Raja Bakir tidak tahu apa yang ada di pikiran Wira. Dia hanya percaya bahwa Wira benar-benar telah menyerah, mengingat betapa sulitnya untuk melarikan diri dari istana. Kalaupun Wira tidak menyerah sepenuhnya dan masih memiliki ambisi besar, apa yang bisa dia lakukan? Sembari berpikir demikian, Raja Bakir pun langsung pergi.Hanya saja, faksi penasihat kiri sangat cemas melihat Wira yang dipenjara di ibu kota kerajaan. Sebab, hal ini membuat Wira tidak mampu menunjukkan bakatnya. Namun, mereka juga tahu bahwa mereka tidak akan mampu melawan tekad Raja Bakir. Meski tidak dapat mengubah keputusan Raja Bakir, Kemal tetap datang ke ruang kerja Raja Bakir.Saat ini, Raja Bakir tengah melirik Kemal. Pria itu tidak banyak berkomentar selama beberapa hari terakhir. Entah apa tujuannya datang menemui Raja Bakir hari ini. Namun, itu sudah pasti berkaitan dengan Wira."Kemal, silakan duduk," ucap Raja Bakir dengan tenang.Kemal pun mengambil napas dalam-dalam sebelum duduk di hadapan Raja Bakir.
Bahkan, setelah keadaan dunia menjadi lebih damai, Wira mungkin akan dieksekusi begitu saja. Akan tetapi, menghadapi situasi seperti ini, Wira masih tidak menunjukkan kekhawatiran. Mungkinkah, dia ... telah sepenuhnya kehilangan semangat dan hanya ingin menikmati sisa hidupnya?Wira tidak tahu bahwa Kemal telah datang. Dia hanya terus membuat senjata rahasia berdasarkan apa yang diingat olehnya. Ini adalah kunci untuk kabur dari ibu kota kerajaan nantinya.Pada saat itu, Kemal berdeham lembut, lalu berkata sambil tersenyum, "Salam kenal, Tuan Wira." Setelah itu, Wira baru menyadari ada seorang pria tua yang muncul di halamannya. Begitu melihat penampilannya, Wira tertegun sejenak. Pria tua ini memiliki sikap yang luar biasa dan membawa aura sosok yang memiliki kedudukan tinggi. Pria ini … pasti memiliki jabatan yang tinggi!"Aura Tuan sangat mengesankan. Kalau aku nggak salah menebak, kamu pasti adalah sosok yang berkedudukan tinggi. Seharusnya hanya penasihat kiri yang memiliki sikap
Ini benar-benar pernyataan yang berani dan tidak patut dilontarkan. Apabila kata-kata ini terdengar oleh Raja Bakir, dia pasti akan murka. Kemal bahkan sangat mungkin akan dieksekusi.Saat ini, Wira berkata, "Kak Kemal, sejujurnya aku sangat terkejut karena kamu mengucapkan kata-kata seperti itu. Kalau bukan benar-benar tulus, aku yakin kamu nggak akan mengucapkan ini.""Aku sudah tahu bahwa konsekuensi dari kembali ke Kerajaan Nuala adalah seperti in, tapi aku tetap kembali. Itu karena keluargaku masih berada di Kerajaan Nuala. Kalau aku nggak pulang, mereka mungkin akan menghadapi bahaya. Selain itu, aku memiliki keyakinan bahwa aku bisa meninggalkan ibu kota kerajaan," ucap Wira sambil tersenyum.Perkataan ini membuat Kemal sangat terkejut. Dia pun bertanya, "Sobat Wira, apakah kamu ... benar-benar memiliki cara untuk pergi dari sini? Bagaimana mungkin?" Kemal adalah orang yang paling mengenal Raja Bakir. Dia tahu jelas bahwa Raja Bakir tidak akan membiarkan Wira pergi begitu saja.
Wira tersenyum dan berkata, "Sepertinya Kak Kemal sudah punya jawaban sendiri dalam hati, jadi kenapa kamu masih menanyakan pendapatku?"Kemal menghela napas dan menggelengkan kepalanya. Dia lantas tersenyum masam dan berkata, "Terkadang, biarpun kita sudah tahu jelas jawabannya, kita tak kuasa menahan diri untuk berharap situasi bisa berubah ...."Hati Kemal terasa sangat pedih, tetapi Wira tidak mengatakan apa pun lagi.Jika dibandingkan dengan Kerajaan Agrel, satu-satunya kelebihan Kerajaan Nuala adalah wilayahnya yang subur. Dalam hal pemerintahan, Kerajaan Nuala tidak sebaik Kerajaan Agrel. Hal ini bukan karena Kerajaan Nuala kekurangan orang berbakat. Sebaliknya, Kerajaan Nuala memiliki banyak orang bertalenta.Baik penasihat kiri maupun penasihat kanan adalah orang-orang yang luar biasa, hanya saja mereka tidak mau bekerja sama. Tentu saja, masalah utamanya adalah sang Raja. Dialah yang patut disalahkan atas kondisi kerajaan sekarang. Raja Bakir tidak mampu menghargai orang-oran
Kemal terperangah. Dia memahami ucapan Wira. Namun, semua itu terlalu sulit dilaksanakan. Di dunia ini, setiap orang yang berkuasa tentu saja ingin kaya. Mana mungkin ada yang bersedia membagikan kekayaannya pada orang lain?Akan tetapi, Kemal tahu jika ide Wira benar-benar berhasil direalisasikan, semua orang di kerajaan akan berkecukupan. Lagi pula, total tanah yang dimiliki seorang tuan tanah setara dengan yang dimiliki ratusan petani. Selain itu, ada lebih banyak lagi properti pribadi para pejabat."Wira, ide dan cara pikirmu luar biasa, tapi kurasa itu sangat sulit diwujudkan ...," keluh Kemal sambil menghela napas."Wajar saja, Kak Kemal. Ada beberapa hal yang nggak bisa diakhiri begitu saja. Mungkin juga karena waktunya belum tepat," balas Wira.Waktu yang dimaksud Wira belum tiba, jadi dia belum mau mengambil langkah itu. Meskipun kini Kerajaan Nuala penuh masalah, kerajaan ini tetap kuat. Mana mungkin Raja akan memedulikan hal-hal seperti itu sekarang?"Nggak kerasa, kita suda
Bagaimanapun, Wira adalah kerabat Suryadi dan Lestari. Orang-orang lain, termasuk Emran juga mengkhawatirkan keselamatan Wira. Saat ini, semua orang sudah berkumpul dan mendiskusikan rencana untuk menyelamatkan Wira."Kita nggak bisa menunggu lebih lama lagi! Biarpun harus membobol istana, kita harus membawa Kak Wira kembali!" ujar Mandra dengan niat membunuh kuat yang terpancar dari matanya."Ya, aku berutang nyawa pada Kak Wira. Kalaupun harus menebusnya dengan nyawaku, aku akan menyelamatkan Kak Wira!" timpal Doddy dengan marah.Hasan menarik napas dalam-dalam, dia juga ingin menerobos istana. Dia tahu itu tidak baik, tetapi dia tidak bisa menahan dorongan untuk melakukannya."Kak Wulan, karena Kak Wira nggak di tempat, kamu saja yang putuskan. Haruskah kami membobol istana? Kalau kamu setuju, kami, Ngarai Naga Biru, dan Aliansi Rute Dagang Asri akan bertindak!"Semua orang di sana memandang Wulan.Wulan tentu saja berharap bisa menyelamatkan suaminya. Namun, Wira telah mengiriminya
Raja Bakir sudah mengurangi kewaspadaannya terhadap Wira. Dia tahu bahwa Wira tidak akan pernah bisa meninggalkan ibu kota. Sewaktu mengunjungi Wira, dia melihatnya masih sibuk membuat sesuatu. Sang Raja diam-diam menggelengkan kepala, merasa puas karena pria cerdas dan angkuh itu pun tidak bisa lepas dari genggamannya."Wira, sepertinya kamu sangat bosan akhir-akhir ini. Bagaimana kalau kamu ikut aku berburu?" ajak Raja Bakir. Dia tidak sedang berbaik hati, melainkan hanya merasa pergi bersama Wira pasti akan menarik.Wira tertegun sejenak, tidak menyangka Raja Bakir akan mengajaknya pergi berburu. Setelah mempertimbangkannya sejenak, dia menyanggupi. Meskipun Wira ingin segera meninggalkan ibu kota, dia bisa menundanya sehari."Terima kasih, Yang Mulia," jawab Wira sambil tersenyum.Raja Bakir terkekeh-kekeh tanpa mengatakan apa pun lagi. Setelah membuat beberapa pengaturan, rombongan itu tiba di taman imperial. Ada pasukan kerajaan yang berjaga di sekitar, jadi Wira tidak akan bisa
Meskipun Raja Bakir tidak tahu apakah rencananya akan berhasil, dia tetap ingin mencobanya. Tidak ada yang lebih menarik daripada menaklukkan orang yang menganggap dirinya sendiri paling hebat.Setelah Wira kembali, Yahya datang mengunjunginya."Salam, Guru!" sapa Yahya masih dengan sikap hormatnya. Meskipun usianya baru 10 tahun, dia sering mendengar tentang urusan istana dan mengetahui beberapa prestasi Wira."Pangeran Yahya tidak memanggil saya begitu. Saya sudah bilang kalau saya bukan guru Pangeran," balas Wira sambil tersenyum. Dia tidak mengakui hubungan guru dan murid di antara mereka.Yahya tertegun sejenak sebelum bertanya, "Kalau begitu, aku harus memanggilmu apa?""Kalau Pangeran tidak keberatan, panggil saja saya Tuan," jawab Wira. Bagaimanapun, Yahya adalah seorang pangeran, memanggilnya tuan saja sudah cukup sopan."Baik, Tuan," sahut Yahya singkat. Saat melihat Wira sibuk membuat sesuatu, dia tidak bisa menahan diri untuk bertanya dengan rasa ingin tahu, "Tuan, apa yang
Shafa juga buru-buru menyatakan sikapnya. Dia memang cerdas. Di zaman sekarang, jika ingin memiliki pijakan yang kokoh, seseorang tentu harus memiliki nilai pada diri sendiri. Mereka tidak mungkin terus mengandalkan Wira seumur hidup.Pada akhirnya, orang yang paling bisa diandalkan hanya diri sendiri. Jika terus mengandalkan Wira, mungkin suatu saat Wira akan merasa illfeel pada mereka. Hasilnya pun akan menjadi sangat buruk.Wira tidak melontarkan sepatah kata pun sejak tadi. Jika ingin membujuk Doddy, semua tergantung kemampuan Shafa.Doddy menggosok telapak tangannya sambil tertawa dengan canggung. Kemudian, dia menggeleng dan berkata, "Kamu mungkin nggak tahu aku nggak tertarik pada wanita. Orang-orang yang mengurusku juga para prajuritku. Aku nggak suka wanita masuk ke kamarku. Aku nggak suka aroma di tubuh mereka."Shafa tak kuasa termangu. Dia tahu Wira punya beberapa istri. Wajar juga jika pria punya banyak istri. Sementara itu, Doddy yang terkenal dan memegang kekuasaan milit
Di dalam kereta kuda. Melihat ekspresi Kaffa dan Shafa yang sangat waspada, Wira tersenyum dan bertanya, "Kenapa kalian berdua nggak berbicara?"Setelah ragu sejenak, Kaffa berkata dengan pelan, "Kak Wira, aku baru tahu identitasmu, aku tentu saja nggak berani berbicara sembarangan di depanmu. Kalau aku salah bicara, kemungkinan besar akan ...."Sebelum Kaffa selesai berbicara, Shafa segera mendorong lengannya. Mendapat isyarat itu, dia pun segera menghentikan kata-katanya.Wira menggelengkan kepala dan berkata sambil tersenyum, "Shafa, aku tahu kepribadian kakakmu, jadi aku nggak akan menyalahkan kalian. Meskipun dia salah bicara, apa masalahnya? Bukankah aku tetap menganggap kalian sebagai teman? Kalau nggak, aku nggak akan membiarkan kalian duduk di kereta kudaku."Danu berkata dengan nada ramah, "Benar. Kakakku sudah menganggap kalian berdua sebagai teman, jadi kalian perlu begitu formal di depan kakakku. Kalau nggak, berarti kalian meremehkan kakakku dan kakakku akan marah."Setel
Orang lain mungkin tidak akan berani mendambakan hal ini seumur hidupnya."Oh ya. Sejak kapan kamu tahu identitas Kak Wira?" tanya Kaffa lagi karena dia sama sekali tidak mendapatkan petunjuk apa pun. Bahkan saat menerima liontin giok dan melihat ekspresi Danu, dia juga tidak berani membayangkan Kak Wira di depannya adalah Wira yang terkenal itu. Ini benar-benar seperti dongeng yang tidak mungkin terjadi, tetapi kenyataannya memang begitu.Shafa perlahan-lahan berkata, "Sebenarnya aku juga baru mengetahui semuanya beberapa waktu yang lalu. Dia meminta kita memanggilnya Kak Wira, ditambah lagi senjata rahasianya itu, dan sikapnya dalam bertindak, semua itu sudah cukup bagiku untuk menebak identitasnya.""Lagi pula, senjata rahasia yang bernama pistol itu hanya Kak Wira yang punya di seluruh dunia ini, orang lain nggak punya senjata rahasia seperti itu. Kalau dia bisa membawa pistol itu, mana mungkin dia orang lain lagi."Shafa termasuk orang yang berpengetahuan luas, dia tentu saja bisa
Setelah semuanya sudah diatur dengan baik dan hampir sampai di depan pintu penjara bawah tanah, Wira memberikan instruksi pada Danu, "Oh ya. Jangan memberi tahu terlalu banyak orang tentang kepulanganku kali ini, terutama Tuan Osmaro."Jika ingin kembali secara terang-terangan, Wira tentu saja tidak akan menggunakan cara seperti ini. Dia juga akan membiarkan anggota jaringan mata-mata melindunginya di sepanjang perjalanan, sehingga tidak akan terjadi begitu banyak kejadian seperti ini. Namun, dia memiliki pertimbangannya sendiri dan memilih lebih baik tidak mengungkapkan kepulangannya agar tidak memicu masalah."Semuanya sesuai dengan pengaturan Kakak," jawab Danu sambil menganggukkan kepala dengan tegas. Selama ini, dia selalu memegang prinsip yaitu selalu patuh pada Wira tanpa syarat. Meskipun Wira memerintahnya untuk mati, dia juga tidak akan ragu sedikit pun. Beginilah ikatan persaudaraan mereka."Aku nggak menyangka orang yang membantu kita adalah Wira yang terkenal itu. Pantas sa
Setelah melihat Wira yang duduk di dalam sel, Danu merasa hatinya sakit dan berteriak, "Cepat buka pintu sel ini! Kalian benar-benar berani sekali. Bahkan kakakku juga kalian berani tangkap?"Bukan hanya Adianto yang langsung tercengang begitu mendengar perkataan itu, semua orang yang berada di sana juga begitu. Danu adalah jenderal yang terkenal dan berkuasa. Di seluruh Provinsi Lowala, tidak ada yang bisa menandinginya dan bahkan tidak ada yang berani mengganggunya. Orang yang dipanggilnya kakak tentu saja adalah Wira.Adianto tidak berani percaya dengan apa yang didengarnya, tetapi kenyataannya sudah ada di depan matanya. Setelah menelan ludah, dia segera membuka pintu sel dan inisiatif masuk ke dalamnya. Dia hanya menundukkan kepala karena tidak berani menatap Wira dan berkata, "Tuan, sebelumnya aku nggak tahu apa-apa dan sudah menyinggungmu.""Aku mohon Tuan bisa memaafkanku, jangan menghukumku. Aku nggak akan mengulanginya lagi kelak."Pada saat ini, Adianto benar-benar ketakutan
"Menurutku, ini ide yang bagus. Kalau begitu, kita lakukan sesuai keinginanmu. Aku akan pergi memberi tahu rekan-rekanku di luar biar mereka membantuku memberi pelajaran pada anak ini. Sejujurnya, aku juga kesal dengan anak ini," kata Adianto sambil tersenyum sinis, lalu bersiap pergi bersama Ruben.Adianto memang tidak bisa langsung memutuskan semua hal yang ada di penjara bawah tanah, dia tetap harus melaporkannya pada atasannya. Namun, jabatannya lebih tinggi daripada orang-orang yang ada di sana. Jika kerabatnya ingin masuk ke kota, semua juga pasti akan melewatinya. Oleh karena itu, dia tentu saja memiliki pengaruh tertentu.Namun, saat baru saja berbalik, Adianto dan Ruben melihat ada sekelompok orang mendekat. Terutama saat melihat orang yang berdiri di paling depan, Adianto langsung tertegun dan tidak tahu harus berbuat apa."Saudaraku, ada apa?" tanya Ruben dengan ekspresi bingung."Aku nggak salah lihat, 'kan? Kenapa Jenderal Danu tiba-tiba datang ke penjara bawah tanah? Buka
"Aku mengerti. Melihat situasinya nggak beres, jadi kakakmu langsung pergi, 'kan? Orang bilang suami istri yang selalu bersama pun akan berpisah saat menghadapi bahaya, ternyata kakak adik pun seperti ini," sindir Sahim.Shafa malah tidak berbicara dan menjelaskan apa pun juga. Dia sebenarnya sudah menyadarinya saat tadi Wira berbicara dengan Kaffa. Wira bisa duduk di sini dengan begitu tenang pasti karena sudah memberikan tugas pada Kaffa. Kalau begitu, mengapa dia harus khawatir?Selain itu, Shafa tahu betul kebaikan kakaknya terhadapnya melebihi siapa pun. Oleh karena itu, dia merasa tidak perlu menjelaskan apa pun pada orang lain."Tutup mulutmu," kata Wira dengan kesal.Sahim langsung tidak berani berbicara lagi.Tepat pada saat itu, Ruben dan Adianto datang dan langsung berdiri di depan pintu sel."Sekarang kamu sudah tahu kekuatanku, 'kan? Tadi aku sebenarnya nggak ingin menyusahkan kalian dan menyuruh kalian cepat pergi, tapi kalian nggak mau dengar. Kalian malah mengusir para
Kaffa menyadari liontin giok ini memang berguna. Setelah mendengar perkataan Danu, dia tidak ragu-ragu dan langsung berkata, "Tuan Wira yang memberiku liontin giok ini sudah ditangkap kepala penjaga gerbang kota ke penjara bawah tanah. Jenderal Danu, cepat selamatkan dia."Kepala penjaga gerbang kota memang memiliki kekuasaan, tetapi kekuasaan itu masih kalah jauh jika dibandingkan dengan Danu. Kaffa merasa lebih yakin lagi, kali ini Wira dan adiknya pasti akan selamat.Swish.Mendengar perkataan Kaffa, ekspresi Danu langsung menjadi sangat muram dan napasnya pun menjadi terengah-engah. "Mereka berani menangkap kakakku? Benar-benar nggak tahu diri!"Setelah memaki sebentar, Danu langsung melambaikan tangan pada kedua penjaga di belakangnya. "Segera kumpulkan orang dan ikut aku ke penjara bawah tanah!"Tak lama kemudian, semua orang sudah siap dan berangkat menuju penjara bawah tanah.Kaffa juga segera mengikuti mereka. Dia ingin menyelamatkan adiknya dengan tangannya sendiri dan berter
Selama tetap mengikuti Wira, Kaffa yakin kehidupannya dan adiknya akan terjamin."Kenapa masih belum pergi? Kamu kira kami sedang bercanda denganmu?" kata penjaga yang tadi berbicara itu dengan kesal. Jika bukan karena Danu sudah memerintahkan untuk harus bersikap rendah hati dan sopan pada orang-orang, mereka sudah memukul Kaffa dengan tongkat. Jelas Kaffa ini hanya seorang pengemis pun berani datang menemui Danu, sungguh tidak tahu diri.Kaffa kembali berkata, "Kalau kalian nggak mengizinkan aku bertemu dengan Jenderal Danu, nggak masalah. Tapi, tolong serahkan benda ini pada Jenderal Danu. Kalau Jenderal Danu ingin bertemu denganku setelah melihat benda ini, kalian baru bawa aku masuk. Bagaimana? Tapi, kalau Jenderal Danu nggak ingin bertemu denganku, aku nggak akan tinggal di sini lagi. Bagaimana menurut kalian?"Meskipun para penjaga itu tidak mengizinkannya masuk, Kaffa merasa dia tetap harus menunjukkan benda ini pada Danu. Dia juga tidak tahu apakah benda ini berguna atau tidak