Share

Bab 833

Author: Arif
Farrel tampak mengedipkan matanya, lalu segera berkata, "Ayah, aku merasa bahwa Wira bukanlah tipe orang yang seperti itu. Dia itu selalu suka bersenang-senang. Kalau sungguh ingin menaklukkan dunia, dia pasti nggak akan bekerja sama dengan keluarga kita."

Perkataan Farrel membuat Sigra tertegun sejenak. Setelah itu, dia tertawa dan menimpali, "Hahaha. Farrel, kamu berpikir sangat jauh. Benar juga, kalau sungguh ingin menaklukkan dunia, dia nggak akan bekerja sama dengan kita. Bagaimanapun, bekerja sama dengan kita hanya akan terikat. Dia juga mungkin akan diawasi oleh kita."

Setelah memahami hal ini, Sigra pun menyarankan, "Hanya saja, sekarang ... kita perlu memikirkan bagaimana cara membuat Raja Bakir jatuh sakit tanpa menyebabkan kecurigaan. Ini adalah sesuatu yang perlu dipertimbangkan dengan baik."

Usai merenung sejenak, Sigra akhirnya memiliki rencana. Dia memberi tahu putrinya, "Farrel, kamu harus pergi sendiri dan menjelaskan situasinya kepada bibimu. Sementara itu, barang yan
Locked Chapter
Continue Reading on GoodNovel
Scan code to download App
Comments (1)
goodnovel comment avatar
Dandi Dardamiansyah
situs situs judi semakin meresahkan dan akan membuat sengsara
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

  • Perjalanan Dimensi Waktu Sang Genius   Bab 834

    Setelah mendengarkan kata-kata ini, Jihan baru memahaminya dan segera berkata, "Oke, Bibi sudah tahu apa yang harus dilakukan!"Jihan yang tampak cemas pun menarik napas dalam-dalam. Farrel mengingatkan lagi, "Bibi, Keluarga Juwanto akan bertindak, jadi kamu harus berhati-hati dengan orang-orang di sekitarmu!"Saat mendengar ini, Jihan tampak tersenyum, lalu menatap pelayan pribadi yang paling akrab dengannya. Pelayan pribadi itu segera mengangguk sembari berkata kepada Farrel, "Dik, jangan khawatir. Dengan adanya aku di sini, nggak akan ada masalah.""Aku tahu latar belakang dari semua dayang yang ada dari istana, terutama dayang yang sudah disogok oleh Keluarga Juwanto. Semuanya ada dalam pantauanku!"Begitu Farrel mendengar kata-kata ini, dia pun berkata sambil tersenyum, "Dengan adanya Kakak di sini, aku tentu saja merasa tenang!" Pelayan pribadi itu bukan sembarang orang, melainkan anggota Keluarga Barus juga. Dia telah belajar seni bela diri sejak kecil dan sangat terampil sehing

  • Perjalanan Dimensi Waktu Sang Genius   Bab 835

    Farrel memang tahu pemikiran seperti ini kurang baik karena Keluarga Barus mempunyai ambisi untuk menguasai dunia. Namun, Farrel menyukai pria yang heroik. Seharusnya, Wira juga termasuk pria heroik, 'kan? Hanya saja, Wira memiliki pemikiran yang agak berbeda.Farrel menggeleng dan membatin, 'Sudahlah ....' Dia langsung menyingkirkan pemikirannya ini.Sesudah Farrel pergi, Jihan segera memerintah, "Nanti siapkan makan malam dan sampaikan kepada Raja untuk datang ke Istana Nairi." Sambil bicara, Jihan menyerahkan obat itu kepada pelayan. Kemudian, pelayan itu mengangguk dan langsung pergi untuk melapor.Kala ini, Raja Bakir sedang cemas memikirkan siapa yang akan diutus ke Kerajaan Monoma. Dia tidak tahu sebenarnya nyawanya sedang terancam. Jika bukan karena rencana Wira, mungkin tak lama lagi Raja Bakir akan meninggal."Yang Mulia, Ratu mengundang Anda pergi ke Istana Nairi," kata kasim sambil tersenyum.Raja Bakir tidak terlalu curiga setelah mendengar perkataan ini. Dia memang sangat

  • Perjalanan Dimensi Waktu Sang Genius   Bab 836

    Kala ini, Alina yang berada di dalam istana sedang merangkai bunga seraya meminum teh di halaman. Tiba-tiba, pintu istana dibuka dan pelayan pribadi Alina berjalan masuk dengan pelan. Pelayan itu berdiri di depan Alina, lalu memberi hormat dan melapor, "Selir Agung, ada yang mau bertemu dengan Anda."Alina memandang pelayannya dan bertanya, "Siapa yang datang?" Dia kebingungan, siapa yang mencarinya malam-malam begini?Pelayan pribadi itu menjawab, "Anggota Keluarga Juwanto.""Keluarga Juwanto?" ujar Alina. Dia seketika merasa senang setelah mendengar jawaban pelayan. Alina melambaikan tangannya kepada pelayan dan berucap dengan tergesa-gesa, "Cepat suruh dia masuk!"Alina sudah lama tidak berjumpa dengan keluarganya sejak masuk ke istana. Jadi, dia tentu merasa gembira ketika mendengar anggota Keluarga Juwanto datang mengunjunginya. Alina segera berdiri dan berjalan ke depan pintu untuk menyambut anggota keluarganya.Tak lama kemudian, pelayan membawa orang itu masuk. Terlihat seorang

  • Perjalanan Dimensi Waktu Sang Genius   Bab 837

    Kumar melanjutkan, "Jadi, kita harus menyingkirkan Raja sebelum hal ini terjadi!"Raut wajah Alina berubah drastis saat melihat ekspresi Kumar yang tegas. Bagaimanapun, Alina juga mencintai Raja Bakir sehingga dia tidak tega untuk membunuh Raja Bakir. Alina menggigit bibirnya, lalu berkata dengan ragu-ragu, "Tapi, anak itu baru saja lahir. Apa nggak terlalu cepat kalau kita bertindak sekarang?""Terlalu cepat?" sahut Kumar. Dia mendengus, lalu berdiri dan meletakkan tangannya di belakang. Ekspresinya terlihat tidak puas.Kumar menjelaskan, "Kalau Ratu melahirkan seorang putri, mungkin kita baru bertindak setelah mengamati situasinya selama beberapa tahun. Tapi, Ratu melahirkan seorang putra, itu berarti nasibnya kurang mujur.""Jadi, sekarang itu waktu yang tepat untuk bertindak. Kamu yang meracuni Raja dan aku akan mengutus orang untuk membunuh Ratu. Pemerintahan pasti akan menjadi kacau balau kalau nggak ada pemimpinnya. Lagi pula, mereka nggak mungkin membiarkan bayi yang baru lahir

  • Perjalanan Dimensi Waktu Sang Genius   Bab 838

    Raut wajah Alina dan Kumar berubah drastis begitu mendengar laporan pelayan. Alina berseru, "Apa? Yang Mulia pingsan?"Alina yang sangat cemas segera menghampiri pelayan dan bertanya, "Sebenarnya apa yang terjadi? Cepat jelaskan!""Saya tidak tahu. Hanya saja, saya mendengar ada yang melapor bahwa Raja pingsan di dalam istana Ratu dan tabib kerajaan sudah pergi ke sana!" sahut pelayan.Begitu mendengar perkataan pelayan, Alina langsung memandang Kumar. Kemudian, dia berucap, "Oke, kamu keluar dulu!"Alina tahu bahwa Kumar ingin mengatakan sesuatu kepadanya. Jadi, Alina langsung menyuruh pelayannya keluar, lalu bertanya sambil menatap Kumar dengan ekspresi khawatir, "Kak, sekarang apa yang harus kita lakukan?"Kumar menjawab dengan raut wajah muram, "Aku merasa ada yang aneh, kenapa Yang Mulia bisa tiba-tiba sakit? Kita baru saja hendak bertindak, tapi Raja tiba-tiba pingsan saat ini. Jangan-jangan, Keluarga Barus sudah mendahului kita dan mulai bertindak?"Alina yang panik langsung ber

  • Perjalanan Dimensi Waktu Sang Genius   Bab 839

    Jangan-jangan, tebakan Kumar benar? Apa semua ini adalah perbuatan Jihan? Ketika memandang ke arah Jihan lagi, Alina menyadari bahwa ekspresi Jihan sudah kembali tenang, seolah-olah dirinya salah melihat kejadian tadi.Saat ini, Jihan juga tidak terlalu yakin. Dia khawatir tabib kerajaan akan mengetahui bahwa Raja diracuni. Jika salah mengambil langkah, Jihan akan menghadapi krisis yang parah.Namun, perkataan tabib kerajaan selanjutnya membuat kekhawatiran Jihan hilang sepenuhnya. Salah satu tabib berdiri, lalu memberi hormat kepada Jihan dan berkata, "Ratu tidak perlu khawatir. Raja hanya kelelahan belakangan ini, makanya bisa pingsan. Setelah beristirahat semalam, besok pagi Raja pasti akan baik-baik saja."Jihan baru merasa tenang sesudah mendengar perkataan tabib kerajaan. Selir-selir yang lain juga menghentikan tangisan mereka. Untung saja, Raja bukan sakit parah.Kemudian, Jihan mengantar tabib kerajaan keluar, lalu melambaikan tangan kepada para selir dan berucap, "Sudahlah, Ra

  • Perjalanan Dimensi Waktu Sang Genius   Bab 840

    Alina memikirkannya dengan serius sebelum dia berkata dengan lirih, "Awalnya, aku juga curiga ini perbuatan Ratu. Tapi, setelah Raja didiagnosis tabib kerajaan, aku menyingkirkan kecurigaanku.""Bagaimanapun, ada beberapa tabib kerajaan yang memeriksa Raja, jadi hasilnya nggak mungkin salah. Kak, tapi ada sesuatu yang sangat mencurigakan. Waktu tabib kerajaan memeriksa Raja, Ratu terlihat sedikit gugup. Kalau dia nggak meracuni Yang Mulia, kenapa dia begitu gugup?" tambah Alina.Kumar mendengarkan dengan serius, lalu dia mengangguk dan berkata dengan suara kecil, "Hanya ada dua kemungkinan dalam masalah ini. Pertama, Keluarga Barus nggak melakukan apa pun dan semua ini hanya kebetulan. Tapi, kalau mengatakan ini cuma kebetulan, tampaknya agak mustahil. Karena masalah ini sudah terlanjur terjadi, kita biarkan saja Yang Mulia hidup lebih lama."Kumar terdiam sejenak, lalu melanjutkan, "Kedua, kejadian ini memang ulah Keluarga Barus. Tapi, mereka sangat bodoh karena mengambil tindakan sek

  • Perjalanan Dimensi Waktu Sang Genius   Bab 841

    Raja Bakir merasa sekujur tubuhnya terasa lemah, dia bertanya, "Apa yang terjadi padaku?"Dengan mata memerah, Jihan menjelaskan, "Yang Mulia terlalu mengkhawatirkan urusan negara belakangan ini. Tabib kerajaan mengatakan kalau Yang Mulia terlalu kelelahan, tapi ini bukan penyakit serius. Yang Mulia hanya perlu beristirahat yang cukup. Aku sudah membuatkan sup tonik, minumlah saat Yang Mulia sudah merasa lebih baik."Raja Bakir menarik napas dalam-dalam, merasakan tubuhnya masih terasa sedikit lesu. Dia sebenarnya curiga, mengapa dia bisa tiba-tiba jatuh sakit. "Panggil tabib kerajaan, aku mau menanyakan kondisiku," ujarnya.Tanpa ragu, Jihan pun langsung memanggil semua tabib kerajaan yang berjumlah sekitar delapan orang. Mereka semua segera menghadap Raja Bakir. Setelah memeriksa denyut nadi sang Raja, mereka tidak menemukan permasalahan apa pun. Sepertinya Raja Bakir hanya terlalu kelelahan."Yang Mulia, kemungkinan Anda jatuh sakit karena kelelahan atau stres berlebihan. Ini bukan

Latest chapter

  • Perjalanan Dimensi Waktu Sang Genius   Bab 2978

    Kedua provinsi memiliki jutaan pasukan. Ditambah dengan bantuan orang-orang dari Lembah Duka, tidak mungkin ada yang bisa menembus benteng mereka. Keselamatan mereka bisa dibilang terjamin.Hanya saja, Wira mengurungkan niatnya. Orang-orang Lembah Duka memiliki kemampuan di luar nalar, bahkan bisa memanggil angin dan hujan. Kehadiran seperti ini tentu sangat menakutkan.Jika benar-benar membawa mereka ke kedua provinsi, mungkin akan menimbulkan masalah yang berujung pada bencana besar. Itu sebabnya, Wira terpaksa menahan dorongannya itu.....Di wilayah barat, di Provinsi Tengah, di sebuah restoran.Dalam beberapa hari terakhir, Panji dan Caraka terus berada di Provinsi Tengah, terus memantau arah gerbang utara.Lembah Duka berada di arah itu, sementara Wira dan lainnya sudah menuju ke sana. Jika mereka kembali, mereka pasti akan melewati tempat itu. Ketika saat itu tiba, mereka akan tahu apakah Wira dan lainnya berhasil memanggil orang-orang dari Lembah Duka atau tidak."Sebelumnya ka

  • Perjalanan Dimensi Waktu Sang Genius   Bab 2977

    "Ini ide bagus," ujar Wira sambil tersenyum.Setelah mendengar Arie berkata demikian, Wira pun merasa lebih lega. Hanya saja, sebelumnya Wira telah mengajukan saran seperti ini dan Arie menolaknya. Lantas, apa yang membuat Arie tiba-tiba berubah pikiran?Suara Arie kembali terdengar. "Setelah menghabisi Jaran, orang-orang dari Lembah Duka harus kembali. Kalau Fikri ... aku harap kamu bisa membawanya bersamamu.""Sebelum pergi, aku akan berpesan padanya untuk nggak sembarangan menggunakan ilmu sihirnya agar nggak menarik perhatian orang. Kalau kamu menyetujuinya, aku akan membantumu melawan Jaran."Saat ini, Wira akhirnya mengerti alasan Arie mengambil risiko sebesar ini. Jika melibatkan orang-orang Lembah Duka, kemungkinan besar akan menarik perhatian orang-orang di luar. Akibatnya, Lembah Duka akan berada dalam bahaya.Arie melakukan ini demi melindungi anaknya. Jika terjadi sesuatu pada Lembah Duka dan Fikri tidak ada di sini, Arie bisa mati dengan tenang. Siapa juga yang ingin melih

  • Perjalanan Dimensi Waktu Sang Genius   Bab 2976

    Sejak dulu, semua orang yang ada di sini sepenuhnya bergantung pada Arie. Apa pun yang terjadi, Arie selalu berdiri di depan mereka, membantu mereka mengatasi semua rintangan. Mereka telah terbiasa dengan cara seperti ini."Kuharap begitu. Nggak ada pilihan lain lagi untuk sekarang."Saat mereka berbicara, terdengar suara langkah kaki dari luar pintu. Seorang pria berjalan masuk dengan hormat."Ada apa?" tanya Fikri."Ketua mengundang Tuan Wira ke ruangannya. Katanya ada urusan penting yang harus dibahas," sahut pria itu."Benar, 'kan? Ayahku pasti bisa mendapat ide. Dia mungkin sudah punya solusi sekarang," ujar Fikri sambil tersenyum.Saat keduanya hendak pergi bersama, pandangan pria itu tiba-tiba tertuju pada Firki. Dengan sopan, dia berkata, "Tuan Muda, Ketua beri perintah, cuma Tuan Wira yang boleh masuk. Kamu nggak perlu ikut."Fikri tertegun sejenak. Jelas-jelas akan membahas strategi, kenapa harus disembunyikan darinya? Namun, karena Arie sudah memutuskan demikian, dia hanya b

  • Perjalanan Dimensi Waktu Sang Genius   Bab 2975

    "Heh." Wira tertawa mengejek, lalu berkata, "Ini justru lebih sulit lagi.""Dia sangat licik, bahkan pintar bersembunyi. Satu-satunya kesempatan terbaik untuk membunuhnya adalah saat kami bertarung hari itu.""Tapi, dia punya kemampuan di luar nalar. Dia mengubah cuaca sesuka hati hingga membuat kami kehilangan kesempatan.""Setelah itu, kami baru tahu kalau dia berasal dari Lembah Duka. Makanya, aku menempuh perjalanan jauh ke sini, berharap bisa mendapat bantuan kalian."Wira tidak menyembunyikan apa pun dan langsung menceritakan semua situasi kepada Arie yang berdiri di depannya. Semua yang dikatakan adalah kenyataan."Biarkan aku berpikir sebentar ...." Arie menghela napas. Tanpa banyak bicara, dia berjalan ke sisi lain. Sebelum pergi, dia tidak lupa memberi instruksi kepada Fikri, "Jaga temanmu baik-baik."Segera, Fikri mengatur tempat tinggal untuk Wira dan lainnya. Tempat ini cukup tua, tetapi masih cukup bersih.Saat mereka berjalan tadi, Wira juga memperhatikan bangunan di sek

  • Perjalanan Dimensi Waktu Sang Genius   Bab 2974

    "Ketika saat itu tiba, bukannya yang paling menderita adalah orang-orang di Lembah Duka? Karena kamu ada di sini dan pernah berinteraksi dengan Jaran, mari kita diskusi dulu. Mungkin kamu punya cara untuk membantuku mengatasi masalah ini."Bisa dilihat bahwa Arie sama sekali tidak berbohong. Dia benar-benar mencemaskan Lembah Duka. Jika tidak, dia tidak akan bersusah payah seperti ini.Bagaimanapun, putranya ada di sini. Jika orang-orang di atas sana mengambil tindakan untuk membalas dendam, bukan hanya orang-orang di Lembah Duka yang akan mati, tetapi juga satu-satunya putranya ...."Sebenarnya masalah ini sederhana saja. Asalkan kamu meminjamku beberapa orangmu dan aku membawa mereka keluar, mereka seharusnya punya cara untuk melawan Jaran, 'kan? Setelah semua beres, kalian juga nggak perlu cemas lagi. Gimana?"Untuk melawan Jaran yang melarikan diri dari Lembah Duka, mereka hanya bisa menggunakan orang-orang di dalam untuk menurunkan risiko yang ada. Bagaimanapun, mereka sama-sama m

  • Perjalanan Dimensi Waktu Sang Genius   Bab 2973

    Begitu membahas topik ini, ekspresi Fikri langsung berubah. Langkah kakinya sontak terhenti, lalu dia menoleh menatap Wira."Sepertinya kamu sudah pernah bertemu dengannya?"Pada saat yang sama, seorang pria menghampiri dengan diikuti beberapa orang berjubah hitam.Sosok pria itu memancarkan tekanan yang kuat, membuat suasana menjadi mencekam. Pria itu tidak lain adalah pemimpin Lembah Duka, Arie."Ayah!" Fikri segera maju dan memberi hormat.Di Lembah Duka, sistem hierarki sangat ketat. Meskipun hubungan mereka adalah ayah dan anak, mereka tetap harus menunjukkan rasa hormat yang sesuai.Orang-orang di sekitar segera mengesampingkan pekerjaan mereka dan menghampiri untuk memberi hormat.Sementara itu, Wira tersenyum sopan. "Salam, Ketua. Maaf karena aku datang tanpa izin dan mengganggumu.""Tapi, aku datang demi kesejahteraan rakyat. Bagaimanapun, orang yang meninggalkan Lembah Duka tanpa izin bukan orang yang mudah dihadapi."Saat teringat pada metode Panji, Wira masih bisa merasa ce

  • Perjalanan Dimensi Waktu Sang Genius   Bab 2972

    Wira mengangguk dengan perlahan, merasa perkataan Fikri cukup masuk akal. Hal ini menunjukkan bahwa yang ada di luar sana hanyalah desas-desus.Fikri melanjutkan, "Mungkin karena kabut beracun di sekitar Lembah Duka, orang-orang pun merasa tempat ini menakutkan. Tapi, semua itu adalah langkah yang terpaksa kami ambil.""Oh? Kenapa begitu?" Wira mengangkat alisnya sambil bertanya.Fikri menjelaskan, "Saat leluhur kami pertama kali datang ke sini, mereka menjalin aliansi dengan wilayah barat. Kami cuma mencari tempat untuk berlindung dan berjanji nggak akan mengganggu kehidupan orang lain.""Selain itu, di Lembah Duka, kami mempelajari ilmu sihir. Jika kami sembarangan muncul, takutnya orang-orang akan merasa terancam, bahkan orang-orang yang berkuasa juga akan merasa takut.""Makanya, kami membuat keputusan untuk tinggal selamanya di Lembah Duka. Mengenai desas-desus yang beredar, mungkin ada yang sengaja menyebarkannya."Ternyata begitu, kini Wira telah mengetahui situasi sebenarnya di

  • Perjalanan Dimensi Waktu Sang Genius   Bab 2971

    "Baiklah, aku sangat menghargai keberanianmu ini." Pria itu tersenyum, lalu memberi isyarat tangan mempersilakan. "Aku akan pimpin jalan. Kalau kalian percaya padaku, silakan ikut aku.""Ayo." Wira melambaikan tangan ke orang-orang di belakang, memberi isyarat agar mereka mengikuti.Segera, mereka semua berangkat. Sepanjang perjalanan, tidak ada yang berbicara. Wira dan yang lainnya terus mengikuti langkah kaki pria itu.Setelah berjalan sekitar satu jam, mereka akhirnya tiba di pedalaman hutan. Di sekeliling terdapat bangunan besar yang berdiri kokoh. Meskipun luas, bangunan itu tampak sederhana.Di bawah pimpinan pria itu, mereka segera memasuki Lembah Duka. Di dalam sini seperti dunia yang berbeda. Tampak buah-buahan dan sayuran yang tumbuh dengan subur. Selain itu, terdapat juga banyak ternak yang dipelihara dengan baik.Pantas saja, orang-orang di Lemah Duka tidak pernah keluar dan hidup dengan tenang di sini. Mereka bisa memenuhi segala kebutuhan sendiri tanpa harus bergantung pa

  • Perjalanan Dimensi Waktu Sang Genius   Bab 2970

    "Kalau begitu, kita bakar saja semuanya. Kalau nggak bisa dibawa pulang, kita bawa saja abu mereka. Ini satu-satunya cara yang bisa kita lakukan untuk sekarang," sahut Wira.Mereka tewas di hutan ini dengan tubuh yang telah dimakan oleh ular, serangga, tikus, dan semut. Hanya dengan menyentuh mayat-mayat ini, Wira dan lainnya bisa berisiko keracunan. Jadi, mereka harus sangat berhati-hati.Membakar mayat-mayat ini adalah satu-satunya pilihan yang bisa dilakukan saat ini.Beberapa orang itu mengangguk. Saat Agha dan Dwija mencari kayu bakar, Wendi mengeluarkan sebotol bubuk dari dalam sakunya."Kalian nggak perlu cari kayu bakar. Aku bisa langsung membakar mayat-mayat ini. Setelah aku taburkan bubuk putih ini, tubuh mereka akan terbakar dengan sendirinya. Setelah itu, kita cuma perlu kumpulkan abu mereka."Setelah mendapat izin dari Wira, Wendi menaburkan bubuk itu. Tidak lama kemudian, mayat-mayat itu terbakar dengan api yang menyala hebat.Meskipun api begitu besar, tidak ada pohon-po

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status