Alina bertanya dengan nada terkejut, "Kak, kamu mau menyuruhku ... melakukan sesuatu pada Yang Mulia ...? Apa ini nggak terlalu cepat?"Alina mengira dengan membuat kesehatan Raja Bakir perlahan memburuk, putranya akan memiliki kesempatan untuk menjadi putra mahkota. Begitu Yahya menjadi putra mahkota, segalanya akan berakhir. Siapa sangka, ternyata Kumar tak sabar menunggu selama itu!Kumar juga tahu bahwa bertindak sekarang memang sedikit terburu-buru. Namun, dia tidak bisa menunggu lebih lama lagi. Jika terus menunggu seperti ini, bisa saja terjadi perubahan situasi. Sekarang, Raja Bakir sudah curiga terhadap empat keluarga besar. Jika mereka tidak segera mengambil tindakan, Raja Bakir mungkin akan pelan-pelan melemahkan pengaruh mereka.Bagaimanapun, Raja Bakir memberi mereka fasilitas demi keuntungannya sendiri. Sekarang, setelah pengaruh mereka terus meningkat, dia pasti ingin menekan mereka kembali. Mumpung Raja Bakir sedang sakit, sekarang adalah waktu terbaik untuk mengambil t
Wira tidak sedang menyanjung Taufik, dia benar-benar berpikir demikian. Dia mengetahui kemampuan Taufik dengan baik. Pria itu sangat berbakat dan memiliki jiwa kepemimpinan yang sangat kuat. Dengan pemimpin seperti itu, Kerajaan Monoma pasti baik-baik saja. Taufik bahkan bisa disebut saingan Wira.Jika dibandingkan, Taufik juga lebih sulit untuk dihadapi daripada Senia. Sebab, Taufik adalah pria kuat yang hanya menunjukkan kelembutannya pada Kerajaan Monoma. Sebaliknya, dia sangat kejam terhadap orang luar. Baik itu pada Keluarga Juwanto ataupun Wira.Tempo hari, Taufik juga telah memperingatkan Wira. Cepat atau lambat, mereka berdua akan berhadapan. Jika Taufik mampu menguasai dunia, dia tidak akan melepaskan Wira!Riska tersenyum. Dia tahu betul tentang kemampuan kakaknya, tetapi kekacauan di dunia tetap membuatnya sangat khawatir. Riska bukan orang yang haus darah, dia juga tidak menyukai konflik. Jadi, dia juga tidak berdaya dalam hal semacam ini."Kakakku bilang dia ingin bertemu
Ketika pergi ke Kerajaan Monoma, Wira menempuh perjalanan selama satu hari. Saat kembali, dia tentu membutuhkan waktu satu hari juga. Setelah matahari terbenam, Wira akhirnya telah memasuki kota.Saat Wira kembali ke penginapan, ketiga istrinya langsung menangis terharu begitu melihatnya. Meskipun hanya tiga hari, mereka sangatlah khawatir. Melihat situasi ini, dia tak kuasa bertanya sambil tersenyum, "Hahaha. Aku sudah berjanji bahwa kali ini aku akan kembali dengan cepat. Kenapa kalian masih khawatir?"Namun, Wulan malah tak kuasa berkata, "Aku ... aku nggak khawatir. Hanya Dian dan Dewina yang mengkhawatirkanmu. Mereka berdua nggak bisa tidur dengan tenang selama tiga hari ini."Setelah mendengar perkataan Wulan, Dian dan Dewina tentu tidak terima. Dian berkata dengan nada dingin, "Hmph, entah siapa yang nggak mau makan dan minum selama tiga hari ini, bahkan selalu berdiri di depan pintu.""Benar! Bisa-bisanya hanya meledek kita. Tuan Wira, Kak Wulan adalah orang yang paling mengkha
Setelah mendengar perkataan itu, Wira baru memahaminya. Ternyata isolasi suara pada zaman ini sangat buruk. Aksinya semalam memang lumayan berisik."Hahaha ...." Wira sontak tertawa.Pada saat ini, Wulan juga sudah bangun. Ketika melihat kedua wanita itu, dia pun merasa tidak enak. Pagi ini, suasana ketika mereka menyantap sarapan terasa agak canggung.Setelah sarapan, Wira langsung pergi ke Provinsi Suntra. Tokonya sudah diatur dengan baik. Pada saat yang sama, setelah tekanan dari Keluarga Juwanto berkurang, baik gula kristal maupun gelas kristal, kini sangat disukai oleh banyak pedagang.Hanya saja, untuk membangun jalur perdagangan yang sebenarnya masih agak sulit. Yang paling dikhawatirkan oleh Wira adalah bandit di sepanjang perjalanan.Sembari berpikir demikian, Wira pun menarik napas dalam-dalam dan memanggil Danu, lalu memerintahkan, "Danu, coba cari tahu, kalau para bandit dan perampok dalam Provinsi Suntra ingin membuka jalur perdagangan, kita tentu harus bekerja sama dengan
Mendengar ini, Wira merasa agak canggung. Orang ini benar-benar seorang pembunuh. Pikirannya hanya penuh dengan aksi membunuh dan kekerasaan, bukan orang yang cukup cerdas. Wira pun menghela napas dan merasa tak berdaya. Tampaknya ketua dari geng ini perlu diganti."Ketua Bambang, bagaimana kalau kita membahasnya di dalam?" tanya Wira seraya tersenyum. Begitu mendengar perkataan Wira, Bambang tidak berpikir terlalu banyak dan langsung mengangguk.Sebenarnya, Bambang juga memperhatikan Wira dari atas ke bawah. Dia hanyalah seorang pemuda kaya raya. Sementara itu, Danu yang berada di sampingnya tampaknya pandai berkelahi.Namun, ada sekitar 100 orang di Geng Bambang. Apabila mereka berkelahi, bagaimana mungkin mereka akan kalah dari dua orang? Jadi, Bambang sama sekali tidak khawatir bahwa dua orang ini akan macam-macam.Mereka bertiga masuk ke dalam aula, lalu Wira tak kuasa bertanya, "Ketua Bambang, apa Geng Bambang nggak punya ketua lain?"Bambang sontak menghela napas dan langsung me
Usai mendengar perkataan Wira, anggota Geng Bambang tampak kebingungan. Mengganti Ketua Geng Bambang? Apakah Wira tidak waras? Beraninya dia mengatakan hal seperti itu di wilayah mereka?"Hahaha ... Wira, kamu memang menarik. Beraninya kamu berbicara seperti itu kepada anak buahku dan bahkan di wilayahku. Kamu benar-benar mencari mati!" ujar Bambang. Dia pun memandang Wira dengan sinis, seolah-olah melihat lelucon terbesar dalam hidupnya.Sementara itu, Wira hanya tersenyum dan tidak memedulikan Bambang. Sebaliknya, dia terus menatap para anak buah Bambang. Namun, mereka mengecewakan Wira karena tidak ada yang berani bergabung dengannya. Melihat situasi ini, Wira pun bertanya, "Kalian nggak berani, 'kan? Bagaimana kalau ketua kalian mati? Apa kalian akan bersedia bekerja sama denganku?"Saat mengatakan ini, Wira seolah-olah sedang mengatakan sesuatu yang sepele. Hal ini membuat semua orang makin kebingungan. Padahal, ada begitu banyak anggota geng mereka yang mengepung Wira dan Danu, t
Hanya saja ... meskipun mereka bersedia, situasinya tidaklah semudah itu."Tuan Wira, kami mungkin bersedia, tapi ... selain Geng Bambang, masih ada banyak geng lain. Geng Bambang memang geng terbesar, tapi ... kamu seharusnya memahami aturan yang berlaku di antara geng. Kami nggak bisa mengendalikan semuanya seperti itu."Mereka khawatir akan masalah ini. Setiap orang pasti bersedia menghasilkan uang. Namun, mereka juga perlu mempertahankan nyawa untuk dapat menikmati uang mereka. Geng Bambang pasti akan kesulitan untuk melawan begitu banyak geng. Pada dasarnya, itu adalah sesuatu yang mustahil.Wira tentunya juga mengerti, jadi dia pun berkata, "Aku mengerti maksudmu. Aku akan menaklukkan geng lainnya, seperti yang kulakukan pada kalian. Yang terbaik adalah menyatukan semua geng agar semuanya menjadi lebih mudah."Bagi Wira, ini hanya masalah kecil. Menaklukkan beberapa geng adalah hal yang sederhana. Bukan karena Wira sombong, tetapi kenyataannya memang seperti itu.Pertama, dia mem
Danu tertegun sejenak ketika mendengar perkataan Wira. Kemudian, Danu pun bertanya, "Eh ... setelah menyelesaikan ini, seharusnya nggak akan ada masalah lagi, 'kan?" Menurut Danu, setelah berhasil menyatukan para bandit, seharusnya semuanya akan berjalan lancar.Akan tetapi, Wira malah berkata sambil tersenyum, "Bagaimana mungkin nggak ada masalah? Ada begitu banyak orang dan kekuatan. Selain itu, aku juga ingin melatih Faisal. Kita nggak bisa selalu berada di Provinsi Suntra. Nantinya, pasti akan ada banyak masalah yang harus ditangani oleh Faisal." Begitu mendengar penjelasan Wira, Danu pun mengerti.Hari sudah hampir gelap. Saat ini, Faisal telah kembali bersama yang lainnya. Pakaian mereka tampak berlumuran darah. Dia melemparkan tiga kepala manusia ke lantai dan langsung berkata, "Tuan Wira, untungnya kami nggak mengecewakanmu. Mulai hari ini, bandit di Provinsi Suntra akan mematuhi perintahmu!"Mata Wira sontak berbinar-binar ketika melihat pemandangan ini. Dia pun memperhatikan
Bisa dikatakan, hampir tidak ada pemimpin seperti Wira di dunia ini."Semuanya sudah beres. Raja kami mengikuti saran darimu dan mengeluarkan banyak dana untuk bantuan bencana. Sekarang keadaan sudah stabil dan rakyat sudah tenang. Kami benar-benar berterima kasih kepadamu."Sambil tersenyum, Trenggi meneruskan, "Kalau bukan karena saranmu, mungkin Kerajaan Nuala sudah jatuh dalam kekacauan sekarang ...."Ketika membahas hal ini, Trenggi tidak bisa menahan diri untuk menggeleng. Seperti yang Wira perkirakan sebelumnya, karena tidak ada bantuan bencana, banyak rakyat menderita dan masalah terus bermunculan.Ketika rakyat tidak bisa makan, mereka tentu bisa melakukan apa saja. Untungnya, bantuan segera diberikan sehingga masalah teratasi dan tidak terjadi kekacauan yang lebih besar.Namun, pada awalnya Osman tidak berniat menggunakan kas kerajaan untuk menghemat uang. Meskipun ingin membantu rakyat, dia tidak berani mengambil risiko itu demi melindungi dirinya sendiri.Bagaimanapun, jika
"Sepertinya orang-orang dari wilayah barat nggak akan melepaskanmu begitu saja. Jadi, apa rencana selanjutnya?""Menurutku, kita bisa mencoba cara lain, yaitu dengan menyerang wilayah barat terlebih dahulu. Wilayah barat cuma sebuah negara kecil di perbatasan. Alasan mereka bisa bertahan sampai sekarang cuma karena punya gurun sebagai pelindung alami.""Kamu sudah menjelajahi gurun itu sekali, jadi pasti sudah tahu jalannya. Kalau kamu memimpin, ditambah pasukan dari kedua belah pihak, kita pasti bisa menghancurkan mereka. Ketika saat itu tiba, jangankan penguasa kecil di Provinsi Tengah, bahkan seluruh wilayah barat pun akan tunduk kepada kita."Trenggi menjelaskan dengan perlahan. Sejak dia menjadi Jenderal Besar Kerajaan Nuala, dia selalu memikirkan cara untuk memperluas wilayah kekuasaan kerajaan.Di masa kekacauan, yang kuat yang berkuasa. Untuk menjadi penguasa di tengah kekacauan, hal pertama yang dibutuhkan adalah tanah yang cukup luas dan rakyat yang banyak. Hanya dengan itu,
Pihak Wira hanya ada empat orang, sementara mereka memobilisasi puluhan ribu orang dan masih gagal menghentikan Wira. Jika sampai berita ini tersebar, bukankah mereka akan menjadi bahan tertawaan? Sungguh memalukan."Jenderal, kami sudah berusaha sekuat tenaga. Dalam perjalanan kembali, kami sudah menghitung jumlah korban. Ada lebih dari 800 orang yang tewas.""Bahkan, Caraka juga tewas di tangan Wira. Kami gagal menjalankan tugas. Mohon Jenderal dapat memaafkan kami ...."Seorang wakil jenderal perlahan-lahan maju, lalu segera membungkukkan tubuhnya dan berbicara. Dia merasa sangat gelisah.Saka terkenal tegas dan ketat. Kegagalan dalam menjalankan tugas tentu sulit untuk dimaafkan. Dia menatap dingin wakil jenderal itu, lalu mengerutkan alis dan berkata, "Mereka sudah pergi. Nggak ada gunanya dibahas lagi.""Segera cari orang yang lebih dapat diandalkan dan kejar rombongan Wira. Aku nggak peduli siapa mereka atau sejauh apa mereka melarikan diri. Intinya, orang yang berani menentangk
Setelah mengatakan itu, Caraka memandang orang-orang di belakangnya. Meskipun mereka berasal dari wilayah barat, mereka juga mematuhi perintahnya karena sekarang dia sudah memegang kekuasaan besar. Apalagi sekarang dia juga sudah mendapat informasi yang tepat dari Wira.Sebelum datang ke sini, Saka sudah menyerahkan tugas penting ini pada Caraka dan semua pasukan yang berada di sana harus tunduk pada perintah Caraka. Meskipun Wendi sudah menyiapkan formasi racun di sekitar, mereka tetap terus menerjang ke arah Wira dan yang lainnya dengan kekuatan yang luar biasa saat Caraka memberikan perintahnya."Agha, bunuh dia," kata Wira yang sudah mulai kesal karena Caraka terus mendesaknya sambil menatap Agha di sampingnya."Kak Wira, kamu harus hati-hati. Aku akan pergi memenggal kepala orang itu sekarang juga," kata Agha, lalu langsung melompat dan segera menerjang ke arah Caraka. Darah mengalir dengan deras di semua tempat yang dilewatinya.Melihat Agha begitu berani, para pasukan di sekitar
"Jaran sudah bertemu dengan kami. Tapi, sekarang dia bukan hanya nggak muncul di hadapanmu, dia juga nggak ada di sampingku. Jadi, kamu rasa dia pasti ada di mana sekarang?" kata Wira sambil terus memikirkan langkah selanjutnya karena dia tidak bisa terus terjebak di sana.Jumlah di pihak lawannya begitu banyak, Wira merasa dia pasti akan rugi jika bertarung dengan mereka di sana. Ditambah dengan banyaknya orang di sekitarnya, satu-satunya caranya untuk keluar dari sana adalah menggunakan taktik melarikan diri.Pada saat itu, pandangan Wira pun tertuju pada Wendi. Saat mereka dikepung Saka sebelumnya, Wendi mengeluarkan dua tabung bambu dari sakunya. Setelah menyebarkan isi tabungnya, bahkan orang-orang yang berdiri jauh dari mereka pun merasa matanya sakit. Sementara itu, orang yang berdiri lebih dekat dengan mereka, kebanyakan yang langsung kehilangan nyawanya.Jika bukan karena begitu, Wira juga tidak akan membiarkan Wendi ikut bersamanya. Wanita ini jauh lebih mengerikan dari yang
Wira dan lainnya berhasil segera melintasi Provinsi Tengah tanpa menarik perhatian siapa pun karena Wira memiliki peta. Namun, dia melihat beberapa pengumuman tentang mereka di luar tembok kota. Sepertinya, Saka merasa tidak cukup hanya dengan membakar gunung, sekarang Saka juga mengatur penjagaan di sana dan membuat banyak pengumuman. Sungguh menyebalkan.Wira mengepalkan tinjunya, tetapi dia juga hanya bisa menahan amarahnya. Jika sekarang bahkan dia pun tidak bisa tenang, bagaimana dengan yang lainnya? Dia tidak ingin melihat mereka ikut menderita karena tindakannya. Jika dia membuat keputusan yang salah, orang-orang di sekitarnya akan kehilangan nyawa mereka dan ini bukan transaksi yang menguntungkan.Saat hampir tiba di pintu masuk gurun, Wira dan yang lainnya juga merasa lega. Jika sudah sampai di sini, mereka sudah hampir aman. Selama mereka bisa melewati gurun putih di hadapan mereka, berarti mereka sudah berhasil.Saat Wira hendak memimpin yang lainnya untuk memasuki gurun, di
Selama bertahun-tahun ini, Agha juga selalu mengikuti Wira berperang dari selatan ke utara dan sudah mengalami banyak hal. Namun, ini pertama kalinya dia merasa begitu menyedihkan. Saat ini, dia merasa sangat kesal karena harus terjebak di sini, sehingga dia tidak akan melepaskan Saka ini. Meskipun harus mengorbankan banyak hal, dia juga harus membalas tindakan Saka.Wira memelototi Agha dan berkata dengan kesal, "Omong kosong. Kita nggak boleh gegabah, kamu sudah bosan hidup ya? Selama kita muncul di Provinsi Tengah yang dikuasai Saka ini, orang-orangnya pasti akan menyadari keberadaan kita. Aku tahu suasana hati kalian buruk karena sekarang kita terjebak di sini, tapi kita juga nggak boleh terlalu gegabah. Kalau nggak, kita akan sulit keluar dari sini."Mendengar perkataan Wira, Agha akhirnya terdiam."Jadi, apa yang harus kita lakukan sekarang?" tanya Fikri.Wira menatap api yang masih memenuhi langit dan perlahan-lahan berkata dengan nada dingin, "Aku lihat apinya sudah perlahan-la
"Berikan aku waktu dua hari untuk memikirkannya dengan baik dulu," kata Caraka yang tidak menolak kebaikan Saka. Namun, dia juga tidak langsung menyetujuinya, setidaknya ini bisa menjadi jalan lain untuknya. Jika dia bisa bertemu dengan Jaran lagi dalam dua hari ini, dia tentu saja tidak akan memilih untuk tetap tinggal di wilayah barat. Tidak ada yang ingin meninggalkan kampung halamannya.Namun, jika benar-benar terjadi sesuatu dengan Jaran, Caraka tentu tidak akan berani kembali ke wilayah tandus di utara lagi. Pada saat itu, Senia pasti akan menginginkan nyawanya. Lebih baik dia mengikuti Saka, setidaknya bisa menyelamatkan nyawanya dan hidup dengan tenang."Baiklah. Kamu memang cukup berbakat dan aku ini sangat toleran pada orang-orang yang berbakat, jadi aku akan memberimu waktu untuk berpikir. Aku tahu kamu ini orang pintar, pasti bisa membuat keputusan yang tepat," kata Saka sambil tersenyum puas dan menepuk bahu Caraka.Namun, Caraka tidak mengatakan apa-apa.....Satu jam kem
Saka merasa ini adalah penipuan dan dia tidak bisa menerimanya."Nggak mungkin, pasti ada yang salah di sini. Apa mungkin temanku itu sudah dikalahkan Wira dan kelompoknya dan mereka membawanya pergi? Mereka pasti sedang bersembunyi di suatu tempat. Asalkan kita terus memeriksa tempat ini, kita pasti bisa menemukan jejak Wira," kata Caraka dengan tegas.Saat ini, hanya ini satu-satunya cara yang terpikirkan oleh Caraka. Meskipun cara ini belum tentu berhasil, setidaknya ini satu-satunya cara yang ada.Setelah ragu sejenak, Saka bertanya, "Bagaimana kalau kita tetap nggak menemukan jejak mereka?""Mudah saja, aku serahkan nyawaku padamu," kata Caraka dengan tegas. Lagi pula, jika dia tidak bisa membawa Jaran kembali Kerajaan Agrel dengan selamat, dia juga tidak akan bertahan hidup lagi. Lebih baik dia pasrah saja.Saka tertawa dingin dan berkata, "Aku sama sekali nggak tertarik dengan nyawamu, tapi aku punya ide bagus. Melihat kamu begitu teguh, ini membuktikan Wira dan kelompoknya bena