Saat ini, Taufik telah benar-benar menganggap Wira sebagai saingan, lawan yang harus dihadapinya di masa depan.Hal-hal ini tidak pernah terlintas di benak Wira sebelumnya. Namun, setelah mendengar perkataan Taufik, dia merasa harus memikirkannya baik-baik. Tampaknya, kekacauan akan segera terjadi. Keluarga Barus mungkin tidak akan bertindak sekarang, tetapi Keluarga Juwanto tidak akan menunggu!"Biarpun kita mengobrol dengan santai kali ini, kamu tetap harus berhati-hati. Bagaimanapun, pengaruh Keluarga Juwanto masih ada di Kerajaan Monoma. Kalau kamu mati di sini, aku juga nggak berdaya. Tapi, kamu nggak perlu khawatir. Kerajaan Monoma dan Kerajaan Nuala nggak akan berperang!" ujar Taufik sambil tersenyum.Saat ini, fokus Keluarga Juwanto mungkin tidak lagi pada Kerajaan Monoma. Yang harus mereka hadapi adalah Keluarga Barus!Pada saat yang sama, Raja Bakir sedang duduk di ruang kerjanya di ibu kota Kerajaan Nuala. Wajahnya pucat, tubuhnya terasa lemah, dan ekspresinya tampak sangat
Menetapkan posisi putra mahkota bukanlah masalah sepele. Raja Bakir perlu menemukan seorang pangeran yang cocok menjadi pewarisnya. Jadi, dia tidak ingin terburu-buru. Lagi pula, para pangeran belum dewasa. Saat mereka telah berusia 15 atau 16 tahun, Raja baru akan menetapkan posisi putra mahkota. Hal ini pun telah disetujui oleh para menteri.Namun, hanya karena Raja Bakir jatuh sakit, mereka terburu-buru memintanya menetapkan putra mahkota. Dia bahkan tidak menderita penyakit mematikan! Sebenarnya siapa gerangan yang mulai membahas hal ini?Raja Bakir menarik napas dalam-dalam. Setelah beberapa lama, dia baru berkata, "Karena semua orang ingin aku menetapkan posisi putra mahkota, bantu aku tanya pada para menteri, siapa kandidat terbaik di mata mereka!"Mendengar ini, Ardi buru-buru menjawab, "Yang Mulia, pendapat sebagian besar orang tentang posisi putra mahkota terbagi menjadi dua kubu. Yang pertama adalah orang-orang yang menghormati Ratu sebagai ibu negara. Setelah Ratu melahirka
Mendengar Raja Bakir melontarkan pertanyaan ini, Jihan langsung tersentak kaget. Apa maksud Raja menanyakan hal ini padanya?Jihan langsung pucat dan segera berlutut seraya berkata, "Yang Mulia ... kenapa kamu menanyakan hal itu padaku? Yang bisa memutuskan hal itu tentu saja hanya Yang Mulia! Mana bisa aku yang hanya seorang wanita bisa ikut campur?"Jihan tahu Raja Bakir curiga padanya. Jika tidak, tidak mungkin dia menanyakan hal seperti itu padanya. Sejujurnya, Jihan juga tahu asalan Raja mencurigainya. Saat ini, kebanyakan menteri mendukung putranya dan Yahya sebagai putra mahkota. Jadi, Raja Bakir pasti datang untuk menyelidikinya. Namun, Jihan memang tidak pernah ikut campur dalam urusan pemerintahan!Mendengar jawaban Jihan, Raja Bakir langsung mendengus dan berkata, "Benarkah? Ratu juga ahli dalam urusan pemerintahan. Konyol rasanya kalau mengatakan kamu nggak punya pendapat. Jujurlah, aku akan mendengarkan pendapatmu tentang siapa yang lebih cocok untuk posisi putra mahkota!"
Jihan tahu bahwa Raja Bakir tengah memintanya untuk memperingatkan Keluarga Barus. Namun, dia justru mengerjap dan bertanya, "Yang Mulia, bolehkah aku mengatakan satu hal?"Raja Bakir tertegun sejenak, tetapi dia segera mengangguk dan menyahut, "Katakan saja."Jihan berujar, "Yang Mulia, aku mengenal kelima pangeran. Selain Pangeran Kelima yang baru lahir dan belum bisa dinilai karakternya, keempat pangeran lainnya sangat cerdas. Di antara mereka, Pangeran Yahya bahkan bisa disebut genius yang langka.""Bukankah Yang Mulia selalu melatih Pangeran Yahya menjadi putra mahkota? Karena para menteri ingin Yang Mulia menetapkan putra mahkota, bagaimana kalau Yang Mulia menggunakan kesempatan ini untuk menobatkan Pangeran Yahya?" lanjut Jihan.Dari kata-katanya, Jihan terdengar sangat mendukung Yahya. Namun, nyatanya dia juga mengenal karakter Raja Bakir dengan baik. Raja Bakir tidak pernah suka mendengar pendapat orang lain. Pria itu sangat keras kepala. Jika ada yang mendesaknya melakukan s
Raja Bakir menurunkan kewaspadaannya setelah mendengar kata-kata Jihan. Tentu saja, itu hanya berlaku untuk Jihan. Dia tetap akan waspada terhadap Keluarga Barus. Namun, sepertinya Keluarga Barus memang tidak berbuat apa-apa. Setidaknya, sampai saat ini Keluarga Barus masih menjaga sikap mereka. Sebaliknya, Raja Bakir sangat mengkhawatirkan Keluarga Juwanto."Terima kasih atas pendapatmu," ujar Raja Bakir sambil tersenyum.Jihan membalas senyumnya dan berkata, "Yang Mulia, aku hanya seorang wanita, Yang Mulia adalah pemimpinku. Selama Yang Mulia baik-baik saja, aku nggak peduli tentang hal-hal lainnya. Terlebih lagi, aku tahu kalau anak cucuku akan mendapat berkah mereka masing-masing. Orang yang menempati tampuk kekuasaan ditentukan oleh langit, aku mana sanggup ikut campur."Kata-kata Jihan membuat suasana hati Raja Bakir menjadi jauh lebih baik. Setelah meninggalkan Istana Nairi, Raja pergi ke tempat Alina. Akhir-akhir ini, dia sangat kesal dengan omongan orang-orang yang menyatakan
Alina bertanya dengan nada terkejut, "Kak, kamu mau menyuruhku ... melakukan sesuatu pada Yang Mulia ...? Apa ini nggak terlalu cepat?"Alina mengira dengan membuat kesehatan Raja Bakir perlahan memburuk, putranya akan memiliki kesempatan untuk menjadi putra mahkota. Begitu Yahya menjadi putra mahkota, segalanya akan berakhir. Siapa sangka, ternyata Kumar tak sabar menunggu selama itu!Kumar juga tahu bahwa bertindak sekarang memang sedikit terburu-buru. Namun, dia tidak bisa menunggu lebih lama lagi. Jika terus menunggu seperti ini, bisa saja terjadi perubahan situasi. Sekarang, Raja Bakir sudah curiga terhadap empat keluarga besar. Jika mereka tidak segera mengambil tindakan, Raja Bakir mungkin akan pelan-pelan melemahkan pengaruh mereka.Bagaimanapun, Raja Bakir memberi mereka fasilitas demi keuntungannya sendiri. Sekarang, setelah pengaruh mereka terus meningkat, dia pasti ingin menekan mereka kembali. Mumpung Raja Bakir sedang sakit, sekarang adalah waktu terbaik untuk mengambil t
Wira tidak sedang menyanjung Taufik, dia benar-benar berpikir demikian. Dia mengetahui kemampuan Taufik dengan baik. Pria itu sangat berbakat dan memiliki jiwa kepemimpinan yang sangat kuat. Dengan pemimpin seperti itu, Kerajaan Monoma pasti baik-baik saja. Taufik bahkan bisa disebut saingan Wira.Jika dibandingkan, Taufik juga lebih sulit untuk dihadapi daripada Senia. Sebab, Taufik adalah pria kuat yang hanya menunjukkan kelembutannya pada Kerajaan Monoma. Sebaliknya, dia sangat kejam terhadap orang luar. Baik itu pada Keluarga Juwanto ataupun Wira.Tempo hari, Taufik juga telah memperingatkan Wira. Cepat atau lambat, mereka berdua akan berhadapan. Jika Taufik mampu menguasai dunia, dia tidak akan melepaskan Wira!Riska tersenyum. Dia tahu betul tentang kemampuan kakaknya, tetapi kekacauan di dunia tetap membuatnya sangat khawatir. Riska bukan orang yang haus darah, dia juga tidak menyukai konflik. Jadi, dia juga tidak berdaya dalam hal semacam ini."Kakakku bilang dia ingin bertemu
Ketika pergi ke Kerajaan Monoma, Wira menempuh perjalanan selama satu hari. Saat kembali, dia tentu membutuhkan waktu satu hari juga. Setelah matahari terbenam, Wira akhirnya telah memasuki kota.Saat Wira kembali ke penginapan, ketiga istrinya langsung menangis terharu begitu melihatnya. Meskipun hanya tiga hari, mereka sangatlah khawatir. Melihat situasi ini, dia tak kuasa bertanya sambil tersenyum, "Hahaha. Aku sudah berjanji bahwa kali ini aku akan kembali dengan cepat. Kenapa kalian masih khawatir?"Namun, Wulan malah tak kuasa berkata, "Aku ... aku nggak khawatir. Hanya Dian dan Dewina yang mengkhawatirkanmu. Mereka berdua nggak bisa tidur dengan tenang selama tiga hari ini."Setelah mendengar perkataan Wulan, Dian dan Dewina tentu tidak terima. Dian berkata dengan nada dingin, "Hmph, entah siapa yang nggak mau makan dan minum selama tiga hari ini, bahkan selalu berdiri di depan pintu.""Benar! Bisa-bisanya hanya meledek kita. Tuan Wira, Kak Wulan adalah orang yang paling mengkha
Dalam satu bulan terakhir, banyak hal telah terjadi.Osman secara sukarela menyerahkan segel kerajaan kepada Wira, sekaligus menyerahkan kendali atas Kerajaan Nuala. Dengan jatuhnya Kerajaan Nuala ke tangan Wira, negeri ini akhirnya benar-benar bersatu dan Wira menjadi kaisar di dunia!Hari itu menjadi hari perayaan bagi seluruh negeri! Kota utama di Provinsi Yonggu pun ditetapkan sebagai ibu kota baru.Sementara itu untuk suku utara, Wira menunjuk seseorang untuk mengambil alih kepemimpinan. Wilayah Kerajaan Agrel tetap damai karena Ararya dan Kresna menjalankan tugas mereka dengan baik.....Meskipun Wira telah menjadi kaisar, dia tetap memilih untuk tidak terlibat langsung dalam urusan pemerintahan, menyerahkan segala urusan istana kepada orang-orang kepercayaannya.Osmaro dan para menteri lainnya tetap sibuk mengatur negeri. Sedangkan Danu, Doddy, Nafis, dan lainnya kini menjadi jenderal besar yang menjaga berbagai wilayah, bahkan Agha juga mendapatkan posisi yang sama.Di sisi lai
"Itu bukan urusanmu." Nafis menatap Baris dengan dingin. "Penggal kepalanya dan bawa pulang untuk kaisar kita!"Begitu perintah itu dilontarkan, Agha langsung bergerak.Baris bahkan tidak sempat memberikan perlawanan. Dalam sekejap, tubuhnya sudah tergeletak di atas genangan darah. Dengan demikian, suku utara sepenuhnya jatuh ke tangan Wira.Pasukan yang dipimpin oleh Nafis pun tetap tinggal untuk memastikan tidak ada lagi pergerakan dari suku utara......Tiga hari berlalu, Wira dan Trenggi memimpin pasukan mereka hingga berhasil mengepung Senia di depan gerbang suku utara.Namun, gerbang itu sudah tertutup rapat. Yang berjaga tidak lain adalah Ararya serta Kresna. Saat melihat pemandangan ini, Senia langsung menyadari bahwa Wira sudah lama menjalin kerja sama dengan Ararya dan Kresna, bahkan telah menyiapkan jebakan besar untuknya!Di medan pertempuran, Senia menoleh ke pasukannya yang tersisa. Dulu, dia begitu berambisi dan berani. Kini, hanya kelelahan dan kekalahan yang tersisa di
"Ini adalah kesempatan terakhir kita!"Semua orang berpandangan, lalu mengangguk serempak.Begitu suara terompet serangan terdengar, Senia segera memimpin pasukannya maju, siap untuk merebut kota dengan paksa!Namun, tepat pada saat itu, terdengar seruan pertempuran dari belakang. Dalam sekejap, barisan belakang menjadi kacau balau!"Apa yang terjadi?" Senia segera menerima laporan dan menghentikan serangan."Wira tiba-tiba menyerang dari belakang! Karena nggak ada pertahanan di belakang sana, kita mengalami kerugian besar!""Selain itu, Wira dan pasukannya datang dengan persiapan matang. Kita harus mundur! Kalau kita terus bertahan di sini, seluruh pasukan bisa hancur!"Kini, mereka berada di posisi yang sangat tidak menguntungkan. Di depan ada pasukan Kerajaan Nuala, sementara di belakang ada Wira dan pasukannya.Situasi telah berbalik. Jika mereka tetap di sini, akhir mereka sudah bisa diprediksi.Senia menggertakkan giginya. Dengan wajah penuh amarah, dia berkata, "Sial! Kita terla
Para jenderal mengangguk setuju. Memang benar Kerajaan Agrel sangat luas. Jika pasukan Wira masuk, mereka akan menghadapi banyak kendala. Dengan demikian, mereka bisa bertempur melawan Wira di wilayah mereka sendiri.Meskipun rakyat sembilan provinsi sangat mendukung Wira, hal itu tidak berlaku bagi penduduk Kerajaan Agrel. Bagi mereka, Wira adalah ancaman.Jika Senia berhasil menyatukan sembilan provinsi, penduduk Kerajaan Agrel juga bisa masuk dan hidup di sana, menikmati kehidupan yang jauh lebih baik daripada sekarang.Namun, semua itu dihalangi oleh Wira. Setidaknya, begitulah cara mereka melihatnya.Jadi, jika Wira masuk ke Kerajaan Agrel untuk bertempur, hasil akhirnya sudah bisa diprediksi. Para rakyat kemungkinan besar akan membantu Senia tanpa syarat. Pada saat itu, bagaimana mungkin Wira bisa membalikkan situasi?Bahkan, ada kemungkinan besar dia akan kehilangan seluruh pasukannya!Menyadari hal ini, para prajurit semakin bersemangat. Salah satu dari mereka berkata, "Jangan
Seorang jenderal berbicara demikian. Wajahnya masih dipenuhi bercak darah. Itu adalah darah musuh.Mereka telah bertempur selama tiga hari tiga malam, tetapi belum juga melihat secercah harapan. Bantuan pun tak kunjung tiba.Jika terus bertahan di sini tanpa solusi, hasil akhirnya sudah bisa ditebak. Kota ini akan jatuh dan semua orang akan terbunuh!"Bagaimana kalau Yang Mulia membawa pasukan keluar melalui gerbang utara? Di belakang sana ada pegunungan dengan pertahanan yang paling lemah. Kalau kita kirim pasukan untuk membuka jalan, kita bisa memastikan Yang Mulia dapat melarikan diri dengan selamat!" usul salah satu prajurit.Situasi mereka memang sudah sangat kritis. Jika tidak segera mengambil keputusan, tak ada yang bisa menebak bagaimana akhirnya. Mereka semua sangat khawatir.Terlebih lagi, Osman berada di tengah-tengah mereka. Jika sang raja tewas di sini, mereka benar-benar kehilangan kesempatan terakhir untuk membalikkan keadaan.Bahkan, mungkin tak akan ada lagi orang yang
"Tenang saja, aku sudah mempersiapkan semuanya dengan matang. Sekalipun Senia memiliki kekuatan yang luar biasa, kali ini dia nggak akan bisa lolos!"Senyuman penuh percaya diri muncul di wajah Wira. Di Kerajaan Agrel, masih ada kartu truf terakhirnya, yaitu Ararya dan Kresna. Sebelum berangkat, dia telah menghubungi mereka berdua. Kemungkinan besar, mereka sudah mulai menguasai berbagai wilayah di Kerajaan Agrel saat ini.Mereka masing-masing memiliki puluhan ribu pasukan, sedangkan Senia membawa hampir semua pasukannya ke medan perang. Ini adalah kesempatan emas bagi Ararya dan Kresna.Jika Wira berhasil menekan Senia dari depan, sementara mereka berdua menguasai wilayah di belakangnya, tidak peduli seberapa hebat Senia, dia tidak mungkin bisa melarikan diri dari kehancuran.Oleh karena itu, Wira yakin hanya dengan 300.000 pasukan, dia dapat menaklukkan Senia dengan mudah. Ini bukanlah tindakan gegabah!Wira tidak pernah mengambil langkah yang tidak pasti. Jika tidak memiliki persiap
"Karena nggak ada urusan lain lagi, kalian semua boleh pergi istirahat." Setelah memberi perintah, Wira melambaikan tangannya kepada para pejabat, lalu berbalik menuju bagian dalam istana.Para pejabat pun segera meninggalkan ruangan.Namun, saat baru sampai di depan pintu, Wira tiba-tiba berhenti. Tatapannya tertuju pada Nafis, lalu mengaitkan jarinya. "Aku ingin membahas sesuatu secara pribadi denganmu. Ikut aku."Nafis segera mengangguk dan mengikuti Wira menuju taman istana. Di taman itu, hanya ada beberapa dayang dan kasim yang melayani Wira. Selain itu, masih ada Nafis, Agha, dan Lucy.Sementara itu, Danu dan Doddy sedang mengurus para prajurit. Meskipun tidak mengalami pertempuran besar, perjalanan jauh tetap melelahkan.Mereka perlu beristirahat sebelum menempuh perjalanan panjang untuk ekspedisi ke Kerajaan Agrel. Mereka harus memulihkan semangat juang untuk memastikan semuanya aman.Wira bukan hanya ingin memenangkan perang, tetapi juga ingin meminimalisir korban di pihaknya.
"Kita masuk."Dengan satu perintah dari Wira, seluruh pasukannya bergerak menuju ibu kota Kerajaan Beluana.Dalam sekejap, Wira dan rombongannya telah memasuki kota. Sepanjang jalan, rakyat bersorak tanpa henti. Dari reaksi mereka, bisa dilihat betapa besar pengaruh Wira di hati rakyat.Di dalam istana.Di aula utama, Nafis telah mengirim orang-orangnya untuk sepenuhnya menguasai istana. Pasukan penjaga lama telah digantikan, jadi kini tempat ini sepenuhnya berada di bawah kendali Wira.Namun, satu hal yang mengejutkan Wira adalah betapa megahnya istana Kerajaan Beluana. Ciputra benar-benar tahu bagaimana menikmati kemewahan.Di aula, banyak orang sedang berlutut. Mereka adalah para pejabat yang dulunya melayani Ciputra. Begitu mendengar Wira telah memasuki kota, mereka segera datang dengan harapan untuk menyelamatkan diri.Wira memandang mereka sekilas, lalu berkata dengan tenang, "Semuanya, silakan berdiri."Para pejabat itu segera bangkit."Saudara sekalian, meskipun Kerajaan Beluan
Saat ini, Wira duduk di atas kudanya, di depan gerbang timur ibu kota. Di hadapannya adalah Danu dan yang lainnya."Kak, sekarang kita sudah sampai di sini, kenapa masih berhenti? Aku baru saja mendengar dari Nona Lucy tentang keadaan di pihak Osman. Kabarnya, Osman sudah hampir nggak bisa bertahan lagi.""Dalam beberapa hari ke depan, kemungkinan kota itu akan jatuh ke tangan Senia. Kalau saat itu tiba dan kita baru bergerak menuju Kerajaan Nuala, Osman mungkin sudah tewas ...."Rakyat Kerajaan Nuala berjuang mati-matian untuk mempertahankan kota mereka. Ditambah lagi, para prajurit dari Kerajaan Agrel sangat kejam. Jika mereka berhasil menerobos kota, pasti akan terjadi pembantaian dan yang menderita adalah rakyat.Osman adalah sekutu mereka. Danu sejak lama sudah menganggapnya sebagai bagian dari kelompok mereka sendiri. Bagaimanapun, setelah Wira berhasil menumbangkan Ciputra, tidak akan ada yang mampu menandinginya lagi. Penyatuan seluruh negeri hanyalah masalah waktu.Lucy juga m