Farrel tampak mengedipkan matanya, lalu segera berkata, "Ayah, aku merasa bahwa Wira bukanlah tipe orang yang seperti itu. Dia itu selalu suka bersenang-senang. Kalau sungguh ingin menaklukkan dunia, dia pasti nggak akan bekerja sama dengan keluarga kita."Perkataan Farrel membuat Sigra tertegun sejenak. Setelah itu, dia tertawa dan menimpali, "Hahaha. Farrel, kamu berpikir sangat jauh. Benar juga, kalau sungguh ingin menaklukkan dunia, dia nggak akan bekerja sama dengan kita. Bagaimanapun, bekerja sama dengan kita hanya akan terikat. Dia juga mungkin akan diawasi oleh kita."Setelah memahami hal ini, Sigra pun menyarankan, "Hanya saja, sekarang ... kita perlu memikirkan bagaimana cara membuat Raja Bakir jatuh sakit tanpa menyebabkan kecurigaan. Ini adalah sesuatu yang perlu dipertimbangkan dengan baik."Usai merenung sejenak, Sigra akhirnya memiliki rencana. Dia memberi tahu putrinya, "Farrel, kamu harus pergi sendiri dan menjelaskan situasinya kepada bibimu. Sementara itu, barang yan
Setelah mendengarkan kata-kata ini, Jihan baru memahaminya dan segera berkata, "Oke, Bibi sudah tahu apa yang harus dilakukan!"Jihan yang tampak cemas pun menarik napas dalam-dalam. Farrel mengingatkan lagi, "Bibi, Keluarga Juwanto akan bertindak, jadi kamu harus berhati-hati dengan orang-orang di sekitarmu!"Saat mendengar ini, Jihan tampak tersenyum, lalu menatap pelayan pribadi yang paling akrab dengannya. Pelayan pribadi itu segera mengangguk sembari berkata kepada Farrel, "Dik, jangan khawatir. Dengan adanya aku di sini, nggak akan ada masalah.""Aku tahu latar belakang dari semua dayang yang ada dari istana, terutama dayang yang sudah disogok oleh Keluarga Juwanto. Semuanya ada dalam pantauanku!"Begitu Farrel mendengar kata-kata ini, dia pun berkata sambil tersenyum, "Dengan adanya Kakak di sini, aku tentu saja merasa tenang!" Pelayan pribadi itu bukan sembarang orang, melainkan anggota Keluarga Barus juga. Dia telah belajar seni bela diri sejak kecil dan sangat terampil sehing
Farrel memang tahu pemikiran seperti ini kurang baik karena Keluarga Barus mempunyai ambisi untuk menguasai dunia. Namun, Farrel menyukai pria yang heroik. Seharusnya, Wira juga termasuk pria heroik, 'kan? Hanya saja, Wira memiliki pemikiran yang agak berbeda.Farrel menggeleng dan membatin, 'Sudahlah ....' Dia langsung menyingkirkan pemikirannya ini.Sesudah Farrel pergi, Jihan segera memerintah, "Nanti siapkan makan malam dan sampaikan kepada Raja untuk datang ke Istana Nairi." Sambil bicara, Jihan menyerahkan obat itu kepada pelayan. Kemudian, pelayan itu mengangguk dan langsung pergi untuk melapor.Kala ini, Raja Bakir sedang cemas memikirkan siapa yang akan diutus ke Kerajaan Monoma. Dia tidak tahu sebenarnya nyawanya sedang terancam. Jika bukan karena rencana Wira, mungkin tak lama lagi Raja Bakir akan meninggal."Yang Mulia, Ratu mengundang Anda pergi ke Istana Nairi," kata kasim sambil tersenyum.Raja Bakir tidak terlalu curiga setelah mendengar perkataan ini. Dia memang sangat
Kala ini, Alina yang berada di dalam istana sedang merangkai bunga seraya meminum teh di halaman. Tiba-tiba, pintu istana dibuka dan pelayan pribadi Alina berjalan masuk dengan pelan. Pelayan itu berdiri di depan Alina, lalu memberi hormat dan melapor, "Selir Agung, ada yang mau bertemu dengan Anda."Alina memandang pelayannya dan bertanya, "Siapa yang datang?" Dia kebingungan, siapa yang mencarinya malam-malam begini?Pelayan pribadi itu menjawab, "Anggota Keluarga Juwanto.""Keluarga Juwanto?" ujar Alina. Dia seketika merasa senang setelah mendengar jawaban pelayan. Alina melambaikan tangannya kepada pelayan dan berucap dengan tergesa-gesa, "Cepat suruh dia masuk!"Alina sudah lama tidak berjumpa dengan keluarganya sejak masuk ke istana. Jadi, dia tentu merasa gembira ketika mendengar anggota Keluarga Juwanto datang mengunjunginya. Alina segera berdiri dan berjalan ke depan pintu untuk menyambut anggota keluarganya.Tak lama kemudian, pelayan membawa orang itu masuk. Terlihat seorang
Kumar melanjutkan, "Jadi, kita harus menyingkirkan Raja sebelum hal ini terjadi!"Raut wajah Alina berubah drastis saat melihat ekspresi Kumar yang tegas. Bagaimanapun, Alina juga mencintai Raja Bakir sehingga dia tidak tega untuk membunuh Raja Bakir. Alina menggigit bibirnya, lalu berkata dengan ragu-ragu, "Tapi, anak itu baru saja lahir. Apa nggak terlalu cepat kalau kita bertindak sekarang?""Terlalu cepat?" sahut Kumar. Dia mendengus, lalu berdiri dan meletakkan tangannya di belakang. Ekspresinya terlihat tidak puas.Kumar menjelaskan, "Kalau Ratu melahirkan seorang putri, mungkin kita baru bertindak setelah mengamati situasinya selama beberapa tahun. Tapi, Ratu melahirkan seorang putra, itu berarti nasibnya kurang mujur.""Jadi, sekarang itu waktu yang tepat untuk bertindak. Kamu yang meracuni Raja dan aku akan mengutus orang untuk membunuh Ratu. Pemerintahan pasti akan menjadi kacau balau kalau nggak ada pemimpinnya. Lagi pula, mereka nggak mungkin membiarkan bayi yang baru lahir
Raut wajah Alina dan Kumar berubah drastis begitu mendengar laporan pelayan. Alina berseru, "Apa? Yang Mulia pingsan?"Alina yang sangat cemas segera menghampiri pelayan dan bertanya, "Sebenarnya apa yang terjadi? Cepat jelaskan!""Saya tidak tahu. Hanya saja, saya mendengar ada yang melapor bahwa Raja pingsan di dalam istana Ratu dan tabib kerajaan sudah pergi ke sana!" sahut pelayan.Begitu mendengar perkataan pelayan, Alina langsung memandang Kumar. Kemudian, dia berucap, "Oke, kamu keluar dulu!"Alina tahu bahwa Kumar ingin mengatakan sesuatu kepadanya. Jadi, Alina langsung menyuruh pelayannya keluar, lalu bertanya sambil menatap Kumar dengan ekspresi khawatir, "Kak, sekarang apa yang harus kita lakukan?"Kumar menjawab dengan raut wajah muram, "Aku merasa ada yang aneh, kenapa Yang Mulia bisa tiba-tiba sakit? Kita baru saja hendak bertindak, tapi Raja tiba-tiba pingsan saat ini. Jangan-jangan, Keluarga Barus sudah mendahului kita dan mulai bertindak?"Alina yang panik langsung ber
Jangan-jangan, tebakan Kumar benar? Apa semua ini adalah perbuatan Jihan? Ketika memandang ke arah Jihan lagi, Alina menyadari bahwa ekspresi Jihan sudah kembali tenang, seolah-olah dirinya salah melihat kejadian tadi.Saat ini, Jihan juga tidak terlalu yakin. Dia khawatir tabib kerajaan akan mengetahui bahwa Raja diracuni. Jika salah mengambil langkah, Jihan akan menghadapi krisis yang parah.Namun, perkataan tabib kerajaan selanjutnya membuat kekhawatiran Jihan hilang sepenuhnya. Salah satu tabib berdiri, lalu memberi hormat kepada Jihan dan berkata, "Ratu tidak perlu khawatir. Raja hanya kelelahan belakangan ini, makanya bisa pingsan. Setelah beristirahat semalam, besok pagi Raja pasti akan baik-baik saja."Jihan baru merasa tenang sesudah mendengar perkataan tabib kerajaan. Selir-selir yang lain juga menghentikan tangisan mereka. Untung saja, Raja bukan sakit parah.Kemudian, Jihan mengantar tabib kerajaan keluar, lalu melambaikan tangan kepada para selir dan berucap, "Sudahlah, Ra
Alina memikirkannya dengan serius sebelum dia berkata dengan lirih, "Awalnya, aku juga curiga ini perbuatan Ratu. Tapi, setelah Raja didiagnosis tabib kerajaan, aku menyingkirkan kecurigaanku.""Bagaimanapun, ada beberapa tabib kerajaan yang memeriksa Raja, jadi hasilnya nggak mungkin salah. Kak, tapi ada sesuatu yang sangat mencurigakan. Waktu tabib kerajaan memeriksa Raja, Ratu terlihat sedikit gugup. Kalau dia nggak meracuni Yang Mulia, kenapa dia begitu gugup?" tambah Alina.Kumar mendengarkan dengan serius, lalu dia mengangguk dan berkata dengan suara kecil, "Hanya ada dua kemungkinan dalam masalah ini. Pertama, Keluarga Barus nggak melakukan apa pun dan semua ini hanya kebetulan. Tapi, kalau mengatakan ini cuma kebetulan, tampaknya agak mustahil. Karena masalah ini sudah terlanjur terjadi, kita biarkan saja Yang Mulia hidup lebih lama."Kumar terdiam sejenak, lalu melanjutkan, "Kedua, kejadian ini memang ulah Keluarga Barus. Tapi, mereka sangat bodoh karena mengambil tindakan sek
Dalam satu bulan terakhir, banyak hal telah terjadi.Osman secara sukarela menyerahkan segel kerajaan kepada Wira, sekaligus menyerahkan kendali atas Kerajaan Nuala. Dengan jatuhnya Kerajaan Nuala ke tangan Wira, negeri ini akhirnya benar-benar bersatu dan Wira menjadi kaisar di dunia!Hari itu menjadi hari perayaan bagi seluruh negeri! Kota utama di Provinsi Yonggu pun ditetapkan sebagai ibu kota baru.Sementara itu untuk suku utara, Wira menunjuk seseorang untuk mengambil alih kepemimpinan. Wilayah Kerajaan Agrel tetap damai karena Ararya dan Kresna menjalankan tugas mereka dengan baik.....Meskipun Wira telah menjadi kaisar, dia tetap memilih untuk tidak terlibat langsung dalam urusan pemerintahan, menyerahkan segala urusan istana kepada orang-orang kepercayaannya.Osmaro dan para menteri lainnya tetap sibuk mengatur negeri. Sedangkan Danu, Doddy, Nafis, dan lainnya kini menjadi jenderal besar yang menjaga berbagai wilayah, bahkan Agha juga mendapatkan posisi yang sama.Di sisi lai
"Itu bukan urusanmu." Nafis menatap Baris dengan dingin. "Penggal kepalanya dan bawa pulang untuk kaisar kita!"Begitu perintah itu dilontarkan, Agha langsung bergerak.Baris bahkan tidak sempat memberikan perlawanan. Dalam sekejap, tubuhnya sudah tergeletak di atas genangan darah. Dengan demikian, suku utara sepenuhnya jatuh ke tangan Wira.Pasukan yang dipimpin oleh Nafis pun tetap tinggal untuk memastikan tidak ada lagi pergerakan dari suku utara......Tiga hari berlalu, Wira dan Trenggi memimpin pasukan mereka hingga berhasil mengepung Senia di depan gerbang suku utara.Namun, gerbang itu sudah tertutup rapat. Yang berjaga tidak lain adalah Ararya serta Kresna. Saat melihat pemandangan ini, Senia langsung menyadari bahwa Wira sudah lama menjalin kerja sama dengan Ararya dan Kresna, bahkan telah menyiapkan jebakan besar untuknya!Di medan pertempuran, Senia menoleh ke pasukannya yang tersisa. Dulu, dia begitu berambisi dan berani. Kini, hanya kelelahan dan kekalahan yang tersisa di
"Ini adalah kesempatan terakhir kita!"Semua orang berpandangan, lalu mengangguk serempak.Begitu suara terompet serangan terdengar, Senia segera memimpin pasukannya maju, siap untuk merebut kota dengan paksa!Namun, tepat pada saat itu, terdengar seruan pertempuran dari belakang. Dalam sekejap, barisan belakang menjadi kacau balau!"Apa yang terjadi?" Senia segera menerima laporan dan menghentikan serangan."Wira tiba-tiba menyerang dari belakang! Karena nggak ada pertahanan di belakang sana, kita mengalami kerugian besar!""Selain itu, Wira dan pasukannya datang dengan persiapan matang. Kita harus mundur! Kalau kita terus bertahan di sini, seluruh pasukan bisa hancur!"Kini, mereka berada di posisi yang sangat tidak menguntungkan. Di depan ada pasukan Kerajaan Nuala, sementara di belakang ada Wira dan pasukannya.Situasi telah berbalik. Jika mereka tetap di sini, akhir mereka sudah bisa diprediksi.Senia menggertakkan giginya. Dengan wajah penuh amarah, dia berkata, "Sial! Kita terla
Para jenderal mengangguk setuju. Memang benar Kerajaan Agrel sangat luas. Jika pasukan Wira masuk, mereka akan menghadapi banyak kendala. Dengan demikian, mereka bisa bertempur melawan Wira di wilayah mereka sendiri.Meskipun rakyat sembilan provinsi sangat mendukung Wira, hal itu tidak berlaku bagi penduduk Kerajaan Agrel. Bagi mereka, Wira adalah ancaman.Jika Senia berhasil menyatukan sembilan provinsi, penduduk Kerajaan Agrel juga bisa masuk dan hidup di sana, menikmati kehidupan yang jauh lebih baik daripada sekarang.Namun, semua itu dihalangi oleh Wira. Setidaknya, begitulah cara mereka melihatnya.Jadi, jika Wira masuk ke Kerajaan Agrel untuk bertempur, hasil akhirnya sudah bisa diprediksi. Para rakyat kemungkinan besar akan membantu Senia tanpa syarat. Pada saat itu, bagaimana mungkin Wira bisa membalikkan situasi?Bahkan, ada kemungkinan besar dia akan kehilangan seluruh pasukannya!Menyadari hal ini, para prajurit semakin bersemangat. Salah satu dari mereka berkata, "Jangan
Seorang jenderal berbicara demikian. Wajahnya masih dipenuhi bercak darah. Itu adalah darah musuh.Mereka telah bertempur selama tiga hari tiga malam, tetapi belum juga melihat secercah harapan. Bantuan pun tak kunjung tiba.Jika terus bertahan di sini tanpa solusi, hasil akhirnya sudah bisa ditebak. Kota ini akan jatuh dan semua orang akan terbunuh!"Bagaimana kalau Yang Mulia membawa pasukan keluar melalui gerbang utara? Di belakang sana ada pegunungan dengan pertahanan yang paling lemah. Kalau kita kirim pasukan untuk membuka jalan, kita bisa memastikan Yang Mulia dapat melarikan diri dengan selamat!" usul salah satu prajurit.Situasi mereka memang sudah sangat kritis. Jika tidak segera mengambil keputusan, tak ada yang bisa menebak bagaimana akhirnya. Mereka semua sangat khawatir.Terlebih lagi, Osman berada di tengah-tengah mereka. Jika sang raja tewas di sini, mereka benar-benar kehilangan kesempatan terakhir untuk membalikkan keadaan.Bahkan, mungkin tak akan ada lagi orang yang
"Tenang saja, aku sudah mempersiapkan semuanya dengan matang. Sekalipun Senia memiliki kekuatan yang luar biasa, kali ini dia nggak akan bisa lolos!"Senyuman penuh percaya diri muncul di wajah Wira. Di Kerajaan Agrel, masih ada kartu truf terakhirnya, yaitu Ararya dan Kresna. Sebelum berangkat, dia telah menghubungi mereka berdua. Kemungkinan besar, mereka sudah mulai menguasai berbagai wilayah di Kerajaan Agrel saat ini.Mereka masing-masing memiliki puluhan ribu pasukan, sedangkan Senia membawa hampir semua pasukannya ke medan perang. Ini adalah kesempatan emas bagi Ararya dan Kresna.Jika Wira berhasil menekan Senia dari depan, sementara mereka berdua menguasai wilayah di belakangnya, tidak peduli seberapa hebat Senia, dia tidak mungkin bisa melarikan diri dari kehancuran.Oleh karena itu, Wira yakin hanya dengan 300.000 pasukan, dia dapat menaklukkan Senia dengan mudah. Ini bukanlah tindakan gegabah!Wira tidak pernah mengambil langkah yang tidak pasti. Jika tidak memiliki persiap
"Karena nggak ada urusan lain lagi, kalian semua boleh pergi istirahat." Setelah memberi perintah, Wira melambaikan tangannya kepada para pejabat, lalu berbalik menuju bagian dalam istana.Para pejabat pun segera meninggalkan ruangan.Namun, saat baru sampai di depan pintu, Wira tiba-tiba berhenti. Tatapannya tertuju pada Nafis, lalu mengaitkan jarinya. "Aku ingin membahas sesuatu secara pribadi denganmu. Ikut aku."Nafis segera mengangguk dan mengikuti Wira menuju taman istana. Di taman itu, hanya ada beberapa dayang dan kasim yang melayani Wira. Selain itu, masih ada Nafis, Agha, dan Lucy.Sementara itu, Danu dan Doddy sedang mengurus para prajurit. Meskipun tidak mengalami pertempuran besar, perjalanan jauh tetap melelahkan.Mereka perlu beristirahat sebelum menempuh perjalanan panjang untuk ekspedisi ke Kerajaan Agrel. Mereka harus memulihkan semangat juang untuk memastikan semuanya aman.Wira bukan hanya ingin memenangkan perang, tetapi juga ingin meminimalisir korban di pihaknya.
"Kita masuk."Dengan satu perintah dari Wira, seluruh pasukannya bergerak menuju ibu kota Kerajaan Beluana.Dalam sekejap, Wira dan rombongannya telah memasuki kota. Sepanjang jalan, rakyat bersorak tanpa henti. Dari reaksi mereka, bisa dilihat betapa besar pengaruh Wira di hati rakyat.Di dalam istana.Di aula utama, Nafis telah mengirim orang-orangnya untuk sepenuhnya menguasai istana. Pasukan penjaga lama telah digantikan, jadi kini tempat ini sepenuhnya berada di bawah kendali Wira.Namun, satu hal yang mengejutkan Wira adalah betapa megahnya istana Kerajaan Beluana. Ciputra benar-benar tahu bagaimana menikmati kemewahan.Di aula, banyak orang sedang berlutut. Mereka adalah para pejabat yang dulunya melayani Ciputra. Begitu mendengar Wira telah memasuki kota, mereka segera datang dengan harapan untuk menyelamatkan diri.Wira memandang mereka sekilas, lalu berkata dengan tenang, "Semuanya, silakan berdiri."Para pejabat itu segera bangkit."Saudara sekalian, meskipun Kerajaan Beluan
Saat ini, Wira duduk di atas kudanya, di depan gerbang timur ibu kota. Di hadapannya adalah Danu dan yang lainnya."Kak, sekarang kita sudah sampai di sini, kenapa masih berhenti? Aku baru saja mendengar dari Nona Lucy tentang keadaan di pihak Osman. Kabarnya, Osman sudah hampir nggak bisa bertahan lagi.""Dalam beberapa hari ke depan, kemungkinan kota itu akan jatuh ke tangan Senia. Kalau saat itu tiba dan kita baru bergerak menuju Kerajaan Nuala, Osman mungkin sudah tewas ...."Rakyat Kerajaan Nuala berjuang mati-matian untuk mempertahankan kota mereka. Ditambah lagi, para prajurit dari Kerajaan Agrel sangat kejam. Jika mereka berhasil menerobos kota, pasti akan terjadi pembantaian dan yang menderita adalah rakyat.Osman adalah sekutu mereka. Danu sejak lama sudah menganggapnya sebagai bagian dari kelompok mereka sendiri. Bagaimanapun, setelah Wira berhasil menumbangkan Ciputra, tidak akan ada yang mampu menandinginya lagi. Penyatuan seluruh negeri hanyalah masalah waktu.Lucy juga m