dalam, siapa pun yang melompat ke dalamnya akan langsung kehilangan nyawanya. Meskipun mereka memiliki kemampuan, mereka juga tidak akan sanggup menahan dampak dari lompatan itu. Hasil akhirnya sudah bisa ditebak.Wira mengernyitkan alis dan berkata dengan nada yang muram, "Tapi, ini cara terakhir kita. Sekarang kita nggak mungkin langsung menerobos begitu saja dan melawan mereka. Kita sudah jelas kalah jumlah dan ditambah lagi ini adalah wilayah barat. Kalau kita bersikeras melawan mereka, pada akhirnya kita yang pasti akan rugi.""Jadi, satu-satunya cara yang paling aman sekarang adalah mencari jalan dari jurang ini. Kita lihat apa kita bisa bersembunyi di sekitar sini untuk sementara. Kalau mereka sudah mencari kita di sini selama beberapa hari dan tetap nggak menemukan kita, aku yakin mereka pasti akan pergi. Meskipun nggak pergi, penjagaan mereka juga akan berkurang. Pada saat itulah, kita baru melarikan diri."Wendi dan Dwija tidak mengatakan apa-apa
Jaran berpikir saat Wira sendiri yang ingin menceritakannya, semua kebenarannya pun akan terungkap.Wira tersenyum dan berkata, "Nggak bisa dibilang seperti ini juga. Aku mencari kalian bukan hanya untuk menghadapi dia, aku sebenarnya punya alasan lain juga. Aku juga ...."Saat mengatakan itu, Wira melirik bungkusan yang berisi abu jenazah di punggung Agha.Saat baru bertemu dengan Wira dan yang lainnya, Fikri kebetulan melihat adegan itu. Dia pun langsung mengerti, ternyata begitu kejadiannya. Sepertinya, Wira adalah orang yang sangat menghargai hubungannya dengan yang lainnya juga hingga rela menempuh perjalanan jauh hanya untuk mencari jasad teman-temannya. Bisa memiliki teman seperti ini termasuk keberuntungan seumur hidup.Saat keduanya sedang berbicara, Dwija tiba-tiba mendekati Wira dan berkata sambil menunjuk ke arah kaki gunung, "Ada orang yang datang."Wira dan yang lainnya segera berjalan ke tepi tebing gunung dan melihat saat ini seluruh gunung sudah dikepung dengan rapat.