Saat ini, Raja Bakir sudah menunggu Wira di ruang kerjanya. Tidak terlihat jejak emosi di wajah sang Raja, tetapi hanya dia yang tahu bagaimana suasana hatinya yang sebenarnya.Pengawal istana berjaga di luar. Sejak Wira memasuki istana, tidak ada yang mengetahui kondisinya. Istana ini layaknya sangkar yang terisolasi dari dunia luar. Tidak ada yang bisa melihat apa yang terjadi di dalamnya.Yudha sedang berdiri di halaman dengan kekhawatiran yang tampak jelas di wajahnya. Dia tidak tahu apa yang dibicarakan Wira dengan Raja Bakir. Dia juga tidak tahu apa yang akan dilakukan Raja Bakir. Tidak ada yang tahu apakah Raja akan membunuh Wira atau tidak. Yudha hanya bisa menunggu dengan raut cemas.Pada saat yang sama, Wira telah memasuki istana dan tiba di ruang kerja sang Raja. Dia akhirnya melihat sosok Raja Bakir. Wira mengerjap. Jadi, dialah Raja Bakir? Benar-benar mengejutkan, baik aura maupun sikapnya tampak sangat agung. Namun, samar-samar terlihat binar dingin di matanya. Dalam seke
"Dengan kata lain, siapa yang seharusnya hamba pilih?" tanya Wira.Raja Bakir tidak memercayai ucapan Wira. Dia hanya tersenyum dan berkata, "Tanah di seluruh kerajaan ini milik raja dan abdi raja. Menurutmu, kepada siapa kamu harus mengabdi?"Wira berkata, "Yang Mulia, walaupun Anda yang mengucapkannya, hamba tetap harus mengoreksinya! Air bisa menjalankan perahu, tapi juga bisa membaliknya. Kerajaan ini tidak lain adalah milik rakyat jelata. Dengan adanya rakyat dan kepercayaan mereka, barulah muncul raja dan kekuasaannya!""Orang yang ditakdirkan menjadi raja bukanlah dewa yang tidak berwujud atau tidak terlihat, melainkan manusia biasa. Karena rakyat memandang Anda sebagai raja, Anda baru menjadi raja. Anda menjadi penguasa pun berkat kepercayaan rakyat!" tambah Wira.Mendengar itu, wajah Raja Bakir sontak menjadi masam. Ucapan Wira ini sungguh terdengar angkuh di telinganya. Berani-beraninya dia mengucapkan kata-kata berbau pemberontakan seperti itu di depannya! Wira cari mati!"W
Raja Bakir tertegun mendengar ucapan Wira. Pria dan wanita setara? Omong kosong macam apa itu! Menurutnya, pria dan wanita sama sekali tidak sederajat.Raja Bakir tidak tahu apa yang ingin disampaikan Wira, jadi dia tidak terlalu memedulikannya. Sebaliknya, dia menatap Wira dan berkata dengan datar, "Wira, kamu bilang kamu mengkhawatirkan Kerajaan Nuala, tapi banyak orang mengancam Kerajaan Nuala karena dirimu. Apa kamu punya pembelaan untuk ini?"Wira menggeleng seraya menjawab, "Hamba tidak punya pembelaan apa-apa. Mereka hanya mengkhawatirkan hamba. Yang Mulia, kapan Anda akan melepaskan Doddy?"Mendengar ini, Raja Bakir sontak tertawa, lalu berkata, "Aku akan melepaskan dia. Tapi ... aku nggak bisa membiarkanmu pergi."Wira tidak terkejut, dia hanya menyahut dengan tenang, "Hamba sudah menduganya, tapi hamba ingin tahu alasan Yang Mulia begitu antipati pada hamba. Apa hanya karena hamba dekat dengan Yudha dan Putro?"Raja Bakir tidak menyangka Wira akan blak-blakan menanyakan hal i
Namun, Raja Bakir sama sekali tidak peduli. Sebaliknya, dia memerintahkan orang untuk membawa mereka ke tempat di mana Wira berada. Meskipun istana ini terlihat sangat megah, sebenarnya lebih mirip seperti sebuah sangkar emas.Saat ini, pintu ruangan tempat Wira berada dijaga oleh pengawal. Di dalamnya, juga ada dayang yang melayaninya. Kehidupannya sangat mewah, dilengkapi dengan berbagai hidangan lezat. Kini, Wira tengah duduk di rumah yang diberikan oleh Raja Bakir kepadanya sembari menikmati anggur dan makanan."Kak Wira!""Tuan Wahyudi!"Saat melihat Wira, mereka merasa sangat cemas. Sorot mata mereka juga memancarkan kekesalan. Namun, Wira malah hanya berkata, "Kalian sudah datang. Ayo, makan dan minumlah sedikit." Dia sama sekali tidak peduli. Dia sudah terlalu lelah belakangan ini sehingga wajar saja jika ingin beristirahat sejenak di sini."Hmph! Bagaimana bisa Raja bersikap seperti ini!" seru Yudha yang sangat emosi. Tanpa berbasa-basi, dia langsung menuju ruang kerja Raja Ba
Melihat kepergian Yudha, Raja Bakir tidak terlalu peduli. Sebab, dia tahu bahwa dirinya telah memenangkan permainan ini. Tidak ada yang bisa menyelamatkan Wira darinya. Meskipun orang-orang tersebut mungkin tidak terima, mereka tidak akan berani menerobos ke dalam istana. Kalaupun mereka melakukannya, Raja Bakir tidak takut.Raut wajah Yudha tampak sangat muram. Dia sangat kesal dan luar biasa sedih ketika kembali ke rumah Wira. Saat melihat Doddy dan Wira yang sedang minum, rasa sakit di hatinya terasa makin jelas.Wira mendapati Yudha telah kembali. Dia pun menghela napas dan tak kuasa berkata, "Sebenarnya, kamu nggak perlu ke sana. Raja Bakir sudah membuat keputusan. Nggak akan ada yang bisa melawannya!"Melihat reaksi Wira, Yudha pun makin menyesal. Dia seharusnya mengirim Doddy pergi lebih awal. Dia pun tak kuasa berkata, "Semua ini salahku."Namun, Wira malah berkata sambil tersenyum, "Kalaupun kamu mengirim Doddy kembali ke Dusun Darmadi, Raja Bakir tetap akan mencari cara untuk
"Jadi ... sebaiknya kita memilih untuk percaya padanya!" ucap Putu. Meskipun Meri sangat marah, dia tahu jelas bahwa menyerang ibu kota kerajaan adalah tindakan yang mustahil untuk dilakukan saat ini.Pada saat yang sama, Ibu Suri Kerajaan Agrel, Senia, juga menerima surat dari Wira. Wanita itu berkata, "Kerajaan Nuala ... benar-benar lucu. Raja yang nggak berguna itu bisa-bisanya menahan pejabatnya. Ini adalah sebuah lelucon!""Wira ... karena kamu memintaku untuk menarik pasukan, aku akan memberikan kesempatan kepadamu untuk membuktikan diri. Aku akan memberimu waktu setengah tahun. Kalau kamu nggak bisa keluar dari ibu kota kerajaan dalam setengah tahun, aku akan memimpin pasukan untuk menyerang, sekaligus ... menyelamatkanmu!" ucap Senia.Setelah itu, Senia memerintahkan, "Sampaikan perintah kepada pasukan perbatasan untuk tarik pasukan. Setelah itu, persiapkan diri untuk setengah tahun ke depan."Senia tidak percaya bahwa Wira mampu kabur dari istana. Itu sebabnya ... dia merasa b
Raja Bakir tidak tahu apa yang ada di pikiran Wira. Dia hanya percaya bahwa Wira benar-benar telah menyerah, mengingat betapa sulitnya untuk melarikan diri dari istana. Kalaupun Wira tidak menyerah sepenuhnya dan masih memiliki ambisi besar, apa yang bisa dia lakukan? Sembari berpikir demikian, Raja Bakir pun langsung pergi.Hanya saja, faksi penasihat kiri sangat cemas melihat Wira yang dipenjara di ibu kota kerajaan. Sebab, hal ini membuat Wira tidak mampu menunjukkan bakatnya. Namun, mereka juga tahu bahwa mereka tidak akan mampu melawan tekad Raja Bakir. Meski tidak dapat mengubah keputusan Raja Bakir, Kemal tetap datang ke ruang kerja Raja Bakir.Saat ini, Raja Bakir tengah melirik Kemal. Pria itu tidak banyak berkomentar selama beberapa hari terakhir. Entah apa tujuannya datang menemui Raja Bakir hari ini. Namun, itu sudah pasti berkaitan dengan Wira."Kemal, silakan duduk," ucap Raja Bakir dengan tenang.Kemal pun mengambil napas dalam-dalam sebelum duduk di hadapan Raja Bakir.
Bahkan, setelah keadaan dunia menjadi lebih damai, Wira mungkin akan dieksekusi begitu saja. Akan tetapi, menghadapi situasi seperti ini, Wira masih tidak menunjukkan kekhawatiran. Mungkinkah, dia ... telah sepenuhnya kehilangan semangat dan hanya ingin menikmati sisa hidupnya?Wira tidak tahu bahwa Kemal telah datang. Dia hanya terus membuat senjata rahasia berdasarkan apa yang diingat olehnya. Ini adalah kunci untuk kabur dari ibu kota kerajaan nantinya.Pada saat itu, Kemal berdeham lembut, lalu berkata sambil tersenyum, "Salam kenal, Tuan Wira." Setelah itu, Wira baru menyadari ada seorang pria tua yang muncul di halamannya. Begitu melihat penampilannya, Wira tertegun sejenak. Pria tua ini memiliki sikap yang luar biasa dan membawa aura sosok yang memiliki kedudukan tinggi. Pria ini … pasti memiliki jabatan yang tinggi!"Aura Tuan sangat mengesankan. Kalau aku nggak salah menebak, kamu pasti adalah sosok yang berkedudukan tinggi. Seharusnya hanya penasihat kiri yang memiliki sikap
Shafa juga buru-buru menyatakan sikapnya. Dia memang cerdas. Di zaman sekarang, jika ingin memiliki pijakan yang kokoh, seseorang tentu harus memiliki nilai pada diri sendiri. Mereka tidak mungkin terus mengandalkan Wira seumur hidup.Pada akhirnya, orang yang paling bisa diandalkan hanya diri sendiri. Jika terus mengandalkan Wira, mungkin suatu saat Wira akan merasa illfeel pada mereka. Hasilnya pun akan menjadi sangat buruk.Wira tidak melontarkan sepatah kata pun sejak tadi. Jika ingin membujuk Doddy, semua tergantung kemampuan Shafa.Doddy menggosok telapak tangannya sambil tertawa dengan canggung. Kemudian, dia menggeleng dan berkata, "Kamu mungkin nggak tahu aku nggak tertarik pada wanita. Orang-orang yang mengurusku juga para prajuritku. Aku nggak suka wanita masuk ke kamarku. Aku nggak suka aroma di tubuh mereka."Shafa tak kuasa termangu. Dia tahu Wira punya beberapa istri. Wajar juga jika pria punya banyak istri. Sementara itu, Doddy yang terkenal dan memegang kekuasaan milit
Di dalam kereta kuda. Melihat ekspresi Kaffa dan Shafa yang sangat waspada, Wira tersenyum dan bertanya, "Kenapa kalian berdua nggak berbicara?"Setelah ragu sejenak, Kaffa berkata dengan pelan, "Kak Wira, aku baru tahu identitasmu, aku tentu saja nggak berani berbicara sembarangan di depanmu. Kalau aku salah bicara, kemungkinan besar akan ...."Sebelum Kaffa selesai berbicara, Shafa segera mendorong lengannya. Mendapat isyarat itu, dia pun segera menghentikan kata-katanya.Wira menggelengkan kepala dan berkata sambil tersenyum, "Shafa, aku tahu kepribadian kakakmu, jadi aku nggak akan menyalahkan kalian. Meskipun dia salah bicara, apa masalahnya? Bukankah aku tetap menganggap kalian sebagai teman? Kalau nggak, aku nggak akan membiarkan kalian duduk di kereta kudaku."Danu berkata dengan nada ramah, "Benar. Kakakku sudah menganggap kalian berdua sebagai teman, jadi kalian perlu begitu formal di depan kakakku. Kalau nggak, berarti kalian meremehkan kakakku dan kakakku akan marah."Setel
Orang lain mungkin tidak akan berani mendambakan hal ini seumur hidupnya."Oh ya. Sejak kapan kamu tahu identitas Kak Wira?" tanya Kaffa lagi karena dia sama sekali tidak mendapatkan petunjuk apa pun. Bahkan saat menerima liontin giok dan melihat ekspresi Danu, dia juga tidak berani membayangkan Kak Wira di depannya adalah Wira yang terkenal itu. Ini benar-benar seperti dongeng yang tidak mungkin terjadi, tetapi kenyataannya memang begitu.Shafa perlahan-lahan berkata, "Sebenarnya aku juga baru mengetahui semuanya beberapa waktu yang lalu. Dia meminta kita memanggilnya Kak Wira, ditambah lagi senjata rahasianya itu, dan sikapnya dalam bertindak, semua itu sudah cukup bagiku untuk menebak identitasnya.""Lagi pula, senjata rahasia yang bernama pistol itu hanya Kak Wira yang punya di seluruh dunia ini, orang lain nggak punya senjata rahasia seperti itu. Kalau dia bisa membawa pistol itu, mana mungkin dia orang lain lagi."Shafa termasuk orang yang berpengetahuan luas, dia tentu saja bisa
Setelah semuanya sudah diatur dengan baik dan hampir sampai di depan pintu penjara bawah tanah, Wira memberikan instruksi pada Danu, "Oh ya. Jangan memberi tahu terlalu banyak orang tentang kepulanganku kali ini, terutama Tuan Osmaro."Jika ingin kembali secara terang-terangan, Wira tentu saja tidak akan menggunakan cara seperti ini. Dia juga akan membiarkan anggota jaringan mata-mata melindunginya di sepanjang perjalanan, sehingga tidak akan terjadi begitu banyak kejadian seperti ini. Namun, dia memiliki pertimbangannya sendiri dan memilih lebih baik tidak mengungkapkan kepulangannya agar tidak memicu masalah."Semuanya sesuai dengan pengaturan Kakak," jawab Danu sambil menganggukkan kepala dengan tegas. Selama ini, dia selalu memegang prinsip yaitu selalu patuh pada Wira tanpa syarat. Meskipun Wira memerintahnya untuk mati, dia juga tidak akan ragu sedikit pun. Beginilah ikatan persaudaraan mereka."Aku nggak menyangka orang yang membantu kita adalah Wira yang terkenal itu. Pantas sa
Setelah melihat Wira yang duduk di dalam sel, Danu merasa hatinya sakit dan berteriak, "Cepat buka pintu sel ini! Kalian benar-benar berani sekali. Bahkan kakakku juga kalian berani tangkap?"Bukan hanya Adianto yang langsung tercengang begitu mendengar perkataan itu, semua orang yang berada di sana juga begitu. Danu adalah jenderal yang terkenal dan berkuasa. Di seluruh Provinsi Lowala, tidak ada yang bisa menandinginya dan bahkan tidak ada yang berani mengganggunya. Orang yang dipanggilnya kakak tentu saja adalah Wira.Adianto tidak berani percaya dengan apa yang didengarnya, tetapi kenyataannya sudah ada di depan matanya. Setelah menelan ludah, dia segera membuka pintu sel dan inisiatif masuk ke dalamnya. Dia hanya menundukkan kepala karena tidak berani menatap Wira dan berkata, "Tuan, sebelumnya aku nggak tahu apa-apa dan sudah menyinggungmu.""Aku mohon Tuan bisa memaafkanku, jangan menghukumku. Aku nggak akan mengulanginya lagi kelak."Pada saat ini, Adianto benar-benar ketakutan
"Menurutku, ini ide yang bagus. Kalau begitu, kita lakukan sesuai keinginanmu. Aku akan pergi memberi tahu rekan-rekanku di luar biar mereka membantuku memberi pelajaran pada anak ini. Sejujurnya, aku juga kesal dengan anak ini," kata Adianto sambil tersenyum sinis, lalu bersiap pergi bersama Ruben.Adianto memang tidak bisa langsung memutuskan semua hal yang ada di penjara bawah tanah, dia tetap harus melaporkannya pada atasannya. Namun, jabatannya lebih tinggi daripada orang-orang yang ada di sana. Jika kerabatnya ingin masuk ke kota, semua juga pasti akan melewatinya. Oleh karena itu, dia tentu saja memiliki pengaruh tertentu.Namun, saat baru saja berbalik, Adianto dan Ruben melihat ada sekelompok orang mendekat. Terutama saat melihat orang yang berdiri di paling depan, Adianto langsung tertegun dan tidak tahu harus berbuat apa."Saudaraku, ada apa?" tanya Ruben dengan ekspresi bingung."Aku nggak salah lihat, 'kan? Kenapa Jenderal Danu tiba-tiba datang ke penjara bawah tanah? Buka
"Aku mengerti. Melihat situasinya nggak beres, jadi kakakmu langsung pergi, 'kan? Orang bilang suami istri yang selalu bersama pun akan berpisah saat menghadapi bahaya, ternyata kakak adik pun seperti ini," sindir Sahim.Shafa malah tidak berbicara dan menjelaskan apa pun juga. Dia sebenarnya sudah menyadarinya saat tadi Wira berbicara dengan Kaffa. Wira bisa duduk di sini dengan begitu tenang pasti karena sudah memberikan tugas pada Kaffa. Kalau begitu, mengapa dia harus khawatir?Selain itu, Shafa tahu betul kebaikan kakaknya terhadapnya melebihi siapa pun. Oleh karena itu, dia merasa tidak perlu menjelaskan apa pun pada orang lain."Tutup mulutmu," kata Wira dengan kesal.Sahim langsung tidak berani berbicara lagi.Tepat pada saat itu, Ruben dan Adianto datang dan langsung berdiri di depan pintu sel."Sekarang kamu sudah tahu kekuatanku, 'kan? Tadi aku sebenarnya nggak ingin menyusahkan kalian dan menyuruh kalian cepat pergi, tapi kalian nggak mau dengar. Kalian malah mengusir para
Kaffa menyadari liontin giok ini memang berguna. Setelah mendengar perkataan Danu, dia tidak ragu-ragu dan langsung berkata, "Tuan Wira yang memberiku liontin giok ini sudah ditangkap kepala penjaga gerbang kota ke penjara bawah tanah. Jenderal Danu, cepat selamatkan dia."Kepala penjaga gerbang kota memang memiliki kekuasaan, tetapi kekuasaan itu masih kalah jauh jika dibandingkan dengan Danu. Kaffa merasa lebih yakin lagi, kali ini Wira dan adiknya pasti akan selamat.Swish.Mendengar perkataan Kaffa, ekspresi Danu langsung menjadi sangat muram dan napasnya pun menjadi terengah-engah. "Mereka berani menangkap kakakku? Benar-benar nggak tahu diri!"Setelah memaki sebentar, Danu langsung melambaikan tangan pada kedua penjaga di belakangnya. "Segera kumpulkan orang dan ikut aku ke penjara bawah tanah!"Tak lama kemudian, semua orang sudah siap dan berangkat menuju penjara bawah tanah.Kaffa juga segera mengikuti mereka. Dia ingin menyelamatkan adiknya dengan tangannya sendiri dan berter
Selama tetap mengikuti Wira, Kaffa yakin kehidupannya dan adiknya akan terjamin."Kenapa masih belum pergi? Kamu kira kami sedang bercanda denganmu?" kata penjaga yang tadi berbicara itu dengan kesal. Jika bukan karena Danu sudah memerintahkan untuk harus bersikap rendah hati dan sopan pada orang-orang, mereka sudah memukul Kaffa dengan tongkat. Jelas Kaffa ini hanya seorang pengemis pun berani datang menemui Danu, sungguh tidak tahu diri.Kaffa kembali berkata, "Kalau kalian nggak mengizinkan aku bertemu dengan Jenderal Danu, nggak masalah. Tapi, tolong serahkan benda ini pada Jenderal Danu. Kalau Jenderal Danu ingin bertemu denganku setelah melihat benda ini, kalian baru bawa aku masuk. Bagaimana? Tapi, kalau Jenderal Danu nggak ingin bertemu denganku, aku nggak akan tinggal di sini lagi. Bagaimana menurut kalian?"Meskipun para penjaga itu tidak mengizinkannya masuk, Kaffa merasa dia tetap harus menunjukkan benda ini pada Danu. Dia juga tidak tahu apakah benda ini berguna atau tidak